Pemberian antibiotik profilaksis kepada anak dengan infeksi saluran kemih atau ISK berulang masih menjadi perdebatan karena tindakan ini mungkin mengurangi risiko ISK kambuh tetapi juga meningkatkan risiko resistensi antibiotik.
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi pada anak-anak. ISK terjadi pada 8% anak perempuan dan 2% anak laki-laki dengan tingkat rekurensi 10–30% dalam rentang usia 7 tahun pertama.[1]
Anak yang didiagnosis ISK juga biasanya mengalami refluks vesiko-ureter (RVU). RVU dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral dan memiliki derajat ringan (I) sampai berat (IV). Adanya RVU dan ISK berulang diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko terbentuknya jaringan parut ginjal.[2,3]
Studi kohort telah mengidentifikasi faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) berulang pada anak. Studi melaporkan bahwa anak usia 3–5 tahun dan anak dengan RVU derajat berat mengalami peningkatan risiko ISK berulang. Selain itu, pada anak laki-laki yang menderita ISK, riwayat tidak sirkumsisi juga meningkatkan risiko.[4,5]
Pro dan Kontra Pemberian Antibiotik untuk Profilaksis Infeksi Saluran Kemih Berulang pada Anak
Pemberian antibiotik profilaksis dosis rendah dalam jangka panjang diyakini dapat mencegah ISK berulang dan komplikasi jangka panjangnya pada anak dan neonatus. Namun, efektivitas antibiotik profilaksis tersebut masih dipertanyakan mengingat studi yang ada masih menggunakan jumlah sampel sedikit.[6]
Selain itu, penggunaan antibiotik profilaksis dalam jangka panjang meningkatkan risiko resistensi antibiotik akibat ketidakpatuhan konsumsi obat, serta meningkatkan risiko efek samping antibiotik baik ringan maupun berat.[6]
Uji Klinis tentang Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang
Suatu studi dilakukan di Australia untuk mengetahui efektivitas antibiotik profilaksis pada ISK. Studi tersebut melibatkan 576 pasien anak. Dari jumlah tersebut, 64% adalah anak perempuan dan 42% mengalami RVU. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat antibiotik (2 mg trimethoprim dan 10 mg sulfamethoxazole per kgBB) dan kelompok plasebo selama 12 bulan.[7]
Selama studi tersebut, ISK terjadi pada 36 dari 288 pasien (13%) di kelompok yang mendapatkan antibiotik profilaksis trimethoprim-sulfamethoxazole dan 55 dari 288 pasien (19%) di kelompok plasebo. Pada kelompok antibiotik, terdapat penurunan risiko ISK berulang bila dibandingkan dengan kelompok plasebo. Namun, penurunan risiko tersebut tidak terlalu signifikan.[7]
Meta Analisis tentang Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Berulang
Meta analisis terhadap 6 studi yang melibatkan pasien berusia <24 bulan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan antibiotik profilaksis dan kelompok plasebo, baik pada pasien tanpa RVU maupun pasien dengan RVU derajat I–IV.[8]
Meta analisis lain terhadap 7 randomized controlled trial (RCT) dengan total 1.427 pasien berusia <18 tahun juga menunjukkan bahwa pemberian antibiotik profilaksis tidak memberikan perbedaan yang signifikan dalam mencegah parut ginjal.[9]
Meta analisis Cochrane terhadap 16 studi dengan total 2.036 anak juga menunjukkan bahwa pemberian antibiotik profilaksis jangka panjang selama beberapa bulan hingga 2 tahun mungkin mengurangi risiko ISK berulang, tetapi penurunan risiko ini tidak terlalu signifikan. Manfaat minimal ini harus dibandingkan dengan risiko resistensi antibiotik yang cukup serius.[2]
Saat ini durasi pemberian antibiotik profilaksis yang optimal juga belum diketahui secara pasti. Antibiotik profilaksis bisa diberikan selama 3–4 bulan, tetapi bila kasus termasuk ISK yang kompleks (ada refluks dan obstruksi), pemberian antibiotik dapat dilanjutkan lebih lama.[5]
Rekomendasi National Institute for Health and Clinical Excellence
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) merekomendasikan agar pemberian antibiotik profilaksis tidak dilakukan secara universal pada bayi dan anak yang menderita ISK pertama kali. Antibiotik profilaksis mungkin dipertimbangkan pada bayi dan anak dengan infeksi berulang. Namun, bakteriuria asimtomatik pada bayi dan anak tidak disarankan untuk mendapatkan antibiotik profilaksis.[10]
Konsensus IDAI tentang Antibiotik Profilaksis untuk Infeksi Saluran Kemih Anak
Berdasarkan konsensus yang dibuat oleh unit kelompok kerja nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kebijakan pemberian antibiotik profilaksis pada infeksi saluran kemih anak adalah sebagai berikut:
- Antibiotik profilaksis tidak rutin diberikan pada anak dengan infeksi saluran kemih pertama kali
- Antibiotik profilaksis tidak terindikasi pada infeksi saluran kemih dengan demam yang tidak disertai RVU atau hanya disertai RVU derajat I dan II
- Antibiotik profilaksis diberikan pada anak dengan risiko tinggi seperti RVU derajat III–IV, uropati obstruktif, dan berbagai kondisi risiko tinggi lain
- Antibiotik profilaksis diberikan pada pielonefritis akut setelah pengobatan selesai
- Antibiotik profilaksis dipertimbangkan pada infeksi saluran kemih berulang atau pada neonatus
- Jika bayi atau anak yang mendapatkan antibiotik profilaksis mengalami reinfeksi, infeksi perlu diterapi dengan antibiotik berbeda tanpa menaikkan dosis antibiotik profilaksis tersebut[11]
Antibiotik yang Digunakan untuk Profilaksis Infeksi Saluran Kemih Berulang
Menurut konsensus yang dibuat oleh unit kelompok kerja nefrologi IDAI, antibiotik yang bisa digunakan untuk profilaksis ISK berulang adalah:
- Trimethoprim: 1–2 mg/kgBB/hari
- Sulfamethoxazole: 5–10 mg/kgBB/hari
- Sulfisoxazole: 5–10 mg/kgBB/hari
- Cefalexin: 10–15 mg/kgBB/hari
Nitrofurantoin: 1 mg/kgBB/hari
- Asam nalidiksat: 15–20 mg/kgBB/hari
- Cefaclor: 15–17 mg/kgBB/hari
Cefixime: 1–2 mg/kgBB/hari
Cefadroxil: 3–5 mg/kgBB/hari
Ciprofloxacin: 1 mg/kgBB/hari[11]
Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kasus yang sering dijumpai pada anak. ISK yang rekuren dapat merupakan penanda kelainan ginjal dan saluran kemih seperti refluks vesiko-ureter (RVU) dan dapat memberikan komplikasi jangka panjang seperti hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronis.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah ISK pada anak masih diperdebatkan. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis mungkin mengurangi risiko rekurensi ISK, tetapi pengurangan risiko ini tidak signifikan. Manfaat yang minimal ini harus dibandingkan dengan risiko resistensi antibiotik yang cukup serius.
Rekomendasi dari asosiasi medis saat ini tidak menyarankan antibiotik profilaksis untuk anak yang baru mengalami ISK pertama kali. Antibiotik profilaksis bisa dipertimbangkan bila anak memang memiliki risiko tinggi rekurensi atau komplikasi, misalnya pada anak dengan RVU derajat III–IV atau uropati obstruktif.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur