Red flag atau tanda bahaya hiperhidrosis harus dikenali agar dokter tidak melewatkan penyebab yang berefek signifikan pada kesintasan seperti angina dan tumor pada saraf pusat. Hiperhidrosis adalah kondisi keluarnya keringat secara berlebihan akibat stimulasi berlebihan pada kelenjar ekrin. Hiperhidrosis mengakibatkan keluarnya keringat yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya dibutuhkan dalam proses termoregulasi homeostasis tubuh.
Pada kondisi hiperhidrosis, keringat akan banyak dikeluarkan pada area telapak tangan, ketiak, dan wajah karena kelenjar ekrin paling banyak terkonsentrasi pada area tersebut. Hiperhidrosis tidak jarang muncul disertai dengan keluhan penyerta lain dan kadang berhubungan dengan penyebab mengancam nyawa.[1,2]
Kemungkinan Etiologi Hiperhidrosis
Hiperhidrosis dapat dialami oleh semua kelompok usia. Keluhan biasanya dapat muncul sebagai gejala utama atau gejala penyerta dari kondisi lain. Berdasarkan etiologinya, hiperhidrosis dapat dibedakan menjadi hiperhidrosis primer dan sekunder.[1,2]
Hiperhidrosis Primer
Hiperhidrosis primer disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan biasanya muncul pada usia yang lebih muda dengan gejala yang lebih terlokalisir pada area tubuh yang memiliki konsentrasi kelenjar ekrin yang banyak, seperti telapak tangan, ketiak, dan wajah.[1,2,7,8]
Hiperhidrosis Sekunder
Hiperhidrosis sekunder biasanya muncul disertai gejala sistemik lain. Gangguan endokrin seperti diabetes melitus, hipertiroid, hipoglikemia, hiperpituitari, dan sindroma karsinoid merupakan salah satu contoh penyebab hiperhidrosis sekunder. Penyebab lain adalah perubahan hormonal pada menopause, kehamilan, dan obesitas. Perubahan hormonal dan berat badan dapat meningkatkan proses metabolisme tubuh dan merangsang aktivitas kelenjar ekrin.
Gangguan neurologi, seperti sindrom Guillain Barre, epilepsi, Parkinson, dan tumor atau trauma pada sistem saraf pusat merupakan penyebab hiperhidrosis yang perlu diwaspadai. Penyebab kardiovaskular juga perlu diwaspadai, seperti angina, sindrom koroner akut, dan gagal jantung.
Penyebab sekunder lain dari hiperhidrosis adalah kecemasan, ketakutan, emosi yang berlebihan, penggunaan alkohol berlebihan, derajat nyeri yang berat, serta demam. Hiperhidrosis juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, seperti propranolol dan opioid.[1-6]
Red Flags Hiperhidrosis
Hiperhidrosis primer umumnya tidak berbahaya atau menimbulkan kematian. Di sisi lain, hiperhidrosis sekunder perlu diwaspadai karena beberapa etiologi memerlukan penanganan yang segera. Pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi etiologi akan diperlukan pada pasien dengan red flags atau tanda bahaya hiperhidrosis.[2,7,8]
Berikut red flags hiperhidrosis yang perlu diwaspadai:
- Hiperhidrosis disertai dengan gejala sesak napas, nyeri dada seperti ditekan benda berat, dan jantung berdebar.
- Terdapat penurunan berat badan yang drastis.
- Terdapat gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan kecemasan, emosional berlebih, dan gangguan tidur.
- Hiperhidrosis disertai dengan hilang kesadaran, kejang, mual, dan muntah.
