Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan dengan Antiseptik Povidone Iodine

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Menjaga kesehatan area kewanitaan dengan antiseptik povidone-iodine bermanfaat untuk menjaga kesehatan area kewanitaan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Antiseptik povidone-iodine (PVP-I) memiliki spektrum antimikroba yang luas dan aktif melawan sejumlah besar agen mikroorganisme.[1-5]

Pengetahuan yang rendah mengenai cara yang tepat dalam menjaga kebersihan area kewanitaan dan bagaimana seharusnya area kewanitaan yang sehat dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi, termasuk vaginitis dan vulvitis.[5-8]

Area Kewanitaan Antiseptik Povidone Iodine.jpg

Ciri Area Kewanitaan yang Sehat

Area kewanitaan yang sehat, khususnya vulva dan vagina, memiliki aroma/bau sedikit asam, yang tidak menyengat dan tidak busuk. Vagina yang sehat memiliki pH cukup asam, yaitu berkisar 3,8‒4,5. Sifat asam ini berfungsi untuk melindungi mukosa vagina dari organisme penyebab infeksi.[9-11]

Vagina yang sehat dapat mengeluarkan sekret (vaginal discharge) yang fisiologis, yaitu berwarna bening atau putih, tidak mengganggu (tidak disertai dengan rasa gatal, panas, ataupun nyeri), dan tidak berbau.[9-11]

Konsistensi sekret fisiologis dapat berubah seiring waktu sesuai dengan siklus menstruasi. Selama periode ovulasi, sekret vagina bisa meningkat dan memiliki konsistensi yang mirip dengan putih telur, kemudian berubah menjadi sekret yang lebih encer dan jernih atau putih sebelum menstruasi. Sekret fisiologis tidak menyebabkan gatal, rasa nyeri, atau rasa panas, dan memiliki bau yang tidak menyengat.[9-11]

Kesehatan Area Kewanitaan Mendukung Kesehatan Tubuh Secara Keseluruhan

Kesehatan area kewanitaan memainkan peran kunci dalam mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kondisi kesehatan area kewanitaan yang terganggu dapat mempengaruhi sistem tubuh lainnya.[1,5,6]

Infeksi ataupun inflamasi pada area kewanitaan dapat menyebabkan terjadinya demam, infeksi saluran kemih, dan  infeksi asenden yang dapat menyebabkan peritonitis dan infertilitas.[1,5,6]

Faktor Risiko Penyebab Gangguan Kesehatan Area Kewanitaan

Gangguan kesehatan area kewanitaan yang sering ditemukan adalah, keputihan atau leukorrhea, vaginitis, dan vulvovaginitis. Prevalensi vaginitis dilaporkan sebesar 50‒70% sedangkan prevalensi vulvovaginitis sebesar 50%.[12,13]

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan vaginitis dan vulvovaginitis adalah personal hygiene yang buruk (terutama selama menstruasi), penggunaan produk yang menyebabkan iritasi, konsumsi obat-obatan tertentu, perokok, menopause, serta perilaku seksual berisiko.[6,9,14]

a. Personal hygiene yang buruk, terutama selama menstruasi:

Membilas vulva dari belakang ke arah depan, menggunakan celana dalam ketat dan lembab, serta tidak mengganti pembalut, tampon, atau menstrual cup secara teratur.[5-8]

b. Obat-obatan:

Obat-obatan, termasuk  penggunaan produk yang menyebabkan iritasi, dapat menyebabkan gangguan kesehatan area kewanitaan. Misalnya, antibiotik dan kortikosteroid meningkatkan risiko infeksi jamur.[5,6,9]

c. Merokok:

Memengaruhi estrogen dan Lactobacillus spp, sehingga meningkatkan risiko vaginosis bakterialis.[6,16,17]

d. Menopause:

Penurunan estrogen menyebabkan vagina menjadi kering, meningkatkan risiko iritasi dan infeksi.[6,7,18]

e. Perilaku seksual berisiko:

Perilaku seksual yang berisiko, seperti berganti-ganti pasangan seksual, tidak menggunakan proteksi (seperti kondom), atau memiliki pasangan seksual yang terinfeksi penyakit menular seksual.[6,14]

Jenis-Jenis Gangguan Kesehatan Area Kewanitaan

Gangguan kesehatan di area kewanitaan dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur. Selain itu, dapat pula terjadi vaginitis non-infeksi, seperti alergi, iritasi, benda asing, dan lichen planus.[19,20]

