Red flags atau tanda bahaya rambut rontok dapat membantu membedakan jenis kerontokan rambut yang memerlukan tindakan diagnostik lanjutan dari kasus yang cukup memerlukan observasi saja. Kerontokan rambut atau alopecia merupakan salah satu keluhan yang umum ditemui, baik pada pria maupun wanita. Kehilangan sampai dengan 100 helai rambut telogen per harinya dianggap sebagai proses fisiologis, karena rambut baru tentu akan bertumbuh dan menggantikan rambut yang rontok tersebut. Meski demikian, mengetahui red flags rambut rontok dapat membantu dokter untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab alopecia, serta menentukan penanganan lebih lanjut.[1-3]
Kemungkinan Etiologi Rambut Rontok
Rambut rontok dapat terjadi karena gangguan siklus rambut, kondisi peradangan yang merusak folikel rambut, serta kelainan bawaan atau didapat pada batang rambut. Secara garis besar, rambut rontok dibedakan menjadi alopecia sikatrikal (jaringan parut), alopecia nonsikatrikal, dan gangguan rambut struktural.[1,3]
Alopecia sikatrikal adalah kondisi yang menyebabkan penghentian siklus rambut yang tidak dapat diubah dan kerontokan rambut permanen. Hilangnya sel induk folikel rambut di daerah tonjolan folikel rambut inilah yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Pada alopecia nonsikatrikal, folikel rambut tidak rusak secara permanen, sehingga memungkinkan pertumbuhan kembali secara spontan atau dibantu dengan pengobatan. Gangguan struktural rambut yang menyebabkan kerontokan rambut menunjukkan kelainan pada batang rambut yang mengakibatkan kerapuhan rambut.[3]
Etiologi Tersering Rambut Rontok pada Alopecia Nonsikatrikal
Alopecia nonsikatrikal merupakan penyebab tersering keluhan rambut rontok. Alopecia nonsikatrikal bisa disebabkan oleh alopecia androgenik, telogen effluvium, anagen effluvium, dan alopecia areata.[4]
Alopecia Androgenik:
Alopecia androgenik merupakan suatu kondisi herediter yang disebabkan oleh paparan terhadap hormon dihydrotestosterone (DHT). Alopecia androgenik dapat terjadi pada 70% pria dan 40% wanita.
Penipisan garis rambut dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, namun resesi garis rambut temporal dan kerontokan rambut di daerah lingkaran bagian belakang kepala (tipe Norwood-Hamilton) terutama terjadi pada pria. Pada wanita, tanda pertama dari kerontokan rambut herediter adalah penipisan garis tengah difus di bagian atas kulit kepala (tipe Ludwig).[2,4]
Telogen Effluvium:
Telogen effluvium ditandai dengan kerontokan rambut difus merata di seluruh kulit kepala. Kondisi ini biasanya terjadi setelah adanya kondisi medis berat atau akut, seperti operasi besar, kehamilan, anemia defisiensi besi, malnutrisi, atau penurunan berat badan yang cepat. Penyebab lain telogen effluvium adalah penggunaan obat, seperti lithium, fluoxetine, dan retinoid. Kerontokan rambut biasanya dimulai sekitar 2-4 bulan setelah adanya kejadian pemicu dan dapat sembuh dalam 6-9 bulan.[4]
Anagen Effluvium:
Anagen effluvium adalah contoh lain dari kerontokan rambut difus. Perbedaannya dengan telogen effluvium adalah rambut mengalami rontok pada fase anagen. Terapi radiasi dan kemoterapi kanker dapat menjadi faktor pencetus kondisi ini. Gejala yang muncul bisa lebih cepat dan dramatis daripada telogen effluvium. Kerontokan rambut menjadi jelas dalam 1 sampai 4 minggu setelah terpapar agen penyebab, dan sekitar 80-90% rambut kulit kepala terpengaruh. Pertumbuhan rambut biasanya akan pulih setelah 4 bulan penghentian kemoterapi.[5,6]
Alopecia Areata:
Kerontokan rambut fokal melibatkan kerontokan rambut di kulit kepala dan terkadang wajah dan tubuh. Penyebab paling umum dari kerontokan rambut fokal adalah alopecia areata. Kondisi ini diduga berkaitan dengan proses autoimun dan sering berkaitan dengan gangguan autoimun lainnya seperti diabetes tipe 1. Pertumbuhan kembali rambut secara spontan dapat terjadi pada 30% orang dengan alopecia areata yang ringan, dan 50-80% kasus menjadi asimtomatis dalam kurun waktu 1 tahun.[2,4]
Red Flags Kerontokan Rambut
Identifikasi red flags atau tanda bahaya rambut rontok diperlukan untuk membedakan jenis rambut rontok yang memerlukan tindakan diagnostik lanjutan dan pasien yang cukup memerlukan observasi saja. Berikut adalah red flags yang perlu diperhatikan pada pasien dengan gejala rambut rontok:
- Rambut rontok total
- Rambut rontok secara tiba-tiba
- Tidak ada penyebab eksternal yang jelas
- Kelelahan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan
- Penurunan berat badan
- Diduga kerion[3]
Pendekatan Penanganan Pasien dengan Red Flags Rambut Rontok
Pada kebanyakan kasus, rambut rontok tidak disebabkan oleh etiologi mengancam nyawa. Pendekatan penanganan perlu menyingkirkan kemungkinan aspek gaya hidup yang dapat menimbulkan kerontokan, misalnya adanya traksi akibat mengikat rambut terlalu kencang. Selain itu, evaluasi juga kemungkinan kerontokan akibat obat, seperti kemoterapi atau kontrasepsi hormonal.[3,7,8]
Anamnesis
Pada anamnesis, lakukan evaluasi onset rambut rontok beserta kuantitas dan distribusinya. Identifikasi pula adanya keluhan tambahan, seperti kulit kepala terasa gatal, nyeri, atau merah,
Evaluasi apakah pasien baru saja mengubah regimen terapi rutin, mengalami stres, atau kondisi fisik tertentu. Adanya trikotilomania biasanya berkaitan dengan distres psikologis, sehingga perlu juga dilakukan anamnesis status mental pasien.
Periksa pula tanda-tanda keganasan karena juga dapat menyebabkan rambut rontok. Ini mencakup penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, perubahan metabolik, serta keluhan benjolan pada area tubuh tertentu.[3,7,8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hal utama yang perlu diperhatikan adalah adanya iritasi yang jelas ataupun pembentukan jaringan parut dan kerion. Kerion merupakan area yang meradang, menebal, dan berisikan pus pada kulit kepala. Kerion dapat timbul sebagai komplikasi tinea kapitis derajat berat dan merupakan suatu kegawatdaruratan karena dapat menyebabkan destruksi folikel dan kebotakan permanen.[3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan jika rambut rontok diduga berkaitan dengan penyebab sistemik tertentu. Beberapa pemeriksaan penunjang yang mungkin diperlukan sesuai indikasi klinis adalah kadar hemoglobin, ferritin, HbA1c, fungsi tiroid, dan penanda inflamasi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan kondisi yang mendasari kerontokan rambut. Luaran klinis pasien bisa baik apabila penyebab yang mendasari bersifat reversibel.[3]
Pasien yang mengalami kerion memerlukan pemberian antifungal, seperti griseofulvin oral. Manfaat pemberian steroid oral, seperti prednison, pada kasus kerion masih menjadi kontroversi.[9]
Penatalaksanaan lain dapat dipertimbangkan untuk tujuan kosmetik. Meski demikian, berbagai pilihan penatalaksanaan yang tersedia umumnya memiliki harga cukup tinggi, tidak tersedia secara luas, dan belum tentu menghasilkan luaran yang memuaskan pasien. Ini mencakup obat seperti minoxidil hingga transplantasi rambut.[3,7,8]