Membedakan paralisis nervus fasialis (N.VII atau N.facialis) karena penyebab sentral atau perifer, misalnya pada Bell’s Palsy dan stroke, dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik. Dengan mampu melakukan hal ini, dokter dapat mempersempit diagnosis banding dan menghindari pemeriksaan penunjang yang tidak perlu.
Fungsi Nervus Fasialis
Nervus kranialis terdiri dari 12 nervus, dan nervus fasialis merupakan saraf nomor VII yang berpasangan kanan dan kiri. Fungsi dari nervus fasialis adalah:
-
Motorik: inervasi dari otot ekspresi wajah, bagian posterior abdomen digestif, otot stylohyoid, dan stapedius.
- Sensorik: sebagian kecil area konka pada aurikula dan sensasi pengecap pada 2/3 anterior lidah
-
Parasimpatik: beberapa kelenjar kepala dan leher yaitu submandibular, sublingual, nasopalatine, mucus pharyngeal, dan kelenjar lakrimal[2]
Perjalanan Anatomis Nervus Fasialis
Secara anatomis, nervus fasialis dimulai saat keluar dari pons dan memasuki kanal fasialis melalui meatus akustikus internus pada tulang temporal. Di dalam tulang temporal, nervus fasialis memberikan percabangan kepada 3 saraf :
- N. petrosus major sebuah saraf parasimpatik kelenjar mukus dan lakrimal
-
N. stapedius yang mempersarafi gerakan motorik otot stapedius di telinga tengah
-
Chorda Tympani yaitu serabut saraf sensorik yang mempersarafi 2/3 lidah anterior dan serabut parasimpatik dari kelenjar submandibular dan sublingual[2,3]
Nervus fasialis kemudian keluar dari kanalis fasialis, meninggalkan kranium melewati foramen stylomastoid dan memberikan percabangan kepada N. auricular posterior yang menginervasi otot telinga, dan serabut saraf motorik yang berjalan ke otot digastrikus di abdomen dan otot stylohyoid. Nervus fasialis kemudian berakhir di kelenjar parotis sebagai 5 cabang motorik yaitu cabang temporal, zygomatic, buccal, marginal mandibular dan cervical yang menginervasi otot wajah dan memberikan ekspresi wajah. [2,3]
Jaras Corticobulbar Nervus Fasialis
Jaras corticobulbar adalah jaras desenden yang bertanggung jawab dalam inervasi beberapa saraf kranialis dan jalan bersamaan dengan jaras corticospinal. Nervus fasialis merupakan salah satu dari saraf kranialis yang dipersarafi oleh jaras corticobulbar. Setiap gerakan motorik dari nervus facialis dimulai dari sinyal yang diberikan pada cerebral cortex, terutama primary motor cortex pada otak, melewati kapsula interna lalu memasuki crus cerebri dan masuk ke nukleus di pons.[4]
Pada nukleus di pons (batang otak) jaras corticobulbar melakukan persilangan atau dekusasio. Serabut saraf yang mempersarafi wajah bagian bawah akan melakukan persilangan atau dekusasio ke bagian kontralateral wajah. Sedangkan serabut saraf yang mempersarafi wajah bagian atas mempunyai jalur yang berbeda.[5]
Sebagian saraf akan melakukan persilangan untuk menginervasi wajah atas bagian kontralateral, sedangkan sebagian lainnya tidak melakukan persilangan sehingga dapat menginervasi wajah bagian atas ipsilateral. Maka dari itu, dahi dan mata akan mendapat inervasi dari kedua hemisfer, sedangkan wajah bagian bawah hanya mendapat inervasi dari sisi kontralateral.[5]
Penyebab Paralisis Nervus Fasialis
Paralisis nervus fasialis sentral terjadi jika ditemukan lesi di upper motor neuron (UMN), yaitu jika lesi terjadi di cerebral cortex ataupun pada jaras corticobulbar, selama jaras belum memasuki nukleus pons. Lesi UMN bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti stroke, tumor intrakranial, dan multipel sklerosis.[5,6]
Sebaliknya, paralisis nervus fasialis perifer terjadi jika terdapat lesi di lower motor neuron (LMN). Lesi LMN terjadi jika lesi mengenai nukleus pada pons, ataupun setelah keluar batang otak. Penyakit yang dapat menyebabkan lesi LMN adalah Bells’s palsy, stroke batang otak, otitis media, Lyme disease, trauma seperti fraktur os temporal, sindrom Guillain-Barre, dan sarcoidosis.[6]
Dari seluruh etiologi di atas, sebuah studi prospektif pada tahun 2017 melihat penyebab tersering dari parese nervus fasialis yang disebabkan lesi LMN pada 83 pasien usia 3-70 tahun di Sudan. Dilaporkan bahwa penyebab tersering adalah Bell’s Palsy (33.7%), diikuti oleh trauma (24.1%) dan otitis media supuratif kronis (18.1%).[7]
Masih belum ada data mengenai ini di Indonesia.