- Terdapat tanda hemodinamik yang tidak stabil dan gangguan pernapasan diikuti bengkak pada area tubuh tertentu.[1,2,7,8]
Pendekatan Manajemen Pasien dengan Red Flags Hiperhidrosis
Hiperhidrosis merupakan gejala non-spesifik dan memiliki banyak kemungkinan penyebab. Pasien dengan hiperhidrosis biasanya memiliki gejala terkait yang dapat mengindikasikan kemungkinan penyebab sekundernya. Untuk membedakan antara tipe hiperhidrosis primer dan sekunder, faktor yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi pasien adalah lokasi gejala dan simetri fokus, frekuensi, durasi, tingkat keparahan, riwayat keluarga, dan pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari.
Pengecualian penyebab sekunder dari hiperhidrosis dengan melakukan tes laboratorium merupakan langkah penting dalam proses diagnostik. Pada hiperhidrosis primer, produksi keringat berlebih bersifat fokal tanpa penyebab yang jelas dan berlangsung selama minimal 6 bulan. Seseorang dapat dikatakan mengalami hiperhidrosis primer apabila memiliki setidaknya 4 kriteria tambahan berikut:
- Keringat berlebih simetris bilateral
- Frekuensi minimal gejala yang terjadi setidaknya sekali per minggu
- Kejadiannya terbatas pada siang hari
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari
- Onset usia sebelum 25 tahun
- Riwayat keluarga dengan hiperhidrosis[2,7,8]
Anamnesis
Pada pasien dengan hiperhidrosis, tanyakan durasi dan distribusi keringat. Kondisi yang akut bisa mengindikasikan penyebab infeksi atau penyebab kardiak. Sementara itu, jika hiperhidrosis sudah berulang terjadi, pikirkan kemungkinan pasien mengalami gangguan cemas. Meskipun kecemasan adalah penyebab yang sering dari hiperhidrosis, dokter tetap perlu mempertimbangkan penyebab lain terlebih dulu.
Jika keringat bersifat fokal dan telah berlangsung selama lebih dari 6 bulan, pertimbangkan diagnosis hiperhidrosis primer, terlebih jika terdapat kriteria tambahan pendukung.
Pada anamnesis, tanyakan juga riwayat perjalanan dan pekerjaan, serta faktor risiko infeksi lain. Tanyakan pula riwayat konsumsi obat dan alkohol.[2,7,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kegawatan penyerta lainnya. Kenaikan suhu pada kondisi demam merupakan penyebab fisiologis dari hiperhidrosis.
Selanjutnya, periksa adanya limfadenopati, hepatomegali, dan splenomegali. Ada pasien yang dicurigai mengalami tirotoksikosis, bisa didapatkan tanda klinis berupa takikardia dan atrial fibrilasi.[2,7,8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan kecurigaan klinis. Pemeriksaan awal yang dapat dipilih adalah pemeriksaan darah lengkap dan penanda inflamasi untuk memeriksa infeksi dan keganasan, serta tes fungsi tiroid untuk menyingkirkan tirotoksikosis. Jika hiperhidrosis dicurigai berkaitan dengan hipoglikemia, lakukan pemeriksaan kadar gula darah.
Jika hiperhidrosis dicurigai berkaitan dengan menopause, pertimbangkan tes hormon seperti estrogen dan follicle stimulating hormone (FSH). Jika hiperhidrosis dicurigai berkaitan dengan gangguan kardiovaskular atau respirasi, pertimbangkan melakukan EKG atau rontgen toraks.
Meskipun jarang, hiperhidrosis bisa disebabkan oleh feokromositoma. Apabila dicurigai, lakukan pemeriksaan katekolamin urin 24 jam.[2,7,8]
Tata Laksana
Penatalaksanaan hiperhidrosis yang memiliki red flags adalah penanganan dari penyebab yang mendasarinya. Sebagai contoh, pasien dengan hipertiroid perlu diberikan obat antitiroid seperti propiltiourasil. Kasus yang berkaitan dengan diabetes mellitus diterapi dengan antidiabetes seperti metformin.
Sementara itu, untuk mengurangi gejala hiperhidrosis dapat diberikan terapi topikal dengan antiperspiran yang mengandung aluminum klorida.[2,7,8]