Hasil rontgen toraks yang normal tidak dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis COVID-19. Akurasi rontgen toraks untuk mendiagnosis COVID-19 dilaporkan lebih rendah daripada CT scan toraks. Namun, rontgen toraks memiliki harga yang lebih terjangkau dan hampir selalu tersedia di seluruh rumah sakit, sehingga sering dilakukan sebagai pemeriksaan awal.[1,2]
Baku emas diagnosis COVID-19 adalah pemeriksaan real-time reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dari sputum dan swab tenggorok, yang kemudian dilanjutkan dengan genome sequencing untuk mendeteksi ribonucleic acid (RNA) virus SARS-CoV-2. Namun, RT-PCR membutuhkan biaya relatif mahal dan memiliki distribusi terbatas di area terpencil, sehingga pencitraan sering menjadi alternatif.[3-5]
COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia viral dengan berbagai tingkat keparahan. Gambaran umum rontgen toraks pada COVID-19 adalah pneumonia dengan temuan ground glass opacity (GGO), konsolidasi, atau keduanya, yang terjadi secara fokal maupun multifokal. Namun, hasil rontgen toraks juga mungkin tampak normal, sehingga dokter perlu berhati-hati ketika menegakkan diagnosis.[1,3]
Interpretasi Rontgen Toraks pada COVID-19
Interpretasi rontgen toraks pada COVID-19 memiliki kemiripan dengan severe acute respiratory syndrome (SARS) dan middle east respiratory syndrome (MERS) mengingat semua penyakit ini disebabkan oleh virus Corona. Namun, interpretasi pada COVID-19 mungkin menghadapi kesulitan tersendiri.[1,6,7]
Kesulitan Interpretasi Rontgen Toraks pada COVID-19
Kesulitan interpretasi rontgen toraks pada pasien COVID-19 umumnya disebabkan oleh banyaknya penggunaan terminologi yang tidak standar pada beberapa studi yang telah dilakukan, seperti airspace disease, pneumonia, infiltrat, patchy opacities, dan hazy opacities.[1,8]
Studi retrospektif oleh Wong HYF, et al. melaporkan bahwa gambaran paling umum dari rontgen toraks pasien COVID-19 adalah konsolidasi sebanyak 59% dan ground glass opacity (GGO) sebanyak 41%, dengan distribusi perifer atau posterior, terutama pada lobus bawah. Selain itu, GGO dapat dijumpai juga dengan penebalan septal interlobular atau intralobular, perifer, dan basal.[1,8]
Bahkan, pada pasien COVID-19 yang asimtomatik, progresivitas penyakit dari unilateral fokal menjadi GGO difus dan konsolidasi juga dijumpai. Efusi pleura jarang dijumpai tetapi dapat menjadi prediktor prognosis yang buruk jika ditemukan.[1,8]
Studi retrospektif oleh Weinstock, et al. telah mempelajari 636 film rontgen toraks dari pasien yang terkonfirmasi COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR, yang dinilai oleh radiologis sebagai derajat penyakit yang normal, ringan, sedang, atau berat. Hasil studi ini menemukan 371 (58,3%) rontgen toraks yang menunjukkan gambaran normal dan 265 (41,7%) rontgen toraks yang menunjukkan gambaran abnormal.[1]
Dari hasil yang abnormal, terdapat 195 rontgen toraks dengan gambaran ringan, 65 rontgen toraks dengan gambaran sedang, dan 5 rontgen toraks dengan gambaran berat. Perubahan interstisial pada paru dijumpai pada 151 rontgen toraks (23,7%) dan GGO dijumpai pada 120 rontgen toraks (18,9%). Lokasi utama lesi adalah lobus bawah pada 215 rontgen toraks (33,8%), bilateral pada 133 rontgen toraks (20,9%), dan multifokal pada 154 rontgen toraks (24,2%).[1]
Namun, kekurangan studi ini adalah metodenya yang bersifat retrospektif serta hanya menganalisis satu rontgen toraks saja pada tiap pasien. Hal ini membuat reliabilitasnya berkurang karena tiap pasien bisa menunjukkan stadium penyakit yang berbeda. Sulit untuk mengetahui apakah pasien dengan rontgen toraks yang normal akan tetap menunjukkan rontgen toraks yang normal saat gejala klinis mulai muncul.[1]
Sementara itu, suatu tinjauan sistematik dan meta analisis oleh Rodriguez-Morales, et al. yang melibatkan 780 pasien melaporkan bahwa temuan pada rontgen toraks pasien positif COVID-19 adalah pneumonia yang umumnya terjadi secara bilateral (72,9%), dengan gambaran GGO 68,5%.[9]
Perbandingan Rontgen Toraks dan CT Scan Toraks pada COVID-19
Temuan pada rontgen toraks dan CT scan toraks secara umum mirip, tetapi CT scan toraks umumnya lebih jelas mengonfirmasi temuan yang sebelumnya ada di rontgen toraks. Temuan dominan dari CT scan terjadi secara bilateral di bagian perifer dan basal, dengan gambaran GGO, konsolidasi, atau keduanya.[2,8]
Sensitivitas Rontgen Toraks pada Pasien COVID-19