Perbedaan Paralisis Nervus Fasialis karena Lesi Sentral dan Perifer
Dikarenakan perjalanan jaras nervus fasialis yang berbeda, saat pasien datang dengan kelemahan pada otot wajah, pemeriksaan fisik yang cermat dapat menjelaskan letak lesi pasien dan kemungkinan penyakit yang mendasari.[5,6]
Jika lesi terdapat di motor korteks (UMN), pasien hanya akan mengeluhkan adanya kelemahan pada wajah bagian bawah kontralateral. Otot-otot wajah bagian atas tidak ikut terkena dikarenakan otot wajah bagian atas juga mendapat inervasi dari jaras saraf ipsilateral (kecuali jika lesi terjadi di korteks bilateral). Sehingga pasien masih dapat mengerutkan dahi, mengangkat alis, dan menutup kelopak mata secara simetris, namun mempunyai wajah bagian bawah yang asimetris saat tersenyum.[5,6]
Sebaliknya, pada lesi LMN, pasien tidak akan bisa menggerakan seluruh otot wajah ipsilateral baik otot wajah bagian atas maupun bawah. Pasien tidak akan bisa mengerutkan dahi, menutup mata secara rapat, ataupun tersenyum pada satu sisi wajah yang sama.[5]
Tabel 1. Perbedaan Gejala Motorik Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
Gejala | Sentral/UMN (Gejala Kontralateral dari Lesi) | Perifer/LMN (Gejala Ipsilateral dari Lesi) |
Tidak dapat mengerutkan dahi | Tidak | Ya |
Tidak dapat menutup mata secara sempurna | Tidak | Ya |
Mulut akan tampak jatuh (Asimetris) | Ya |
Sumber: Immanuela Hartono, 2018.[9]
Selain gejala motorik, paralisis nervus fasialis perifer juga akan disertai dengan gejala lain seperti gejala sensorik, penurunan produksi saliva, gejala okular (lagoftalmus, lakrimasi berkurang, dan ektropion), serta timbulnya gerakan involunter sinkinetik dari otot wajah (spasme wajah saat menutup mata).[8]
Kesimpulan
Nervus fasialis yang mengendalikan ekspresi wajah membawa impuls dari korteks cerebri menuju ke pons, baru kemudian ke otot-otot wajah. Saraf yang mengendalikan otot wajah bagian bawah, bersilangan di pons. Sedangkan saraf yang mengendalikan otot wajah bagian atas terbagi menjadi dua, sebagian bersilangan di pons, sebagian lagi tidak.
Perbedaan perjalanan saraf ini menyebabkan perbedaan manifestasi pada paralisis nervus fasialis sesuai dengan letak lesinya. Apabila lesi terjadi di korteks cerebri (UMN), biasanya karena stroke atau space occupying lession (SOL), maka kelumpuhan hanya akan terlihat pada otot wajah bagian bawah di sisi kontralateral (bibir asimetris saat tersenyum). Hal ini karena otot wajah bagian atas memiliki inervasi tambahan dari sisi yang ipsilateral. Sedangkan bila lesi terdapat di perifer (LMN), misalnya karena Bell’s Palsy, maka kelumpuhan akan terjadi pada seluruh otot wajah di sisi ipsilateral lesi (tidak dapat mengerutkan dahi, tidak dapat menutup mata, dan bibir asimetris saat tersenyum).