Rokok Elektrik vs Varenicline dan Permen Karet Nikotin untuk Berhenti Merokok – Telaah Jurnal Alomedika – Artikel Terkini!

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ

Efficacy of Electronic Cigarettes vs Varenicline and Nicotine Chewing Gum as an Aid to Stop Smoking: A Randomized Clinical Trial – Retracted

Lin HX, Liu Z, Hajek P, et al. Efficacy of Electronic Cigarettes vs Varenicline and Nicotine Chewing Gum as an Aid to Stop Smoking: A Randomized Clinical Trial. JAMA Internal Medicine. 2024;184(3):291-299. doi:10.1001/jamainternmed.2023.7846

studibobrok

Abstrak

Latar belakang: rokok elektrik sering digunakan oleh perokok untuk membantu berhenti merokok, tetapi bukti efikasinya masih terbatas bila dibandingkan nicotine replacement therapy (NRT), dan tidak ada bukti tentang efikasinya dibandingkan varenicline.

Tujuan: untuk mengevaluasi apakah rokok elektrik lebih superior bila dibandingkan NRT dan non-inferior bila dibandingkan varenicline untuk membantu berhenti merokok.

Desain dan partisipan: penelitian ini adalah suatu uji klinis yang dilakukan di 7 lokasi di Cina. Partisipan adalah perokok yang menghisap rokok setidaknya 10 batang sehari dan mempunyai motivasi untuk berhenti, tidak sedang memakai obat untuk berhenti merokok, tidak sedang memakai rokok elektrik, dan bersedia memakai produk apa pun yang ada dalam penelitian ini. Partisipan pertama kali direkrut Mei 2021 dan analisis data dilakukan Desember 2022.

Intervensi: intervensi yang diberikan adalah rokok elektrik cartridge (30 mg/mL garam nikotin selama 2 minggu dilanjutkan dengan 50 mg/mL setelahnya), varenicline (0,5 mg sekali sehari selama 3 hari; 0,5 mg dua kali sehari selama 4 hari; dan 1 mg dua kali sehari setelahnya), dan permen karet nikotin (2 mg untuk yang merokok <20 batang sehari atau 4 mg untuk yang merokok >20 batang sehari). Semua intervensi diberikan selama 12 minggu dan diikuti intervensi perilaku minimal berupa undangan untuk forum self-help di internet.

Luaran utama: luaran utama penelitian ini adalah abstinensia yang bertahan sampai 6 bulan yang divalidasi dengan pemeriksaan karbon monoksida (CO) napas (<8 parts per million atau ppm). Partisipan yang tidak bisa di follow-up (lost to follow-up) dimasukkan sebagai gagal abstinensia.

Hasil: total partisipan adalah 1068 orang, di mana 357 (33,5%) adalah perempuan dan rerata umur adalah 33,9 + 3,1 tahun. Partisipan kemudian diacak ke kelompok rokok elektrik (409; 38.3%), varenicline (409; 38.3%), dan NRT (250; 23,4%).

Angka abstinensia yang divalidasi dengan pemeriksaan karbon monoksida (CO) pada 6 bulan adalah: rokok elektrik (15,7%; 64 orang), varenicline (14,2%; 58 orang), dan NRT (8,8%; 22 orang). Angka abstinensia rokok elektrik non-inferior terhadap varenicline (absolute risk reduction 1.47%; 95% CI −1.41% sampai 4.34%) dan superior terhadap NRT (odds ratio 1.92; 95% CI 1.15 sampai 3.21).

Kepatuhan terapi pada ketiga kelompok setara dalam 3 bulan pertama. Namun, 257 (62,8%) partisipan masih menggunakan rokok elektrik pada bulan ke-6, sedangkan dua kelompok lainnya sudah tidak lagi menggunakan terapi mereka.

Efek samping paling umum pada kelompok rokok elektrik adalah iritasi tenggorokan (32; 7,2%) dan iritasi mulut (28; 6,9%). Pada kelompok varenicline, efek samping paling umum adalah mual (36; 8,8%), sementara pada kelompok NRT efek samping paling umum adalah iritasi tenggorokan (20; 8%) dan iritasi mulut (22; 8,8%). Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan.

