Suplementasi zinc secara rutin dinilai bermanfaat untuk diberikan kepada anak-anak, guna optimalisasi pertumbuhan, serta mencegah diare dan pneumonia.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien penting yang terlibat dalam berbagai aspek metabolisme seluler. Zinc dibutuhkan sebagai katalis untuk aktivitas berbagai enzim tubuh. Selain itu, zinc juga berperan dalam sistem imun, sintesis protein, penyembuhan luka, sintesis DNA, dan pembelahan sel. Pada anak-anak dan remaja, zinc juga berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Zinc juga dibutuhkan untuk memelihara indera pengecapan.[1]
Defisiensi Zinc pada Anak
Secara global, diperkirakan 17% orang berisiko untuk mengalami defisiensi zinc. Prevalensi hingga 20% dilaporkan pada negara-negara dengan pendapatan rendah–menengah. Endemi defisiensi zinc ditemukan terjadi pada berbagai negara di Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara.
Pada anak-anak, defisiensi zinc ditandai dengan gangguan pertumbuhan, menurunnya nafsu makan, dan sistem imun yang terganggu. Pada kasus defisiensi yang lebih berat, dapat terjadi rambut rontok, diare, perkembangan seksual terhambat, serta lesi pada kulit dan mata. Defisiensi zinc dapat terjadi karena asupan atau absorpsi zinc yang tidak adekuat, peningkatan kehilangan zinc dari tubuh, atau akibat kebutuhan zinc yang meningkat.
Anak-anak termasuk ke dalam kelompok yang berisiko mengalami defisiensi zinc, sehingga menjadi populasi yang tepat untuk suplementasi zinc. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya defisiensi zinc.[1–3]
Efek Suplementasi Zinc terhadap Pertumbuhan
Randomized controlled trial (RCT) oleh Abdollahi, et al. pada tahun 2019 meneliti efek suplementasi zinc pada pertumbuhan anak usia 6–24 bulan. Secara acak, subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang menerima suplementasi zinc selama 6 bulan, dan kelompok kontrol yang mendapatkan plasebo.[4]
Dibandingkan dengan plasebo, suplementasi zinc terbukti berhubungan signifikan dengan pertambahan panjang tubuh subjek. Selain itu, ditemukan juga prevalensi defisiensi zinc yang lebih rendah pada kelompok intervensi. Dari RCT ini tidak dilaporkan adanya adverse effect akibat suplementasi zinc. Berdasarkan hal tersebut, suplementasi zinc dapat digunakan untuk mencegah gangguan pertumbuhan pada anak.[4]
Tinjauan sistematis Cochrane pada tahun 2020 mengkaji efektivitas suplementasi zinc terhadap pertumbuhan, penurunan mortalitas, dan pencegahan infeksi pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Pada kelompok yang mendapatkan suplementasi selama 6 bulan, didapatkan peningkatan bermakna untuk Weight for Age Z-scores (WAZ) dan Weight for Length Z-score (WLZ), dibandingkan dengan kelompok plasebo.[5]
Efek Suplementasi Zinc terhadap Diare
Diare pada anak merupakan salah satu kasus yang cukup sering pada anak dan menyebabkan mortalitas serta morbiditas yang tinggi. Insidensi diare di Indonesia adalah 6,8%.[6]
Sebuah quasi-experimental dilakukan oleh Dalfa, et al. pada tahun 2018 untuk menilai efikasi zinc dibandingkan tata laksana standar pada anak-anak dengan diare akut. Peserta studi dimasukkan dalam kelompok kontrol, yaitu menerima garam rehidrasi oral, atau kelompok zinc, yang menerima garam rehidrasi oral dan zinc sulfat. Dosis zinc yang dipakai adalah 10 mg untuk anak di bawah 6 bulan, dan 20 mg untuk anak berusia di atas 6 bulan. Intervensi dilakukan selama 14 hari.[7]
Hasil studi mendapatkan durasi diare lebih singkat pada kelompok zinc dibanding kontrol, yaitu sebanyak 2,34 dan 7,2 hari. Penurunan frekuensi kejadian diare juga lebih banyak terlihat pada kelompok zinc, yaitu dari 6,38 kali menjadi 2,38. Pada kelompok kontrol, didapatkan penurunan frekuensi dari 6,99 kali menjadi 4,68 kali per hari.[7]
Selain itu, didapatkan peningkatan berat badan pada 71% peserta di kelompok zinc, sedangkan 71% peserta kelompok kontrol mengalami penurunan berat badan selama masa intervensi. Namun, peserta di kelompok zinc lebih berisiko menderita konstipasi sebesar 1,51 kali dibandingkan kelompok plasebo. Berdasarkan hasil studi, dapat disimpulkan bahwa suplementasi zinc yang ditambahkan pada tata laksana standar diare terbukti efektif dan bermanfaat.[7]
Sebuah RCT oleh El-Ghafar, et al. pada tahun 2022 menilai kadar zinc dalam darah pada anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, serta efek pemberian suplementasi zinc selama 4 bulan terhadap insidensi dan keparahan morbiditas akibat diare. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok intervensi yang menerima suplementasi zinc, dan kelompok plasebo.[8]
