Selama ini norepinephrine diberikan melalui kateter vena sentral dan tidak dianjurkan untuk diberikan melalui kateter intravena perifer karena dikhawatirkan menyebabkan cedera jaringan iskemik. Namun, beberapa studi terkini menunjukkan bahwa pemberian norepinephrine secara perifer aman dilakukan.[1,2]
Norepinephrine umum digunakan untuk mempertahankan tekanan darah pada pasien syok sepsis karena perannya sebagai vasopresor. Norepinephrine intravena dapat diberikan melalui kateter vena sentral (central venous catheter atau CVC) atau melalui peripheral intravenous catheter (PIVC). Secara tradisional, norepinephrine diberikan melalui CVC karena ada kekhawatiran risiko iskemia jaringan jika terjadi ekstravasasi dari PIVC.[1-3]
Namun, CVC dikaitkan dengan komplikasi serius dan tingkat kesulitan pemasangan yang lebih tinggi. Karena itu, pemberian norepinephrine secara perifer dapat menjadi alternatif yang lebih aman. Artikel ini akan lebih lanjut membahas mengenai keamanan dan efikasi pemberian norepinephrine secara perifer.[1]
Studi Terkait Keamanan Pemberian Norepinephrine Secara Perifer
Komplikasi terkait pemberian norepinephrine secara perifer beragam, dari ringan hingga berat. Komplikasi tersebut meliputi infiltrasi IV line, ekstravasasi obat, thrombophlebitis, selulitis lokal, nekrosis jaringan, iskemi ekstremitas, dan gangren. Namun, data mengenai kerusakan jaringan akibat pemberian norepinephrine secara perifer sejauh ini hanya diperoleh dari laporan kasus.[4]
Studi Liu, et al
Dari beberapa studi yang ditinjau oleh Liu, et al. ada studi yang menyatakan bahwa risiko ekstravasasi obat berkurang seiring dengan peningkatan ukuran kateter. Namun, ada studi lain yang menyatakan bahwa ukuran kateter yang besar merupakan faktor risiko efek samping seperti ekstravasasi obat dan phlebitis. Beberapa studi lainnya akhirnya menyimpulkan bahwa ukuran kateter (16/18/20/22G) tidak berefek signifikan terhadap angka efek samping.[4]
Beberapa studi juga menyarankan hal-hal yang dapat mengurangi risiko kerusakan jaringan akibat ekstravasasi, seperti identifikasi ekstravasasi segera dengan USG, serta pemberian pasta phentolamine dan nitrogliserin.[4]
Tinjauan studi oleh Liu, et al. tersebut menyimpulkan bahwa angka efek samping yang ditimbulkan pemberian norepinephrine secara perifer rendah dan terutama berkaitan dengan ekstravasasi obat. Secara umum, konsentrasi norepinephrine dan durasi infus yang lebih tinggi meningkatkan risiko efek samping. Dibutuhkan studi prospektif lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan efek samping tersebut.[4]
Studi Stolz, et al
Suatu studi kohort retrospektif oleh Stolz, et al. membandingkan profil keamanan serta luaran klinis pemberian vasopresor secara sentral dan perifer pada 212 pasien rawat intensif selama 12 bulan. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan rute pemberian norepinephrine: PIVC, kombinasi PIVC diikuti CVC, dan hanya CVC.[1]
Hasil studi menunjukkan bahwa kelompok PIVC memiliki rerata skor APACHE III (Acute Physiology And Chronic Health Evaluation) paling rendah, sedangkan kelompok CVC memiliki rerata skor paling tinggi. Tidak ada komplikasi mayor pada ketiga kelompok.[1]
Komplikasi minor seperti kebocoran, ekstravasasi, dan eritema terjadi pada 41% di kelompok PIVC dan 28% di kelompok kombinasi. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pemberian vasopresor via PIVC jangka pendek pada pasien kritis memiliki angka komplikasi rendah dan dapat menjadi alternatif CVC yang aman.[1]
Studi Yerke, et al
Studi kohort observasional prospektif oleh Yerke, et al. meneliti keamanan pemberian norepinephrine perifer pada 635 pasien di ruang rawat intensif salah satu rumah sakit pendidikan pada periode Februari 2019-Juni 2021.[2]
Hasil studi menunjukkan bahwa dari 603 pasien yang mendapat norepinephrine secara perifer, 311 (51,6%) tidak pernah membutuhkan CVC. Ekstravasasi norepinephrine terjadi pada 35 pasien, dengan jejas jaringan atau tidak sama sekali. Pemberian norepinephrine secara perifer juga mengurangi jumlah hari terpasangnya CVC selama 1 hari per pasien.[2]
Studi Dansereau, et al
Studi oleh Dansereau, et al. juga menemukan penurunan pemasangan CVC sebesar 58% dengan pemberian vasopresor melalui PIVC. Efek samping yang ditemukan terkait PIVC adalah ekstravasasi pada 14 pasien dari 382 tindakan. Studi menyimpulkan bahwa vasopresor dapat diberikan melalui PIVC dengan aman ketika lokasi akses berada di proksimal fossa antecubiti, obat diberikan dengan dosis lebih rendah, dan durasi pemberian singkat.[5]
Keuntungan Pemberian Norepinephrine Secara Perifer Bagi Pasien
Meskipun pemberian norepinephrine secara perifer dapat menimbulkan efek samping, alternatif pemberian lainnya melalui CVC memiliki efek samping yang lebih serius, yakni aritmia, tertusuknya arteri, tertusuknya paru dengan atau tanpa pneumothorax, jejas trakea, perdarahan, dan emboli udara.[6]
Pemberian norepinephrine secara perifer dapat menghindari pemasangan CVC atau mengurangi durasi terpasangnya CVC, sehingga risiko-risiko terkait CVC dikurangi.[2,5]
Kesimpulan
Pemberian norepinephrine secara perifer melalui peripheral intravenous catheter (PIVC) merupakan metode yang aman dan efektif untuk pasien di ruang rawat intensif yang mengalami syok. Meskipun ada risiko komplikasi seperti ekstravasasi, studi-studi telah menunjukkan bahwa angka efek samping relatif rendah bila dibandingkan dengan penggunaan central venous catheter (CVC), yang memiliki risiko komplikasi lebih berat. Selain itu, penggunaan PIVC dapat mengurangi kebutuhan CVC, sehingga mengurangi risiko terkait pemasangannya.