Suatu studi deskriptif oleh Shi H, et al. menemukan bahwa pemeriksaan rontgen toraks awal pada pasien COVID-19 yang dirawat inap memiliki sensitivitas 69% untuk setiap abnormalitas yang dijumpai. Sementara itu, pemeriksaan rontgen toraks awal saat pasien pertama datang ke UGD memiliki sensitivitas yang lebih rendah. Hal ini diduga terjadi karena tingkat keparahan penyakit pada pasien yang baru datang umumnya lebih ringan daripada pasien yang dirawat inap.[10]
Studi oleh Wong, et al. membandingkan sensitivitas antara rontgen toraks dan RT-PCR untuk mendiagnosis COVID-19. Sensitivitas RT PCR awal lebih tinggi daripada rontgen toraks, yaitu 91% berbanding 69%.[8]
Sensitivitas CT Scan Toraks pada Pasien COVID-19
Studi oleh Hosseiny, et al. yang melibatkan 24 pasien COVID-19 yang menjalani CT scan toraks awal (0–4 hari sejak onset gejala muncul) melaporkan bahwa pada 17% partisipan, tidak ada opasitas paru. Sementara itu, 42% menunjukkan GGO fokal atau konsolidasi dan 42% menunjukkan opasitas paru multifokal.[2]
Sementara itu, CT scan toraks serial pada hari ke 5–13 menunjukkan progresivitas dari opasitas paru. CT scan toraks pada tahap lanjut (>14 hari) menunjukkan tingkat perbaikan yang bervariasi, tetapi tidak menemukan resolusi bahkan sampai 26 hari.[2]
Studi retrospektif oleh Fang Y, et al. membandingkan sensitivitas antara CT scan toraks dengan RT-PCR dalam diagnosis COVID-19. Penelitian ini melaporkan bahwa 50 dari 51 (98%) pasien menunjukkan gambaran pneumonia viral pada pemeriksaan inisial bila dibandingkan dengan RT-PCR yang positif pada 36 dari 51 pasien (71%). Studi ini juga mendukung pemeriksaan CT scan toraks sebagai alat skrining COVID-19 untuk pasien yang memenuhi kriteria COVID-19 tetapi menunjukkan RT-PCR yang negatif.[5]
Keunggulan dan Kekurangan Rontgen Toraks dan CT Scan Toraks
Dari segi biaya, CT scan toraks tergolong lebih mahal daripada rontgen toraks. Selain itu, distribusi rontgen toraks di area terpencil lebih luas daripada distribusi CT scan. Hal ini menyebabkan rontgen toraks lebih sering dilakukan untuk pasien yang dicurigai mengalami pneumonia viral akibat COVID-19.[1,2,11]
Akan tetapi, berbagai studi, termasuk meta analisis Cochrane pada tahun 2022 yang mempelajari 94 studi dengan total 37.631 partisipan, menunjukkan bahwa CT scan memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi daripada rontgen toraks. Sensitivitas dan spesifisitas CT scan toraks adalah 86,9% dan 78,3%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas rontgen toraks adalah 73,1% dan 73,3%. CT scan toraks lebih bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis COVID-19.[14]
Penentuan Kandidat Rontgen Toraks
Menurut The Fleischner Society, ketentuan rontgen toraks adalah sebagai berikut:
- Rontgen toraks tidak diindikasikan untuk pasien suspek COVID-19 yang hanya memiliki gejala klinis ringan kecuali bila ada faktor risiko progresivitas penyakit
- Rontgen toraks diindikasikan untuk pasien-pasien COVID-19 yang mengalami perburukan status respirasi
- Di area dengan sumber daya terbatas, rontgen toraks diindikasikan untuk triage pada pasien yang dicurigai mengalami COVID-19 dan menunjukkan gejala klinis sedang hingga berat, dengan probabilitas pretest penyakit tinggi[2]
Kesimpulan
COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia viral dengan berbagai tingkat keparahan. Gambaran pneumonia dapat dilihat dengan pemeriksaan radiologi seperti rontgen toraks dan CT scan toraks. Gambaran paling umum dari rontgen toraks COVID-19 adalah ground glass opacity (GGO) dengan distribusi perifer atau posterior, terutama pada lobus bawah. Selain itu, dokter dapat menjumpai GGO dengan penebalan septal interlobular atau intralobular maupun konsolidasi bilateral, perifer, dan basal.
Rontgen toraks sebenarnya kurang sensitif bila dibandingkan dengan CT scan toraks dan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis COVID-19. Apabila dokter menemukan rontgen toraks normal, dokter perlu mengembangkan clinical judgement sendiri dan tidak langsung mempercayai hasil normal tersebut.
Namun, rontgen toraks memang memiliki beberapa keuntungan dibandingkan CT scan, seperti lebih cost-effective, lebih cepat memberi hasil, serta tersedia secara luas hampir di seluruh rumah sakit.
Oleh karena itu, rontgen toraks dapat dilakukan bila ada kriteria yang sesuai, misalnya pada pasien suspek COVID-19 ringan yang memiliki faktor risiko progresivitas penyakit, pada pasien COVID-19 dengan perburukan status respirasi, dan pada kondisi sumber daya terbatas yang membutuhkan triage pada pasien suspek COVID-19 yang memiliki gejala klinis sedang hingga berat.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur