Bahan restorasi untuk gigi posterior umumnya menggunakan resin komposit atau dental amalgam. Dahulu, bahan pilihan adalah dental amalgam, tetapi saat ini mulai ditinggalkan seiring dengan meningkatnya permintaan restorasi estetika. Alternatif bahan restorasi estetika yang paling mudah ditemukan adalah resin komposit. Bahan restorasi yang ideal haruslah memiliki ketahanan yang baik.[1-4]
Ketahanan bahan restorasi atau tambal gigi bergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor pasien, keterampilan dokter gigi dalam memanipulasi bahan, serta sifat bahan restorasi itu sendiri. Meskipun ada banyak bahan restorasi yang tersedia di pasaran, pilihan bahan restorasi gigi posterior terbaik untuk mengembalikan struktur anatomi gigi dan mencapai ketahanan yang dapat diterima masih menjadi kontroversi.[1-4]
Biokompatibilitas Dental Amalgam dan Resin Komposit
Penggunaan bahan dental amalgam masih menghadapi banyak kontroversi terkait toksisitas merkuri. Merkuri merupakan komponen utama dalam dental amalgam. Studi in vitro membuktikan bahwa unsur merkuri 10 kali lebih beracun dibandingkan timbal pada neuron.
Jaringan hati, ginjal, dan sistem saraf pusat berisiko tinggi mengalami kerusakan akibat toksisitas merkuri karena merupakan organ target utama untuk bioakumulasi. Penggunaan dental amalgam telah dibatasi atau dilarang di beberapa negara karena kandungan merkurinya. Meskipun begitu, penelitian yang tersedia belum menunjukkan bukti yang konklusif bahwa amalgam menyebabkan masalah kesehatan pada populasi umum.
Resin komposit merupakan bahan sewarna gigi yang telah digunakan sebagai pengganti tambalan amalgam yang mengandung merkuri. Namun, kekhawatiran dikemukakan terkait potensi toksisitas bahan restorasi resin komposit.
Resin komposit dapat mengandung turunan bisphenol A (BPA), seperti bisphenol A diglycidyl methacrylate (bis-GMA), dan bisphenol A dimethacrylate (bis-DMA). BPA diketahui bertindak sebagai agonis reseptor estrogen sehingga dapat menyebabkan gangguan endokrin.[3-7]
Ketahanan Dental Amalgam dan Resin Komposit
Semua bahan restorasi memiliki batas ketahanan dan keperluan diperbaiki pada suatu waktu. Berbagai studi menunjukkan bahwa bahan dental amalgam memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan sebagian besar bahan restorasi lain. Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa tidak ada restorasi dengan dental amalgam yang memerlukan penggantian pada 3 tahun, serta hanya kurang dari 10% restorasi dental amalgam memerlukan penggantian pada 10 tahun.
Dental amalgam mudah ditempatkan pada gigi yang dipreparasi, memiliki karakteristik creep yang rendah, kekuatan ketahanan pada tekanan tinggi, ketahanan aus yang tinggi, dan mengalami perubahan dimensi yang minimal seiring berjalannya waktu.
Resin komposit menunjukkan ketahanan jangka pendek yang baik, yaitu sekitar 2‒3 tahun jika digunakan tanpa agen pengikat dentin. Tingkat kegagalan yang signifikan ditemukan pada usia restorasi 5 tahun.
Ketahanan dari resin komposit dipengaruhi oleh jenis bahan. Microfill yang dipadatkan dengan penyinaran dilaporkan memiliki ketahanan lebih lama (6,5‒8,5 tahun) dibandingkan macrofill. Karies sekunder menjadi alasan paling sering untuk penggantian resin komposit.
Selain itu, alasan penggantian lain adalah restorasi lepas, pecah, dan defek marginal. Walaupun resin komposit merupakan bahan alternatif yang paling umum digunakan untuk dental amalgam, restorasi resin komposit dengan ukuran sedang hingga besar memiliki tingkat kegagalan, risiko karies sekunder, dan peningkatan frekuensi penggantian yang lebih tinggi dibandingkan dengan amalgam.