Jenis vaginitis infeksi merupakan kasus vaginitis yang paling sering ditemukan, dengan persentase kasus bakterial vaginosis 40‒50% kasus, kandidiasis vulvovaginal 20‒25% kasus, dan trikomoniasis 15‒20%.[12,19,20]

Bakterial Vaginosis

Bakterial vaginosis disebabkan oleh perubahan pertumbuhan flora pada ekosistem vagina, di mana bakteri komensal Lactobacillus sp digantikan oleh mikroorganisme anaerob seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella sp., Peptostreptococcus sp., Megasphaera sp., Leptotrichia sp., Sneathia sp., Bifidobacterium sp., Dialister sp., dan Clostridium sp.[21,22]

Gejala bakterial vaginosis adalah discharge warna putih keabu-abuan, berbau amis, yang dapat disertai iritasi vulva. Umumnya, pasien tidak mengeluhkan dispareunia dan rasa nyeri.[21,22]

Kandidiasis Vulvovaginal

Candida albicans merupakan penyebab utama kandidiasis vulvovaginal. Namun Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, dan Saccharomyces cerevisiae juga berkontribusi terhadap terjadinya kandidiasis vulvovaginal.[12,21,23]

Gejala berupa discharge warna putih seperti dadih, tidak berbau, disertai pruritus dan iritasi pada vulva. Sementara, keluhan dispareunia dan rasa nyeri tidak ada.[12,21,23]

Trikomoniasis

Trikomoniasis terjadi akibat infeksi Trichomonas vaginalis, yang dapat menimbulkan infeksi pada vagina melalui hubungan seksual yang tidak aman.[12,21,23]

Pasien umumnya mengeluh adanya discharge warna kuning kehijauan dan berbusa, berbau amis, disertai iritasi pada vulva, disuria, bahkan kadang dispareunia.[12,21,23]

Penggunaan Antiseptik Povidone Iodine  untuk Terapi Gangguan Kesehatan Area Kewanitaan

Povidone iodine (PVP-I) merupakan agen antiseptik yang terdiri dari kompleks povidone, hidrogen iodida, dan unsur yodium dengan formulasi umum berupa larutan PVP-I 10% yang mengandung 1% yodium. PVP-I memiliki spektrum antimikroba yang luas dan aktif melawan sejumlah besar agen mikroorganisme seperti jamur dan strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik.[2-4]

Mekanisme Kerja Antiseptik Povidone Iodine

Sebagai antiseptik, PVP-I bekerja dengan cara merusak struktur membran sel dari mikroorganisme. Senyawa yang terdapat pada povidone-iodine dapat menembus dinding sel mikroorganisme dan mengoksidasi protein serta enzim yang terdapat di dalamnya, sehingga menyebabkan kerusakan pada struktur sel dan akhirnya aktivitas sel dari mikroorganisme tersebut terhenti.[1,3,4]

Penggunaan PVP-I telah terbukti efektif dalam menurunkan risiko infeksi pada luka pasca-operasi dan juga menjadi pilihan utama dalam penatalaksanaan luka dengan kolonisasi dan infeksi. Selain itu, terdapat sangat sedikit bukti yang dilaporkan mengenai resistensi antimikroba terhadap penggunaan PVP-I.[2-4]

Pengobatan Vaginitis dengan Antiseptik Povidone Iodine

Polish Society of Gynecologists and Obstetricians merekomendasikan penggunaan antiseptik vagina dengan spektrum antimikroba yang luas dengan toksisitas rendah dan biokompatibilitas jaringan yang tinggi, seperti PVP-I, sebagai alternatif pengobatan pada kasus vaginitis, terutama dengan apusan bakteriologis maupun hasil kultur yang tidak tersedia.[1,3]

Penggunaan antiseptik PVP-I sebagai terapi farmakologi kasus vaginitis infeksi merupakan salah satu strategi baru untuk meningkatkan tingkat keberhasilan terapi vaginitis infeksi. PVP-I memiliki spektrum aksi yang luas terhadap bakteri bakteri Gram-negatif maupun Gram-positif, spora bakteri, virus, protozoa, serta jamur.[1-4,7]

Sebuah studi melaporkan bahwa penggunaan PVP-I dapat memengaruhi keseimbangan mikrobiota vagina melalui shifting mikrobiota yang tidak terlalu signifikan. Namun, setelah penggunaan PVP-I, kolonisasi Lactobacillus juga dapat mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga keseimbangan pH vagina dapat tercapai dan terjadi normalisasi ekosistem vagina menjadi fisiologis.[24,25]

Efikasi Povidone-iodine sebagai Alternatif Terapi Vaginitis Infeksi

Penggunaan povidone-iodine sebagai alternatif terapi pada vaginitis telah dinilai efikasinya dalam beberapa studi meskipun masih terbatas pada kondisi vaginitis infeksi.[12]

Uji klinis prospektif acak oleh Wewalka et al menganalisa efikasi vaginal suppositoria atau pessary PVP-I untuk pengobatan bakterial vaginosis bila dibandingkan dengan kapsul yang mengandung Lactobacillus. Hasil uji menunjukkan adanya perbaikan parameter klinis pada kedua kelompok uji. Namun, kelompok yang menerima PVP-I 10% mengalami perbaikan gejala dan keluhan yang lebih signifikan.[26]

Pemeriksaan mikrobiologi dalam uji klinis ini menunjukkan adanya penurunan signifikan mikroorganisme patogen, seperti Gardnerella sp., Bacteroides sp., dan Enterobacter sp., setelah penggunaan supositoria PVP-I.[26]

Studi prospektif lainnya oleh Younis et al. (2023) pada lebih dari 200 wanita yang bertujuan untuk menguji efikasi swab vagina PVP-I sebagai pengobatan kandidiasis vagina rekuren. Hasil studi menunjukkan bahwa terapi dengan swab PVP-I sama efektifnya dengan kelompok yang diobati dengan kombinasi obat antijamur oral dan topikal untuk penyembuhan klinis. Dalam hal pencegahan kekambuhan pada tindak lanjut 6 bulan, PVP-I efektif, namun kombinasi PVP-I dan antifungal oral sedikit lebih efektif.[24]

Pencegahan Gangguan Kesehatan Area Kewanitaan dengan Antiseptik Povidone Iodine 

Penggunaan antiseptik PVP-I pada area kewanitaan dapat mencegah infeksi vagina ataupun vulva, karena PVP-I menjaga kebersihan vagina dan mengurangi pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu, PVP-I juga dapat mengembalikan keseimbangan pH vagina dengan cara meningkatkan kolonisasi Lactobacillus  sehingga ekosistem vagina menjadi fisiologis.[2-4,12]

Terkait faktor risiko gangguan pada vulva, antiseptik PVP-I dapat dianjurkan untuk digunakan selama periode sebelum dan saat menstruasi. Akan tetapi, penggunaan cairan pembersih area kewanitaan yang mengandung PVP-I harus sesuai dengan aturan pakai.[24-26]

Kesimpulan

Penting untuk menjaga kesehatan dan kebersihan area kewanitaan karena dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Beberapa tanda klinis yang menunjukkan adanya gangguan kesehatan pada area kewanitaan adalah rasa gatal dan terbakar pada vagina maupun vulva, yang dapat disertai dengan keputihan yang abnormal dan dispareunia.

Salah satu faktor risiko gangguan pada area kewanitaan adalah periode menstruasi. Penggunaan antiseptik PVP-I secara rutin pada periode sebelum dan saat menstruasi bisa menjadi upaya pencegahan yang efektif. Namun, penggunaannya harus sesuai dengan aturan pakai dan rekomendasi dokter. Antiseptik PVP-I bermanfaat untuk menjaga kebersihan, mengurangi pertumbuhan bakteri patogen, serta mengembalikan keseimbangan pH vagina.

Selain bermanfaat untuk pencegahan, hasil dari beberapa penelitian juga telah menunjukkan efikasi antiseptik PVP-I dalam perbaikan gejala. Vulvovaginitis infeksi yang paling sering ditemui adalah bakterial vaginosis yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella sp., kandidiasis vulvovaginal akibat infeksi jamur Candida sp., dan trikomoniasis akibat infeksi bakteri Trichomonas vaginalis.

Studi juga menunjukkan bahwa antiseptik povidone iodine (PVP-I) sama efektifnya dengan agen antijamur dalam tata laksana kandidiasis vulvovaginal rekuren, baik untuk penyembuhan klinis maupun pencegahan kekambuhan.

Referensi