Terdapat pembaruan pada pedoman multiple sclerosis yakni kriteria McDonald 2024 yang dipublikasikan oleh International Advisory Committee on Clinical Trial in MS, disponsori oleh European Committee for Treatment and Research in MS (ECTRIMS) dan National MS Society. Dalam pembaruan ini, terdapat sedikit perubahan rekomendasi tentang kriteria diagnosis multiple sclerosis.
Pedoman ini merekomendasikan diagnosis multiple sclerosis sebagai diagnosis eksklusi, yang mana MRI sistem saraf pusat dan korda spinalis merupakan uji pencitraan yang paling utama digunakan. Pedoman ini juga menekankan pentingnya uji paraklinikal untuk mendiagnosis multiple sclerosis dan diagnosis tersebut perlu dievaluasi secara periodik.[1]
Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini
| Penyakit | Multiple Sclerosis |
| Tipe | Diagnosis |
| Yang Merumuskan | International Advisory Committee on Clinical Trial in MS |
| Tahun | 2024 |
| Negara Asal | Internasional |
| Dokter sasaran | Dokter Spesialis Neurologi, Dokter Spesialis Oftalmologi, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Umum |
Penentuan Tingkat Bukti
Rekomendasi ditentukan melalui konferensi yang menggunakan teknik modified nominal group. Ahli neurologi, neuroradiologi, neuro-oftalmologi, uji laboratorium, manajemen klinis, epidemiologi, dan pasien dengan multiple sclerosis yang terlibat berasal dari berbagai negara.
Semua peserta konferensi secara anonim memberikan suara secara elektronik pada serangkaian pernyataan umum dan rekomendasi. Konsensus ditetapkan apabila terdapat 90% peserta konferensi yang mencatat suara dan jika ada 80% persetujuan. Pernyataan yang mendapatkan 70-80% suara dapat dipertimbangkan tetapi memerlukan diskusi lebih lanjut.
Hasil diskusi kemudian dipresentasikan di berbagai pertemuan, termasuk pada sesi pleno di ECTRIMS 2024 di Kopenhagen (Denmark), di mana kriteria tersebut diedarkan di antara semua peserta konferensi untuk menghasilkan umpan balik lebih lanjut sebelum kemudian disepakati.[1]
Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda
Kriteria McDonald 2024 menekankan diagnosis lebih dini, ketepatan yang lebih tinggi, dan fleksibilitas biomarker. Dengan integrasi saraf optik, penggunaan biomarker MRI, serta pengakuan kappa free light chains (KFLC) sebagai indikator intrathecal synthesis, kriteria ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi diagnostik dan meminimalkan risiko misdiagnosis.[1]
Perluasan Kriteria Anatomi
Salah satu pembaruan paling menonjol dalam pedoman ini adalah penambahan saraf optik sebagai lokasi kelima dissemination in space (DIS), yang menjadi tambahan terhadap4 area klasik (periventrikular, kortikal/juxtakortikal, infratentorial, dan spinal). Bukti keterlibatan saraf optik dapat diperoleh dari MRI orbital, optical coherence tomography (OCT), atau visual evoked potentials (VEP).[1]
Dissemination in Time (DIT)
Bila DIS telah terpenuhi dan terdapat bukti tambahan berupa biomarker cairan serebrospinal positif atau biomarker pencitraan baru, diagnosis multiple sclerosis dapat ditegakkan tanpa menunggu kejadian klinis kedua atau evolusi lesi baru. Dalam kasus dengan lesi luas (misalnya ≥4–5 area topografis khas), bukti DIT tidak lagi diperlukan. Hal ini bertujuan memfasilitasi diagnosis lebih dini.[1]
Penggunaan Kappa Free Light Chain (KFLC)
Kappa free light chains (KFLC) di cairan serebrospinal dapat digunakan sebagai alternatif setara oligoclonal bands untuk menunjukkan sintesis imunoglobulin intratekal.[1]
Biomarker MRI: Central Vein Sign dan Paramagnetic Rim Lesions
Diagnosis kini dapat didukung oleh biomarker MRI yang lebih spesifik terhadap patologi demielinasi multiple sclerosis, yakni:
Central vein sign (CVS): menunjukkan lesi yang terbentuk di sekitar vena sentral, sesuai karakter patologi multiple sclerosis. CVS membantu meningkatkan spesifisitas, terutama pada kasus dengan banyak lesi white matter yang sulit dibedakan dari etiologi lain.
- Paramagnetic rim lesions (PRLs): menandakan inflamasi kronik aktif. Kehadiran ≥1 PRL dapat menjadi bukti pendukung dalam kasus yang hanya menunjukkan satu area topografi khas, bila dikombinasikan dengan DIT atau biomarker cairan serebrospinal positif.
Kedua biomarker ini bersifat opsional, karena kebutuhan sekuens MRI sensitif besi belum merata di semua pusat layanan kesehatan.[1]
Perubahan pada Diagnosis Radiologically Isolated Syndrome (RIS)
Dalam pedoman ini, individu dengan radiologically isolated syndrome (RIS) dapat memenuhi diagnosis multiple sclerosis bila disseminated in space (DIS) terpenuhi dan disertai satu dari bukti berikut:
Disseminated in time (DIT)
- Biomarker cairan serebrospinal positif
- Jumlah tertentu lesi dengan central vein sign (CVS) positif.
Tujuannya adalah memungkinkan identifikasi lebih awal individu berisiko tinggi yang sebelumnya tidak dapat masuk dalam kategori multiple sclerosis meski memiliki gambaran radiologis khas.[1]
Tabel 2. Ringkasan Perbedaan Kriteria McDonald 2017 dengan Pembaruan 2024
| Pembeda | Kriteria Tahun 2017 | Kriteria Tahun 2024 |
| Penanda MRI | Fokus pada DIS dan DIT. | Meliputi CVS (Central Vein Sign) dan PRL (paramagnetic Rim Lesion) sebagai bukti pendukung. |
| Situs topografi | Mencakup empat situs (periventrikular, juxtakortikal, infratentorial, dan medula spinalis). | Menambahkan saraf optik sebagai situs topografi kelima.
|
| Persyaratan DIT | Diperlukan untuk diagnosis dalam banyak situasi. | Tidak lagi dianggap penting dalam keadaan tertentu, sehingga memungkinkan diagnosis yang lebih cepat. |
| RIS | Umumnya tidak memenuhi kriteria diagnosis multiple sclerosis. | Dapat didiagnosis sebagai multiple sclerosis dalam kondisi tertentu jika kriteria lain terpenuhi. |
| Penanda cairan serebrospinal | Oligoclonal bands yang terutama digunakan. | Memungkinkan penggunaan KFLC sebagai alternatif oligoclonal bands. |
| Tujuan diagnostik | Fokus pada pencapaian diagnosis berdasarkan jumlah serangan dan lesi. | Bertujuan untuk diagnosis yang lebih cepat, dengan sensitivitas yang lebih tinggi dan pendekatan yang terpadu untuk berbagai bentuk multiple sclerosis. |
| Pembaruan lainnya | Menyertakan kerangka kerja untuk mendiagnosis multiple sclerosis pada pasien dengan sindrom yang terisolasi secara klinis. | Menyediakan kerangka kerja tunggal untuk mendiagnosis multiple sclerosis yang relaps maupun progresif. |
Sumber: dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S, Alomedika, 2025.[1,2]
Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia
Di Indonesia, pedoman klinis untuk multiple sclerosis dibuat oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) yang mengacu pada pedoman diagnosis multiple sclerosis yang terakhir diperbarui pada tahun 2016. Oleh sebab itu, kriteria McDonald yang dipakai masih versi lama dan belum menggunakan versi revisi tahun 2024. Kriteria McDonald 2024 menggabungkan beberapa biomarker baru dan adanya kemajuan pencitraan yang tidak ada dalam pedoman PERDOSSI.
Menurut pedoman PERDOSSI, diperlukan serangan atau lesi multiple sclerosis pada titik waktu yang berbeda, biasanya berdasarkan kejadian klinis atau bukti MRI. Sementara itu, pada kriteria McDonald 2024, persyaratan DIT tidak lagi wajib dalam beberapa kasus. Diagnosis dapat ditegakkan tanpanya jika terdapat lesi karakteristik di empat atau lima lokasi sistem saraf pusat (SSP).
Pada pedoman PERDOSSI, lesi DIS yang diperlukan setidaknya ada pada dua dari empat wilayah SSP. Sementara itu, kriteria McDonald 2024 menambahkan saraf optik sebagai lokasi kelima untuk lesi. Bukti kerusakan dapat ditentukan menggunakan MRI, atau melalui metrik spesifik dari OCT atau VEP.[1,3]
Kesimpulan
Pembaruan kriteria McDonald dipublikasikan oleh International Advisory Committee on Clinical Trial in MS pada tahun 2024. Perubahan utama dalam pedoman ini antara lain:
- Saraf optik ditambahkan sebagai lokasi kelima disseminated in space (DIS), sehingga lesi saraf optik yang tampak dari MRI orbital, optical coherence tomography (OCT), atau visual evoked potentials (VEP) kini dapat dihitung sebagai bukti DIS.
- Persyaratan disseminated in time (DIT) kini dilonggarkan, yang mana jika DIS terpenuhi dan ada biomarker atau temuan pendukung maka diagnosis multiple sclerosis dapat ditegakkan tanpa menunggu kejadian baru.
Kappa free light chains (KFLC) kini setara dengan oligoclonal bands (OCB) sebagai bukti sintesis imunoglobulin intratekal.
Central vein sign (CVS) dan paramagnetic rim lesions (PRLs) di MRI kini dimasukkan sebagai biomarker pendukung untuk meningkatkan spesifisitas dan mengurangi misdiagnosis.
Radiologically isolated syndrome (RIS) dapat didiagnosis sebagai multiple sclerosis bila memenuhi DIS plus salah satu bukti tambahan yang mengarah ke multiple sclerosis seperti DIT atau cairan serebrospinal positif.