Kesimpulan: uji klinis acak ini menemukan bahwa ketika semua terapi diberikan dengan intervensi perilaku minimal, rokok elektrik non-inferior bila dibandingkan varenicline dan superior bila dibandingkan NRT untuk membantu berhenti merokok.

RokokElektrikvsVarenicline

Ulasan Alomedika

Rokok elektrik sebenarnya merupakan salah satu jenis nicotine replacement therapy (NRT) untuk membantu perokok berhenti merokok. Contoh NRT lainnya adalah permen karet nikotin dan patch nikotin. Selain itu, terdapat obat-obatan seperti varenicline yang juga dapat menjadi opsi terapi berhenti merokok.[1-3]

Studi-studi telah membuktikan bahwa meskipun rokok elektrik tidak terlepas dari risiko kesehatan, risikonya lebih rendah daripada rokok konvensional yang dibakar. Namun, studi yang membandingkan efikasi dan keamanan rokok elektrik dengan NRT lain dan obat seperti varenicline masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efikasi dan keamanan berbagai opsi terapi berhenti merokok.[1-3]

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis acak multisenter yang open-label, tanpa blinding dan tanpa plasebo. Subjek penelitian ini adalah perokok dewasa berusia 25–45 tahun, yang merokok >10 batang setiap hari selama minimal 5 tahun. Subjek juga memiliki hasil pemeriksaan ekspirasi CO >9 ppm dan mempunyai motivasi untuk berhenti merokok.[1]

Subjek dieksklusi bila sedang hamil atau menyusui, menggunakan obat-obatan untuk membantu berhenti merokok dalam 30 hari terakhir, atau pernah menggunakan rokok elektrik selama >7 hari. Kriteria eksklusi lainnya adalah riwayat gangguan mental, tidak bersedia menggunakan produk mana pun dalam penelitian ini, dan terdiagnosis kanker atau remisi dari kanker dalam 1 tahun terakhir.[1]

Kriteria inklusi tersebut di atas membatasi ekstrapolasi hasil penelitian ini hanya pada mereka yang berusia 25–45 tahun dan belum tentu berlaku pada populasi perokok yang lebih tua atau lebih muda.[1]

Eksklusi subjek dengan gangguan mental juga menyebabkan tidak adanya data pada populasi tersebut. Padahal, studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa subjek yang mengalami gangguan mental berisiko tinggi untuk menyalahgunakan dan mengalami ketergantungan nikotin.[4,5]

Ulasan Hasil Penelitian

Total partisipan adalah 1068 orang, yakni dalam kelompok rokok elektrik (409; 38.3%), varenicline (409; 38.3%), dan NRT (250; 23,4%). Masing-masing intervensi diberikan selama 12 minggu bersama terapi perilaku minimal.[1]

Luaran primer yang dinilai adalah abstinensia pada 6 bulan setelah hari berhenti rokok yang ditetapkan sendiri oleh pasien (normalnya 2 minggu setelah tes baseline). Durasi abstinensia yang lebih panjang daripada durasi intervensi ini dapat bermanfaat untuk mengetahui apakah pasien tetap tidak merokok meskipun terapi berhenti. Kemampuan mencegah relapse ini merupakan komponen penting terapi berhenti merokok.[1,6]

Dalam penelitian ini, abstinensia dari rokok dinilai berdasarkan laporan subjektif pasien (merokok tidak >5 batang setelah hari berhenti merokok dan tidak merokok sama sekali dalam 1 minggu sebelum evaluasi 6 bulan). Laporan abstinensia ini lalu dikonfirmasi lewat pemeriksaan biokimia yang bersifat objektif, yaitu pemeriksaan kadar CO dalam napas <8 ppm, sehingga hasilnya lebih objektif dan bisa diandalkan.[1]

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah adanya randomisasi pasien dan masking ahli statistik terhadap kode terapi, sehingga mengurangi risiko bias. Selain itu, laporan subjektif dari partisipan dikonfirmasi dengan pemeriksaan CO napas objektif, sehingga mengurangi kemungkinan bias subjektivitas partisipan dan mengurangi kemungkinan partisipan berbohong tentang perilaku merokoknya.[1]

Kelebihan lain penelitian ini adalah perhitungan jumlah sampel minimal menggunakan data quit-rate berdasarkan hasil penelitian sebelumnya untuk setiap intervensi. Hal ini membantu menentukan jumlah sampel yang adekuat dalam setiap kelompok intervensi untuk mendeteksi adanya efek terapeutik dari intervensi yang diberikan.[1]

Kelebihan lain adalah semua partisipan dimasukkan dalam analisis luaran primer, yang berarti bahwa pasien yang lost to follow-up atau tidak menyelesaikan protokol (misalnya karena efek samping atau ketidakpatuhan) juga disertakan dalam analisis primer. Hal ini mengurangi bias positive result dalam analisis per protokol yang hanya menyertakan pasien-pasien yang menyelesaikan keseluruhan protokol.[1]

Limitasi Penelitian

Penelitian ini tidak dapat menjalankan blinding dan tidak ada plasebo. Tidak adanya blinding menyebabkan partisipan mengetahui intervensi apa yang diterima. Hal ini bisa mempengaruhi pendapat subjektif partisipan mengenai terapi dan juga mempengaruhi penggunaannya. Tidak adanya plasebo juga menyebabkan sulit untuk menyatakan bahwa efek terapeutik yang dilaporkan adalah karena intervensi yang diberikan, bukan karena hal lainnya (misalnya karena intervensi perilaku yang diberikan).[1]

Penyertaan pasien yang drop-out berarti peneliti turut mempertimbangkan adanya efek samping berat atau ketidakpatuhan berobat dalam analisis akhir. Namun, mayoritas drop-out terjadi ketika ada kejadian-kejadian eksternal di Cina saat itu. Oleh sebab itu, sulit dipastikan apakah partisipan tidak menyelesaikan protokol karena efek samping berat, ketidakpatuhan, atau pengaruh eksternal tersebut.[1]

Penelitian ini juga kemudian ditarik dari publikasinya karena adanya coding errors yang signifikan dan sulit dikoreksi. Penarikan dilakukan atas permintaan peneliti dalam waktu singkat setelah publikasi (<3 bulan). Upaya berhenti merokok merupakan isu penting untuk kesehatan publik dan penelitian seperti ini dapat memengaruhi kebijakan dan pengeluaran kesehatan publik. Publikasi yang diikuti penarikan kembali secara cepat di jurnal bereputasi seperti ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas peer-review yang dilakukan. Ketidakcocokan dalam kalkulasi data menyebabkan akurasi dan reliabilitas hasil penelitian ini menjadi meragukan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Mengingat kekeliruan data yang ada, hasil dalam studi ini yang menyatakan bahwa rokok elektrik bersifat non-inferior terhadap varenicline dan bersifat superior terhadap permen karet nikotin belum dapat diandalkan.

Namun, beberapa studi lain telah menunjukkan bahwa rokok elektrik mempunyai efikasi yang lebih baik daripada NRT seperti permen karet nikotin atau patch nikotin untuk membantu berhenti merokok. Oleh sebab itu, rokok elektrik dapat dipertimbangkan untuk pasien yang ingin berhenti merokok, dalam kombinasi dengan terapi perilaku. Ke depannya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi superioritas rokok elektrik terhadap NRT dan membandingkannya dengan obat-obatan seperti varenicline.

Penarikan kembali studi yang sudah dipublikasikan di jurnal peer-reviewed, terutama yang dilakukan dengan cepat dan untuk topik yang dapat memengaruhi kebijakan dan pengeluaran kesehatan publik serta keputusan medis dokter merupakan masalah yang serius. Hal ini akhirnya dapat berdampak pada kesehatan pasien.

Referensi