Risk of Hospitalization, severe disease, and mortality due to COVID-19 and PIMS-TS in children with SARS-CoV-2 infection in Germany
Sorg AL, Hufnagel M, Doenhardt M, et al. medRxiv. The Preprint Server for Health Sciences. doi: https://doi.org/10.1101/2021.11.30.21267048
Abstrak
Latar Belakang: Meskipun anak-anak dan remaja memiliki beban yang lebih rendah terhadap penyakit yang berkaitan dengan SARS-CoV-2 bila dibandingkan dengan orang dewasa, tetapi penilaian risiko absolut di antara anak-anak masih sulit dilakukan. Hal ini karena tingginya tingkat kasus yang tidak terdeteksi, sehingga tidak didapatkan jumlah kasus yang akurat dan analisis risiko yang terpercaya.
Metode: Peneliti mengombinasikan data dari tiga sumber, yaitu studi seroprevalensi nasional (the SARS-CoV-2 KIDS study), sistem pemberitahuan yang legal di Jerman, dan registrasi nasional pada anak-anak dan remaja yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 atau multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C). Pengambilan dari 3 sumber ini bertujuan untuk menyediakan estimasi terpercaya akan hospitalisasi anak-anak, admisi perawatan intensif, dan mortalitas akibat COVID-19 dan MIS-C.
Hasil: Secara keseluruhan, tingkat hospitalisasi yang berkaitan dengan infeksi SARS-CoV-2 mencapai 35,9 per 10.000 anak, tetapi tingkat perawatan di ICU hanya 1,7 per 10.000 sedangkan kasus kematian 0,09 per 10.000 anak. Anak tanpa komorbiditas memiliki risiko yang jauh lebih kecil untuk menderita penyakit berat atau fatal.
Risiko terendah terdapat pada anak berusia 5‒11 tahun tanpa komorbiditas, di mana tingkat perawatan di ICU hanya 0,2 per 10.000 dan case fatality rate tidak dapat dikalkulasikan karena tidak ada laporan kasus kematian. Sedangkan tingkat MIS-C secara keseluruhan adalah 1 per 4.000 infeksi SARS-CoV-2 pada mayoritas partisipan anak-anak tanpa komorbiditas.
Kesimpulan: Secara keseluruhan, beban penyakit parah atau kematian yang berkaitan dengan SARS-CoV-2 pada anak dan remaja adalah rendah, terutama pada anak-anak berusia 5‒11 tahun tanpa komorbiditas. Di sisi lain, MIS-C masih menjadi beban penyakit utama di antara semua kelompok usia anak.
Ulasan Alomedika
Bila dibandingkan dengan orang dewasa, banyak bukti menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja memiliki morbiditas dan mortalitas yang rendah akibat infeksi SARS-CoV-2 atau penyakit yang berkaitan dengannya. Namun, risiko absolut COVID-19 pada anak-anak masih sulit dinilai karena belum akuratnya jumlah kasus dan belum validnya estimasi risiko pada populasi anak.
Kemungkinan banyaknya kasus COVID-19 pada anak yang tidak terdeteksi dapat disebabkan asimtomatik atau gejala seperti flu ringan, sehingga anak tidak melakukan tes PCR. Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada anak seringkali karena hasil pemeriksaan anak yang dirawat di rumah sakit akibat masalah kesehatan yang beragam dan tidak selalu berkaitan dengan infeksi virus SARS-CoV-2.
Kondisi ini menyebabkan overestimasi akan morbiditas dan mortalitas akibat COVID-19 pada pasien anak, akibat denominator yang lebih sedikit daripada kondisi sesungguhnya. Padahal, penilaian risiko absolut diperlukan dalam upaya pengendalian pandemi, terutama untuk menimbang keuntungan dan kerugian program kesehatan yang dilakukan pada kelompok usia anak dan remaja ini.
Ulasan Metode Penelitian
Analisis dilakukan berdasarkan data yang disediakan oleh 3 survei yang berbeda, yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif. Namun, data mentah dari ketiga sumber tersebut ternyata sebagian besar berupa estimasi/perkiraan saja, sehingga menjadi limitasi pada analisis ini.
Dalam penilaian populasi yang berisiko, jumlah anak-anak yang menderita COVID-19 di Jerman tidak diketahui secara pasti. Data hanya berdasarkan survey prospektif dari antibodi IgG yang terdeteksi melalui ELISA pada pasien yang dirawat di beberapa rumah sakit di Jerman.
Ulasan Hasil Penelitian
Dalam menilai morbiditas dan mortalitas COVID-19 pada populasi anak dan remaja ini, peneliti menganalisis luaran tingkat hospitalisasi, kebutuhan terapi COVID-19, kebutuhan perawatan intensif (ICU), dan kematian yang berkaitan dengan COVID-19. Selain itu, dianalisis juga luaran hospitalisasi, perawatan ICU, dan kematian akibat MIS-C.
Luaran yang Berkaitan dengan COVID-19:
Hingga bulan Mei 2021, tingkat hospitalisasi yang berkaitan dengan COVID-19 bervariasi tergantung pada seroprevalensi, yaitu antara 30,1‒44,6 kasus per 10.000 anak. Saat analisis dibatasi pada pasien COVID-19 yang memerlukan terapi intervensi, maka tingkat hospitalisasi berkurang 5,5 kali lipat menjadi 6,5 kasus per 10.000 anak, dan berkurang 20 kali lipat menjadi 1,7 kasus per 10.000 anak jika kasus yang dihitung hanya yang dirawat di ICU akibat COVID-19.