Intervensi diberikan menggunakan sirup zinc sulfat dengan kekuatan 7 mg/ 5 mL. Anak-anak dengan berat badan di bawah 10 kg diberi instruksi untuk mengonsumsi 2,5 mL sirup per hari, sedangkan anak-anak dengan berat badan lebih dari 10 kg mengonsumsi 5 mL per hari. Anak-anak dengan kadar serum zinc 60–100 μg/dL dianggap normal, dan kadar zinc di bawah 60 μg/dL termasuk sebagai rendah.[8]
Rerata serum zinc didapatkan sebesar 51.08 μg/dL, dan 70% peserta memiliki kadar serum zinc yang rendah. Insidensi kumulatif untuk diare, jumlah episode diare per anak, serta frekuensi buang air besar per hari menurun signifikan pada kelompok yang menerima zinc. Risiko terjadinya diare didapatkan lebih rendah 0,79 kali pada kelompok intervensi. Temuan RCT ini menunjukkan suplementasi zinc bermanfaat untuk menurunkan kejadian diare dan dapat dipakai sebagai metode pencegahan diare.[8]
Efek Suplementasi Zinc terhadap Pneumonia
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia adalah 2,1%. Suplementasi zinc meningkatkan protein dalam darah yang bertugas mengatur fungsi limfosit sel T, T-helper, makrofag, dan neutrofil, sehingga meningkatkan kemampuan tubuh mengatasi infeksi.[6,9]
Tinjauan sistematis Cochrane pada tahun 2016 mengkaji efektivitas suplementasi zinc sebagai pencegahan pneumonia pada anak usia 2–59 bulan. Analisis menunjukkan suplementasi zinc terbukti menurunkan insidensi pneumonia sebanyak 13% dan prevalensi pneumonia sebanyak 41%. Studi-studi yang dilibatkan melakukan suplementasi zinc setidaknya selama 3 bulan.[9]
Hasil yang berbeda didapatkan pada RCT tahun 2019 oleh Laghari, et al. RCT ini melibatkan 100 anak usia 28 hari hingga 5 tahun yang dirawat di rumah sakit akibat pneumonia berat. Peserta studi dibagi menjadi 2, yaitu kelompok intervensi dengan suplementasi zinc dan kelompok kontrol tanpa zinc.[10]
RCT ini tidak menemukan perbedaan terhadap luaran perbaikan gejala, misalnya hipoksia, takipnea, retraksi dada, dan sianosis, antara kelompok zinc dan tanpa zinc. Namun, didapatkan durasi rawat inap yang lebih singkat pada kelompok zinc, dibandingkan dengan kelompok tanpa zinc.[10]
Berdasarkan RCT tersebut, zinc tidak berperan dalam mengurangi gejala pneumonia berat pada anak-anak. Suplementasi zinc yang diberikan dalam jangka pendek tidak bermanfaat secara klinis bagi populasi ini.[10]
Studi lain juga melaporkan hasil serupa, yaitu suplementasi zinc lebih dari 3 bulan efektif untuk profilaksis pneumonia pada anak berusia di bawah 5 tahun. Namun, bukti klinis belum cukup kuat untuk mendukung suplementasi zinc yang hanya diberikan dalam jangka pendek.[11]
Cara Pemberian Suplemen Zinc
Suplemen zinc dapat diberikan dalam bentuk tablet atau sirup. Formulasi zinc yang digunakan pada suplemen, antara lain zinc glukonat, zinc sulfat, dan zinc asetat. Bukti yang ada belum menemukan adanya perbedaan tingkat absorpsi, bioavailabilitas, atau tolerabilitas antara formulasi zinc yang tersedia. Zinc sebaiknya diberikan secara tunggal dan tidak dikombinasi dengan mikronutrien lain karena dapat menurunkan absorpsi dan bioavailabilitas zinc.[1,5]
Dosis zinc yang disarankan untuk anak usia 6 bulan–5 tahun adalah 0,7–1,8 mg/kgBB, atau 1–21,4 mg/hari, atau 15–140 mg/minggu. Dosis per individu dapat berbeda-beda berdasarkan dari usia dan status nutrisi. Anak dengan berat badan kurang atau perawakan pendek mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi karena rawan mengalami defisiensi zinc.[5]
Konsumsi zinc dalam dosis besar dapat menyebabkan diare, nyeri perut, dan muntah dalam 3–10 jam setelah mengonsumsi suplemen. Namun, efek samping ini akan hilang dengan cepat. Asupan zinc yang berlebihan dapat mengakibatkan anemia akibat defisiensi besi, maupun defisiensi tembaga.[12]
Kesimpulan
Suplementasi zinc rutin terbukti bermanfaat untuk diberikan bagi anak yang sehat dengan risiko yang minimal. Suplementasi zinc secara rutin dapat membantu optimalisasi pertumbuhan pada anak, serta mencegah terjadinya diare dan pneumonia. Risiko efek samping berupa mual dan muntah akibat iritasi pada lambung. Dosis pemberian zinc yang disarankan berkisar antara 3–24 mg/hari dan sebaiknya diberikan selama minimal 6 bulan.
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra