Perawatan luka bakar anak secara garis besar dibagi menjadi terapi pembedahan dan terapi konservatif. Tata laksana pembedahan berupa debridement diindikasikan pada luka bakar full thickness, di mana jaringan mati melibatkan seluruh ketebalan kulit, yang umumnya dilakukan di setting rawat inap rumah sakit pada kasus luka bakar mayor. Sementara itu, perawatan konservatif dilakukan pada setting rawat inap maupun rawat jalan.[2]

Penatalaksanaan Operatif

Pada saat ini, standar prinsip perawatan luka bakar yang dianut sebagian besar pusat luka bakar di dunia adalah early excision and early skin grafting. Prinsip penatalaksanaan ini menempatkan operatif sebagai terapi utama untuk luka bakar yang dalam, kemudian luka segera ditutup dengan teknik tandur kulit.[2,3]

Setelah terapi pembedahan selesai dilakukan, barulah perawatan luka dapat dilanjutkan secara konservatif, baik rawat inap maupun rawat jalan. Dengan berkembangnya prinsip early excision and early skin grafting, praktis perawatan luka bakar secara konservatif menjadi berkurang porsinya dibandingkan pada masa lalu.[2,3]

Penatalaksanaan Konservatif

Perawatan luka bakar konservatif dilakukan untuk luka bakar yang dangkal dan perawatan luka bakar di rawat jalan. Pada luka bakar anak, kasus yang dapat ditangani secara konservatif di rawat jalan adalah:

• Luka bakar yang tidak luas (<5%)
• Tidak terdapat luka bakar full thickness

• Tidak terdapat trauma penyerta lain, seperti trauma inhalasi
• Tidak mengenai area-area khusus, yaitu wajah, persendian besar, tangan, genital, dan perineum
• Bukan luka bakar yang disebabkan oleh listrik, kimia, atau kekerasan dalam rumah tangga[2,4,5]

Target Perawatan Luka Bakar

Target perawatan luka yang harus kita capai adalah membantu proses alami tubuh untuk mengeliminasi jaringan mati; mengendalikan eksudat pada luka; memfasilitasi proses penyembuhan luka dengan menciptakan suasana yang lembab (tidak terlalu kering atau terlalu basah); mencegah infeksi; meminimalkan frekuensi penggantian balutan dan nyeri pada saat penggantian balutan.[4,5]

Untuk mencapai target perawatan tersebut, ada banyak alternatif pilihan dressing yang dapat kita gunakan. Tidak ada satu pun produk perawatan luka yang dapat memenuhi seluruh target perawatan luka tersebut pada semua jenis luka. Oleh karena itu, kita harus terampil dalam memilih produk perawatan luka yang disesuaikan dengan kondisi luka pasien.[1,4]

Silver Dressing untuk Perawatan Luka Bakar Anak

Preparat silver telah lama digunakan sebagai agen antimikroba dalam perawatan luka. Produk silver yang paling sering digunakan dalam perawatan luka bakar adalah krim silver sulfadiazine. Di masa lalu, silver sulfadiazine dianggap lebih baik dari sediaan antimikroba topikal lainnya karena memiliki kemampuan penetrasi eskar, termasuk jaringan kulit mati full thickness.[3,5]

Preparat silver dapat membunuh mikroba yang terdapat di bawah lapisan eskar. Seiring dengan berkembangnya konsep early excision and early skin grafting, di mana sebagian besar luka bakar full thickness atau eskar ditata laksana dengan tindakan pembedahan.[3,5]

Oleh karena itu, perawatan  luka bakar dalam secara konservatif menggunakan krim silver sulfadiazine menjadi berkurang belakangan ini. Krim silver sulfadiazine lebih sesuai untuk digunakan pada luka bakar full thickness yang tidak luas, atau untuk perawatan luka bakar sebelum tindakan pembedahan.[3,5]

Studi Penggunaan Silver Dressing untuk Perawatan Luka Bakar Anak

Beberapa studi mengenai penggunaan silver sulfadiazine untuk perawatan luka bakar partial thickness menunjukkan kecepatan epitelisasi yang lebih lambat dibandingkan dengan sediaan perawatan luka lainnya. Dalam aplikasi klinisnya, krim silver sulfadiazine biasanya digunakan bersama dengan tulle gras dan kasa steril.[2,5]