Ketahanan Dental Amalgam dan Resin Komposit pada Restorasi Gigi Posterior
Bukti ilmiah yang mempertimbangkan ketahanan bahan restorasi pada gigi posterior menunjukkan bahwa dental amalgam memiliki ketahanan yang sangat baik, yaitu hingga 20 tahun. Tingkat kegagalan rata-rata tahunan adalah 0,3‒6,9%. Resin komposit pada restorasi gigi posterior memiliki tingkat kegagalan tahunan pada kisaran yang sama (0,5‒6,6%), tetapi ketahanannya lebih singkat.[1,6,8-11]
Terdapat bukti ilmiah lain yang menunjukkan bahwa amalgam lebih tahan lama dibandingkan resin komposit, terutama bila digunakan untuk restorasi kavitas yang besar, dan memberikan proteksi cusp gigi lebih baik. Bahan dental amalgam juga memberi efek penutupan margin yang baik sehingga dapat menghasilkan keberhasilan klinis jangka panjang.[1,3,9,10]
Kebocoran Margin dan Risiko Karies Sekunder
Kebocoran margin umumnya disebabkan penetrasi cairan, bakteri, dan ion ke dalam ruang di antara bahan restorasi dan dinding kavitas. Amalgam memiliki creep rendah dan kekuatan tarik yang tinggi sehingga lebih unggul. Amalgam juga memiliki kemampuan menutup margin dengan baik meskipun korosi tetap dapat terjadi. Hal ini dapat mencegah terjadinya karies sekunder.[2,5,10,11]
Di lain pihak, fenomena penyusutan polimerisasi (shrinkage) dapat terjadi pada material resin komposit. Hal ini dapat menghasilkan pengurangan volume sebanyak 1,5‒5%, tergantung pada struktur molekul monomer, jumlah pengisi, dan lama penyinaran. Penyusutan berpotensi menyebabkan kerusakan struktur gigi akibat tekanan antara ikatan gigi-komposit.[2,9-11]
Tekanan dapat menyebabkan fraktur mikro pada email, membentuk celah marginal dan kebocoran mikro, yang mengakibatkan rasa nyeri pasca penumpatan. Semakin tinggi penyusutan, semakin besar kemungkinan kebocoran di sekitar margin dan risiko karies sekunder.[2,9-11]
Ketahanan Keausan Dental Amalgam dan Resin Komposit
Ketahanan keausan mengacu pada kemampuan material untuk menahan kehilangan permukaan enamel akibat gesekan dengan struktur lain. Posisi gigi dan oklusi merupakan faktor kunci dalam menilai ketahanan aus. Resin komposit menunjukkan ketahanan aus yang lebih rendah dibandingkan amalgam dan tidak dapat dijadikan bahan restorasi pilihan bagi pasien dengan kondisi oklusi berat ataupun bruxism.[1,5]
Preparasi Gigi Dental Amalgam dan Resin Komposit
Preparasi gigi harus dapat mempertahankan restorasi lebih baik dengan meninggalkan sisa struktur gigi yang kuat sebagai penyangga. Ukuran restorasi yang lebih kecil dapat meminimalisir risiko iritasi pulpa.
Restorasi dental amalgam berikatan secara mekanis pada gigi. Preparasi gigi untuk restorasi dental amalgam membutuhkan kavitas yang dalam untuk menahan amalgam. Preparasi secara agresif ini dapat melemahkan struktur gigi yang tersisa. Pada restorasi resin komposit, ikatan komposit dengan gigi bersifat mikromekanik, sehingga tidak memerlukan preparasi gigi sebanyak dental amalgam.[6,9]
Sensitivitas Teknik Penumpatan Dental Amalgam dan Resin Komposit
Teknik penumpatan berperan penting untuk mengembalikan gigi pada fungsi awal. Restorasi resin komposit dapat bertahan lebih lama jika berikatan tepat pada email dan dentin. Ikatan pada struktur gigi memerlukan teknik isolasi yang baik dan bebas dari kontaminasi cairan mulut serta kontaminan lainnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengisolasi berperan penting dalam pemasangan restorasi resin komposit.
Sementara itu, bahan dental amalgam tidak menunjukkan masalah klinis yang signifikan bahkan dengan adanya cairan mulut saat insersi. Material alloy bebas seng pada komposisi dental amalgam menunjukkan ekspansi minimal bahkan bila ditempatkan pada permukaan basah.[1-3,11]
Tingkat Iritasi Pulpa Dental Amalgam dan Resin Komposit
Restorasi dengan bahan dental amalgam membutuhkan preparasi gigi yang lebih dalam. Hal ini berpotensi menyebabkan kerusakan termal dan iritasi pulpa. Pernis, pelapis atau basis digunakan untuk mencegah iritasi pulpa.
Pada penggunaan resin komposit, penyinaran yang tidak dilakukan secara tepat juga berpotensi menimbulkan respons pulpa sedang hingga berat. Akan tetapi, sinar ultraviolet (UV) masih relatif aman dan dapat digunakan pada kavitas yang dalam.[1,7,10]
Faktor Biaya Dental Amalgam dan Resin Komposit
Bahan dental amalgam lebih unggul dari resin komposit dalam hal efikasi biaya. Biaya restorasi resin komposit berkisar 1,7‒3,5 kali lebih mahal daripada amalgam. Resin komposit membutuhkan waktu sekitar 2,5 kali lebih lama untuk proses penumpatan, karena teknik penumpatan yang sensitif dan kompleks.[4,10]
Kesimpulan
Penelitian mengenai material restorasi yang ideal masih terus berjalan, berbagai bahan masih terus dikembangkan. Selama ini, bahan dental amalgam telah berfungsi sangat baik dan merupakan bahan restorasi yang serbaguna. Meski demikian, penggunaannya dihadapkan pada kontroversi mengenai toksisitas merkuri.
Penggunaan amalgam telah menurun belakangan ini, bukan karena persepsi publik tentang toksisitas merkuri atau masalah lingkungan, tetapi karena meningkatnya permintaan untuk restorasi estetika. Amalgam lebih unggul daripada resin komposit karena memenuhi hampir semua kriteria bahan restorasi ideal kecuali dalam segi estetika.
Di sisi lain, material resin komposit sangat diperlukan sebagai pilihan material restorasi pada zona estetika anterior, tetapi juga merupakan alternatif yang layak bagi amalgam untuk restorasi gigi posterior. Meskipun teknik penumpatannya lebih sensitif, preparasi gigi yang relatif kurang kompleks dapat mempertahankan struktur gigi lebih banyak dan meninggalkan sisa struktur gigi yang lebih kuat untuk mendukung restorasi. Kelemahan resin komposit ialah penyusutan polimerisasi yang berdampak pada keberhasilan klinisnya.
Dokter gigi tetap perlu mempertimbangkan bahwa restorasi resin komposit untuk karies gigi posterior dengan ukuran sedang hingga besar cenderung memiliki tingkat kegagalan yang lebih tinggi, memiliki risiko karies sekunder, dan penggantian ulang restorasi.
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini