Kadar zinc yang rendah pada kehamilan telah diduga berkaitan dengan partus lama, perdarahan post partum atonia, hipertensi pada kehamilan, dan persalinan prematur, sehingga suplementasi zinc selama kehamilan mungkin dapat bermanfaat. Meski demikian, penggunaan sediaan zinc, seperti zinc sulfat, selama kehamilan telah dimasukkan dalam FDA Kategori C.[1,2]
Zinc merupakan mineral yang memiliki peran penting terhadap berbagai fungsi biologis, termasuk sintesis protein dan metabolisme asam nukleat. Pada wanita hamil, zinc berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Defisiensi zinc pada masa kehamilan dapat menginduksi kelainan neurologis dan parameter pertumbuhan janin.[3-6]
Defisiensi zinc diperkirakan terjadi pada 17,3% populasi global, dimana tertinggi didapatkan di Afrika dan Asia. Defisiensi zinc telah dilaporkan menjadi faktor risiko tertinggi ke-11 penyebab mortalitas dan morbiditas perinatal di seluruh dunia.[3]
Peran Zinc pada Kehamilan
Zinc banyak ditemukan pada daging merah dan unggas. Selain dari protein hewani, zinc juga dapat ditemukan pada kacang-kacangan, whole grains, sereal, dan produk susu. Pada orang dewasa, termasuk ibu hamil, dibutuhkan konsumsi zinc sekitar 10-15 mg per hari. Kebutuhan ini sulit tercukupi dari cadangan tubuh atau makanan saja, sehingga suplemen zinc diperlukan.[2,3,5]
Pada awal kehamilan, zinc diperlukan untuk multiplikasi sel dan pembentukan organ janin. Zinc akan disimpan dalam hepar dalam bentuk zinc-binding protein, atau dikenal dengan nama metallothionein. Cadangan zinc dalam hepar ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin pada masa akhir kehamilan dan memberikan kadar zinc yang cukup pada janin di masa postnatal.[2,3]
Risiko Kehamilan Akibat Defisiensi Zinc
Menurut studi pada hewan coba, defisiensi zinc pada awal kehamilan berkaitan dengan penurunan fertilitas, malformasi neurologi fetus, dan retardasi pertumbuhan. Pada kehamilan tahap lanjut, defisiensi zinc dikaitkan dengan kelainan perkembangan neurologi, gangguan fungsi otak, dan abnormalitas perilaku.
Pada manusia, dilaporkan adanya peningkatan malformasi kongenital dan keguguran pada ibu yang memiliki kelainan absorpsi zinc berupa acrodermatitis enteropathica. Kadar zinc yang rendah selama kehamilan juga dikaitkan dengan partus lama, atonia uteri yang menyebabkan perdarahan post partum, hipertensi pada kehamilan, persalinan preterm, dan kehamilan post term.
Pada janin, kadar zinc yang rendah dikaitkan dengan kecil masa kehamilan dan perburukan luaran perinatal. Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami defisiensi zinc dilaporkan lebih berisiko mengalami berat bayi lahir rendah dan prematuritas. Hal ini tentunya akan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas.[2]
Bukti Ilmiah Manfaat Suplementasi Zinc Selama Kehamilan
Dalam sebuah tinjauan sistematik dari 20 uji klinis dengan total lebih dari 11.000 kelahiran, dilakukan evaluasi terkait efikasi suplementasi zinc selama kehamilan. Kebanyakan studi dalam tinjauan ini mengevaluasi efikasi zinc sebagai bagian dari suplementasi mikronutrien lainnya, dengan 5 studi merupakan uji klinis terkontrol plasebo yang melibatkan pemberian zinc secara tunggal. Dosis zinc dalam studi yang dianalisis berkisar 5-50 mg/hari.
Tinjauan ini menemukan bahwa suplementasi zinc efektif menurunkan risiko kelahiran preterm secara bermakna, tetapi tidak menunjukkan efek bermakna lain terkait pertumbuhan fetus seperti berat badan lahir rendah. Bukti penurunan risiko kelahiran preterm ini diklasifikasikan sebagai bukti derajat rendah.[5]
Pada tahun 2021, Cochrane mempublikasikan tinjauan sistematik untuk mengevaluasi manfaat suplementasi zinc selama kehamilan. Tinjauan ini melibatkan 25 uji klinis acak terkontrol dengan total sampel lebih dari 18.000 ibu dan bayi. Tinjauan ini menyimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk mendukung manfaat suplementasi zinc selama kehamilan. Hasil analisis tidak menunjukkan adanya manfaat bermakna terhadap luaran ibu maupun janin.[2]
Rekomendasi Suplementasi Zinc oleh World Health Organization (WHO)
WHO tidak merekomendasikan suplementasi zinc sebagai bagian dalam perawatan antenatal rutin. Menurut WHO, bukti yang tersedia saat ini belum cukup untuk menunjukkan manfaat maupun bahaya dari suplementasi zinc. Studi lebih lanjut masih diperlukan agar kesimpulan lebih pasti dapat ditarik. WHO menyarankan untuk mendorong ibu hamil memastikan nutrisi adekuat melalui diet yang sehat dan seimbang.[7]
Kesimpulan
Beberapa studi mengindikasikan bahwa defisiensi zinc berkaitan dengan luaran fetal dan maternal yang buruk, sehingga suplementasi zinc diharapkan dapat mencegah hal ini. Meski demikian, bukti ilmiah yang tersedia belum cukup untuk merekomendasikan suplementasi zinc selama kehamilan. Uji klinis acak terkontrol lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui lebih jelas efikasi suplementasi zinc selama kehamilan terhadap luaran kehamilan, terutama di negara berkembang yang memiliki sumber daya rendah dan tingkat sosioekonomi rendah.