Sofpironium merupakan terapi baru yang telah disetujui penggunaannya untuk penanganan hiperhidrosis. Sofpironium bekerja sebagai agen antikolinergik topikal yang menghambat aktivitas kelenjar keringat dengan menghalangi reseptor asetilkolin pada kelenjar tersebut, sehingga mengurangi produksi keringat pada penderita hiperhidrosis.
Hiperhidrosis ditandai oleh keringat berlebihan dari jumlah fisiologis yang dibutuhkan dan dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup dan mental serta kesejahteraan individu yang terkena. Hiperhidrosis dibagi menjadi hiperhidrosis primer dan sekunder. Sebagian besar kasus hiperhidrosis adalah kasus primer fokal yang mempengaruhi ketiak, telapak tangan, telapak kaki dan daerah kraniofasial.[1,2]
Hiperhidrosis primer bersifat idiopatik dan dapat muncul akibat aktivitas abnormal saraf simpatik dan parasimpatik yang merangsang kelenjar keringat secara berlebihan. Hiperhidrosis sekunder biasanya mempengaruhi pasien lansia dan dapat disebabkan demam, proses fisiologis seperti kehamilan atau menopause, penyakit sistemik komorbid, reaksi efek samping obat, atau komplikasi tindakan medis.[3]
Prinsip Terapi Hiperhidrosis
Obat antikolinergik oral dan topikal telah lama digunakan untuk pengobatan hiperhidrosis. Antikolinergik topikal disukai karena menurunkan risiko efek antikolinergik sistemik jika dibandingkan sediaan oral. Meski demikian, sediaan topikal memiliki keterbatasan dalam hal penetrasi. Aluminium klorida topikal dalam bentuk antiperspiran merupakan lini pertama pengobatan hiperhidrosis ketiak, tetapi kerap menyebabkan iritasi, terutama pada dosis poten.[1,4,5]
Pilihan terapi lain termasuk injeksi toksin botulinum, iontophoresis, microwave thermolysis dan pembedahan. Bedah invasif merupakan pilihan terapi pada kasus hiperhidrosis berat yang tidak berespon terhadap pengobatan konservatif. Thoracic atau lumbar sympathectomy adalah teknik operasi yang paling andal tetapi membutuhkan anestesi umum dalam pengerjaannya.[3,4]
Penggunaan Sofpironium dalam Penanganan Hiperhidrosis
Sofpironium adalah analog struktural anticholinergic glycopyrrolate poten. Sofpironium mengurangi keringat dengan menghambat reseptor muskarinik M3 pada kelenjar ekrin, diformulasikan dalam bentuk gel topikal. Pada penelitian in vitro, selain memiliki afinitas tertinggi pada subtipe reseptor M3, sofpironium juga memiliki afinitas tinggi pada subtipe M1, M2, M4 dan M5.[1]
Sofpironium terhidrolasi pada ikatan ester sehingga menjadikan aktivitas metabolitnya rendah ketika memasuki peredaran darah. Oleh karena itu, sofpironium efektif untuk mengurangi produksi keringat pada hiperhidrosis primer ketiak dan dihubungkan dengan efek samping sistemik yang rendah jika dibandingkan dengan obat sejenisnya seperti glycopyrronium.[2]
Sofpironium juga memiliki metabolisme yang cepat untuk mengurangi efek sistemik ketika diserap ke dalam kulit. Sofpironium dilaporkan tidak terakumulasi secara sistemik setelah pemberian sekali sehari selama 4-6 minggu. Efek samping yang sering muncul adalah nasofaringitis, dermatitis, eritema, pruritus, rasa terbakar, gatal, kulit kering, dan bersisik. Efek samping yang jarang muncul adalah mulut kering, penglihatan kabur, midriasis, dan konstipasi.[1]
Basis Bukti Efikasi Sofpironium dalam Penanganan Hiperhidrosis
Dalam sebuah uji klinis label terbuka fase 3, sofpironium gel diaplikasikan pada pasien dengan hiperhidrosis primer pada ketiak dengan durasi 52 minggu pengobatan. Gel ini dalam jumlah adekuat diaplikasikan pada masing masing ketiak sekali sehari sebelum tidur. Jika ada pengaplikasian di luar waktu tersebut, masih diperbolehkan tetapi hanya dibatasi sekali saja.
Keberhasilan terapi pada penelitian ini dinilai dengan kriteria menurut Hyperhidrosis Disease Severity Score (HDSS). HDSS ini digunakan untuk menilai keparahan dari hiperhidrosis primer fokal berdasarkan klasifikasi gejala subjektif pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sofpironium efektif dalam mengurangi gejala subjektif pasien hiperhidrosis.
Efek samping yang ditemukan pada penelitian ini merupakan efek samping antikolinergik berupa sakit kepala, midriasis, disuria, mulut kering, pandangan kabur, rasa haus, konstipasi, insomnia, dan mual. Efek samping ini memiliki tingkat kejadian sangat rendah.[2]
Kesimpulan
Sopironium adalah obat antikolinergik topikal yang ditemukan efektif dan aman untuk penanganan hiperhidrosis primer. Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor muskarinik M3 pada kelenjar ekrin.
Di Amerika Serikat, FDA telah menyetujui penggunaan gel topikal sofpironium 12,45% untuk pengobatan hiperhidrosis aksila primer pada orang dewasa dan anak berusia 9 tahun ke atas. Obat ini belum tersedia di Indonesia, tetapi mengingat ini adalah pengobatan yang efektif, aman, dan dapat dengan mudah dioleskan pasien ke daerah yang terkena, tampaknya akan ada permintaan agar sofpironium bisa beredar di Indonesia.