Untuk luaran hospitalisasi dan kebutuhan terapi COVID-19, persentase tertinggi ditemukan pada kelompok usia <5 tahun, diikuti usia 12‒17 tahun. Sedangkan persentase terendah pada kelompok usia 5‒11 tahun. Untuk luaran perawatan intensif, persentase tertinggi terlihat pada kelompok usia 12‒17 tahun.
Luaran yang Berkaitan dengan Kondisi MIS-C:
Risiko kumulatif anak mengalami MIS-C adalah 2,5 kasus per 10.000 anak, dan risiko anak dirawat di ICU akibat MIS-C adalah 1,3 per 10.000 anak. Untuk Kasus MIS-C ini, secara signifikan ditemukan paling sedikit pada kelompok usia 12‒17 tahun. Sedangkan untuk kasus MIS-c yang perlu dirawat di ICU, tidak terdapat perbedaan usia yang signifikan.
Jika analisis dibatasi pada anak-anak tanpa komorbiditas, maka risiko MIS-C terlihat lebih meningkat menjadi 2,9 per 10.000 anak, dan risiko dirawat di ICU karena MIS-C menjadi 1,5 per 10.000 kasus. Berdasarkan ini, MIS-C tampaknya terutama memengaruhi anak-anak tanpa komorbiditas.
Luaran Secara Keseluruhan:
Secara keseluruhan, risiko penyakit berat COVID-19 pada anak dan remaja sangat rendah, di mana hal ini sejalan dengan laporan sebelumnya pada beberapa negara lain. Menariknya, anak kelompok usia 5‒11 tahun memiliki risiko lebih rendah daripada usia <5 tahun dan remaja >12 tahun. Kematian akibat COVID-19 pada anak-anak tanpa komorbiditas hanya 0,03 per 10.000 anak, di mana pada usia >5 tahun tidak ada laporan kematian sama sekali.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan studi ini terletak pada jumlah sampel yang dikaji. Meski tidak disebutkan langsung di dalam jurnal, data yang dianalisis diambil dari sistem pelaporan dan register nasional yang mencakup semua data anak di Jerman, sehingga nilai estimasi risiko yang disediakan studi ini cukup komprehensif dan dianggap sebagai estimasi terbaik yang tersedia di Jerman.
Pada studi ini, penilaian estimasi risiko mencakup anak-anak yang tidak memiliki komorbiditas untuk menghindari underestimation jumlah kasus COVID-19 pada anak.
Limitasi Penelitian
Studi ini terdapat potensi bias seleksi, karena data yang diambil merupakan data mentah. Pelaporan data ke dalam DGPI (German Society of Pediatric Infectious Diseases) bersifat sukarela, sedangkan pelaporan ke dalam statutory notification system bersifat wajib. Pelaporan yang bersifat sukarela dapat menyebabkan bias karena kecenderungan melapor yang lebih tinggi ketika terdapat penyakit yang berat atau kematian. Bila semua data dimasukkan maka dapat terjadi overestimasi beban COVID-19.
Namun, peneliti telah melakukan penyesuaian dengan mengoreksi jumlah COVID-19 yang membutuhkan terapi dan jumlah perawatan ICU. Selain itu, definisi kasus yang digunakan DGPI dan statutory notification system terlihat identik. Oleh karena itu, koreksi data yang tidak terlaporkan di DGPI dapat dilakukan dengan mengacu pada statutory notification system.
Limitasi lainnya terletak pada ketepatan ELISA untuk mendeteksi IgG, yang digunakan untuk menegakkan diagnosis infeksi SARS-CoV-2 pada anak-anak. Padahal diagnosis baku emas COVID-19 adalah tes PCR. Nilai cut-off ELISA juga dapat berbeda-beda dari tiap laboratorium. Namun, data yang didapatkan tersebut sebanding dengan data global, sehingga hasil studi ini dapat dianggap sebagai estimasi yang terbaik yang tersedia di Jerman.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Model studi ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian sejenis di Indonesia. Saat ini, berbagai kebijakan yang diberlakukan terhadap populasi anak di Indonesia masih mengacu pada morbiditas dan mortalitas umumnya populasi dewasa, sehingga dibutuhkan data berdasarkan studi khusus populasi anak dan remaja.
Sementara, data dari hasil studi dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam pembuatan kebijakan kesehatan masyarakat yang memengaruhi anak-anak dan remaja, seperti kebijakan sekolah, olahraga, dan kegiatan sosial. Hasil studi menunjukkan bahwa anak usia sekolah memiliki risiko penyakit parah akibat COVID-19 yang sangat rendah, dan tidak ada kematian yang tercatat. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan bahwa kegiatan pembatasan pada kelompok usia ini lebih cenderung memiliki pengaruh negatif daripada memberikan perlindungan yang signifikan dari penyakit parah, meskipun belum ada studi yang meneliti dampak penutupan sekolah.
Penilaian risiko perlu mempertimbangkan banyaknya kasus COVID-19 pada anak yang tidak terkonfirmasi atau asimtomatik. Jika jumlah kasus yang tercatat lebih rendah daripada kenyataan, maka akan menyebabkan overestimasi beban COVID-19 yang sesungguhnya. Selain itu, overestimasi angka kesakitan juga dapat terjadi karena jumlah kasus terkonfirmasi positif hanya dari pemeriksaan yang dilakukan pada anak yang dirawat karena alasan medis apapun.
Estimasi risiko penyakit berat, hospitalisasi, dirawat di ICU, dan kematian pada anak akibat COVID-19 perlu dilakukan dengan akurat, untuk menggambarkan beban penyakit yang sesungguhnya. Hal ini agar upaya mitigasi pandemi COVID-19 lebih tepat sasaran.