Salah satu aspek penatalaksanaan anak dengan sumbing adalah memastikan kecukupan nutrisi bayi, termasuk metode menyusui. Sumbing bibir dan langit-langit adalah malformasi kongenital yang umum terjadi, khususnya pada ras Asia. Bayi yang terlahir dengan sumbing membutuhkan penatalaksanaan yang komprehensif oleh tim multidisiplin, di antaranya adalah optimalisasi nutrisi. [1]
Pengaruh Sumbing pada Proses Menyusui
Untuk mencapai proses menyusui yang optimal, diperlukan sinkronisasi proses mengisap dan menelan. Bibir yang sumbing sulit membentuk segel, sementara langit-langit yang sumbing tidak mampu membentuk tekanan negatif. Hal ini juga berpengaruh pada pergerakan otot faring dan menyebabkan terlambatnya proses menelan. Masalah-masalah ini dapat berujung pada regurgitasi nasal, aspirasi, kelelahan bayi dan ibu ketika menyusui, waktu menyusui berkepanjangan, kesulitan penambahan berat badan, dehidrasi anak, bahkan depresi bagi ibu pasien. [1-5]
Manfaat Menyusui pada Bayi dengan Sumbing
ASI tetap diprioritaskan bagi pasien sumbing daripada susu formula karena manfaatnya yang besar. ASI mengandung nutrisi yang diperlukan bayi dan mendukung tumbuh kembang bayi, baik fisik maupun kognitif. Agen antibakteri pada ASI membantu penyembuhan pascaoperasi dan mengurangi iritasi mukosa. ASI juga melindungi bayi terhadap otitis media. [3,5]
Pada pasien sumbing, menyusui secara langsung tetap dapat dilakukan untuk mendapatkan manfaat bagi ibu maupun anak. Menyusui dapat menjaga ikatan ibu dan anak, membantu perkembangan otot orofasial, fungsi bicara, dan membantu menenangkan anak pascaoperasi. [1,3]
Pedoman Menyusui Bayi dengan Sumbing
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam menyusui bayi dengan sumbing adalah posisi menyusui, aliran cairan, dan berbagai alat yang mampu mempermudah proses menyusui.
Posisi Menyusui
Ketika menyusui, bayi dengan bibir sumbing dianjurkan diposisikan hingga sumbing bibir mengarah ke atas payudara. Ibu juga dapat menutup celah sumbing bibir dengan jari atau ibu jari, atau menopang pipi bayi untuk memperkecil celah sumbing dan membantu membentuk segel yang menutup puting.
Bayi dengan sumbing langit-langit diposisikan setengah duduk untuk mengurangi regurgitasi nasal dan refluks ASI ke tuba Eustachius. Posisi “football hold” (badan bayi sejajar ibu, bahu bayi lebih tinggi dari badan) lebih efektif pada bayi dengan sumbing langit-langit.
Payudara dapat diposisikan mengarah ke sisi palatum yang lebih lebar untuk membantu kompresi dan mencegah puting terus terdorong ke lokasi celah sumbing. Sebagian ahli menyarankan ibu untuk menopang dagu bayi untuk menstabilisasi rahang ketika bayi mengisap dan menjaga payudara tetap berada dalam mulut bayi. Bila celah sumbing besar, payudara dapat diarahkan ke bawah agar puting tidak terdorong ke celah sumbing. Ibu juga dapat membantu mengkompresi payudara untuk mengkompensasi kurangnya isapan bayi dan merangsang refleks let-down. [2,3]
Aliran Cairan
Aliran cairan harus dibuat secara berkala, bukan kontinu. Aliran ini harus cukup lambat agar bayi tidak tersedak. Karena asupan udara pada bayi dengan sumbing lebih tinggi, bayi perlu disendawakan lebih sering. Biasanya bayi disendawakan setiap pemberian 15-30 mL susu. Pemberian susu dengan viskositas yang lebih tinggi menciptakan bolus yang lebih kohesif yang bergerak melalui hipofaring dengan lebih lambat, sehingga memberikan waktu lebih panjang untuk penutupan jalan napas. [2,6] Kebersihan regio oral bayi harus dijaga setiap setelah pemberian makan. [5]
Alat Bantu Menyusui
Keberhasilan proses menyusui tergantung pada jenis sumbing, derajat keparahan sumbing, dan kondisi jalan napas. Bayi dengan sumbing langit-langit lebih sulit menyusui daripada bayi dengan sumbing bibir saja. Bayi dengan sumbing hanya pada palatum lunak mungkin masih dapat menyusui daripada bayi dengan celah yang lebih signifikan. [2] Bila pemberian ASI via menyusui secara langsung tidak memadai, ASI dapat dipompa dari payudara dan diberikan dengan botol, sendok, gelas, dan spuit tanpa jarum. [1,2,5]
Terdapat berbagai botol khusus untuk memberikan susu yang diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu kaku dan assisted delivery. Tipe kaku memiliki dot yang dapat ditekan bayi untuk mengeluarkan susu, sementara tipe assisted delivery memungkinkan orang tua menekan botol untuk meningkatkan aliran susu. [1]
Nipple (dot) botol juga bervariasi dan terbagi menjadi dot biasa, ortodontik, dan khusus. Dot biasa memiliki harga paling terjangkau dan mudah ditemukan di mana-mana. Dot ortodontik diyakini bersifat paling anatomik, memiliki dasar lebih besar yang dapat menutup celah sumbing bibir, menghasilkan tekanan negatif yang lebih besar, memungkinkan gerak lidah dan bibir yang fisiologis, dan menghindari pengaruh buruk terhadap perkembangan otot orofasial. Metode lain adalah membuat insisi cross cut pada ujung dot untuk memudahkan penghantaran susu. [5]
Teknik ESSR dapat dilakukan untuk membantu memberi susu dengan botol :
Enlarge : lubang dot diperbesar agar susu dapat mengalir pada bayi dengan pengisapan yang kurang efektif
Stimulate : rangsang refleks mengisap bayi dengan menggosok dot pada bibir bawah
Swallow : bayi dibiarkan menelan dengan normal untuk menerima volume susu yang adekuat
Rest : bayi akan menunjukkan ekspresi wajah yang menandakan perlunya istirahat. Biarkan bayi menelan dahulu susu yang sudah masuk untuk menghindari bayi tersedak dan regurgitasi nasal
Obturator palatum (feeding plate) dapat digunakan untuk membantu menutup celah sumbing dan membentuk tekanan negatif ketika bayi mengisap. Dengan memisahkan rongga oral dan nasal, obturator mengurangi regurgitasi nasal dan mengurangi insidensi otitis media dan infeksi nasofaring. Obturator juga menyediakan permukaan kaku di mana bayi dapat menekan puting dan mengekstraksi ASI, sehingga membantu proses menyusui. Obturator juga mencegah lidah memasuki celah dan mengganggu pertumbuhan palatum ke garis tengah. Dengan posisi lidah yang benar, tumbuh kembang rahang dan fungsi bicara dapat terbantu.
Penggunaan obturator harus dibarengi kontrol kebersihan oral yang adekuat, follow-up yang lebih sering, dan membutuhkan biaya tambahan. Pembuatan dan evaluasi obturator memerlukan kerja sama multidisiplin dengan dokter gigi. [2-4]
Feeding tube dapat digunakan pada bayi sumbing yang mengalami kesulitan menyusui. Metode ini memungkinkan pemberian makan yang lebih cepat dan memastikan penambahan berat badan. Meskipun demikian, metode noninvasif tetap merupakan prioritas. Feeding tube digunakan bila kesulitan memberi makan ekstrem hingga menyebabkan penurunan berat badan, atau pada pasien dengan kelainan penyerta. [2,5]
Menyusui Pascaoperasi
Pada pasien bayi sumbing bibir pascaoperasi, menyusui dapat dilanjutkan segera setelah operasi. Pada pasien sumbing langit-langit, biasanya ASI diberikan dengan sendok agar bayi tidak perlu mengisap. Namun rekomendasi menyatakan bahwa menyusui dapat dilanjutkan 1 hari pascaoperasi palatoplasti tanpa komplikasi luka. [3]
Edukasi dan Pemantauan
Perawatan anak dengan sumbing dapat menimbulkan stres bagi orang tua dan keluarga pasien. Selain edukasi cara perawatan anak, dukungan psikologis adalah aspek berkelanjutan dari penatalaksanaan sumbing yang holistik. Diperlukan kerja sama ibu dan tenaga kesehatan untuk mencapai perawatan bayi yang adekuat bagi tumbuh kembangnya. [1]
Tata laksana bayi dengan sumbing membutuhkan kerja sama antara tim sumbing multidisiplin dengan keluarga yang merawat bayi. Edukasi ibu untuk menyusui harus dimulai sejak melahirkan dan dilanjutkan dengan follow-up berkala setelah ibu dipulangkan. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan juga penting untuk memungkinkan edukasi ibu yang adekuat. [5]
Untuk mengevaluasi kecukupan nutrisi bayi, lakukan pengawasan status hidrasi dan penambahan berat badan bayi. Bila dinilai inadekuat, tim sumbing harus mengevaluasi metode yang sudah dilakukan dan mempertimbangkan perlunya pemberian metode tambahan seperti susu formula serta penggunaan sarana pembantu seperti obturator palatum, botol khusus, sendok, dan feeding tube. Kombinasi antara berbagai metode intervensi tersebut juga dapat dilakukan. [3,5]
Kesimpulan
Pada bayi dengan sumbing, menyusui bisa menjadi kendala misalnya karena kesulitan mengisap dan menelan. Ketika menyusui pasien dengan sumbing, dianjurkan sumbing bibir mengarah ke atas payudara. Ibu juga dapat menutup celah sumbing bibir dengan jari atau ibu jari, atau menopang pipi bayi untuk memperkecil celah sumbing dan membantu membentuk segel yang menutup puting. Payudara dapat diposisikan mengarah ke sisi palatum yang lebih lebar untuk membantu kompresi dan mencegah puting terus terdorong ke lokasi celah sumbing. Aliran cairan harus dibuat secara berkala, bukan kontinu. Aliran ini harus cukup lambat agar bayi tidak tersedak.
Alat bantu menyusui dapat digunakan, misalnya botol susu, sendok, pipet, menyusui, feeding plate, atau feeding tube. Jika dilakukan tindakan operatif, menyusui dapat dilanjutkan 1 hari pascaoperasi palatoplasti tanpa komplikasi luka. Kolaborasi antara caregiver dan tenaga medis sangat diperlukan untuk keberhasilan menyusui pada kasus bayi sumbing.