Tulle gras berfungsi untuk mencegah luka lengket pada balutan saat dilakukan penggantian balutan, sedangkan kasa steril berfungsi untuk menyerap eksudat yang jumlahnya relatif banyak pada luka bakar. Krim silver sulfadiazine idealnya diaplikasikan setiap hari dan balutan diganti bila sudah jenuh oleh eksudat.[2,5]

Frekuensi penggantian balutan yang cukup sering juga merupakan salah satu kelemahan produk ini, terutama pada pasien anak mengganti balutan setiap hari bisa sangat menyakitkan dan mengganggu.[2,5]

Lagziel et al membandingkan manfaat frekuensi penggantian balutan silver sulfadiazine antara 1 kali dengan 2 kali setiap hari. Perbandingan efikasi, keamanan, dan toleransi menunjukkan bahwa penggantian balutan 1 kali/hari tidak berdampak negatif pada hasil luka. Namun, penggantian balutan 1 kali/hari ini menurunkan lama rawat inap, tingkat nyeri, dan komplikasi yang didapat di rumah sakit.[6]

Dressing Alternatif Untuk Perawatan Luka Bakar Anak

Untuk menghindari perlambatan proses penyembuhan luka, beberapa industri kesehatan menciptakan produk perawatan luka yang mengandung silver dalam bentuk nano-crystalline atau bentuk terikat lainnya. Produk-produk tersebut dapat melepaskan ion silver secara perlahan sehingga meminimalkan efek toksisitas terhadap jaringan sehat.[1]

Produk-produk semacam ini juga tersedia dalam bentuk hydrocolloid, hydrofibre, atau bahan lainnya yang memiliki fungsi tambahan untuk menyerap eksudat. Kekurangan produk ini dibandingkan dengan krim silver sulfadiazine adalah dari segi harga yang relatif lebih mahal, akan tetapi penggunaan produk ini dapat menurunkan biaya pengobatan secara keseluruhan karena membutuhkan kontrol ke rumah sakit yang lebih jarang.[1]

Produk-produk alternatif yang tersedia antara lain:

• Silicone dressing: keuntungan utama jenis dressing ini adalah sifatnya yang tidak melekat pada luka sehingga bisa mengurangi nyeri pada saat penggantian balutan pada kasus luka bakar anak

• Hydrocolloid: jenis balutan ini dapat diganti dengan frekuensi lebih jarang, sehingga mengurangi rasa nyeri dan trauma psikologis pada pasien anak-anak

• Hydrogel: Produk ini memiliki fungsi utama memberikan efek lembab pada luka. Pada kasus luka bakar yang akut di mana produksi eksudat masih banyak, dressing ini perlu dikombinasikan dengan dressing lain yang memiliki kemampuan menyerap eksudat agar luka tidak menjadi terlalu lembab

• Ointment based dressing: Produk-produk topikal ini biasanya tersedia dalam bentuk krim atau salep. Produk ini sangat bervariasi dengan bahan dasar agen antimikroba atau ekstrak tumbuh-tumbuhan. Prinsip utama preparat ini serupa dengan hydrogel, yaitu menciptakan suasana lembab dan mencegah infeksi, serta cara aplikasinya juga mirip dengan hydrogel

• Biosynthetic dressing: sediaan ini berupa bahan yang dapat menutup luka dan berperan menggantikan dermis atau epidermis yang hilang. Material ini pada umumnya tidak memerlukan penggantian balutan, kecuali bila terjadi infeksi. Kelemahan produk ini adalah harganya yang mahal dan ketersediaannya yang terbatas [1,4]

Kesimpulan

Produk silver dressing merupakan produk perawatan luka bakar yang banyak tersedia dan mudah didapatkan di Indonesia. Pemahaman mengenai keunggulan dan kekurangan berbagai jenis produk silver dressing penting dalam perawatan luka bakar anak di setting rawat jalan. Pengetahuan yang lebih luas mengenai produk-produk alternatif atau baru pada perawatan luka bakar, sangat esensial untuk merawat kasus luka bakar anak dalam pelayanan rawat jalan.

Produk perawatan luka bakar yang mengandung silver dalam bentuk nano-crystalline atau bentuk baru lainnya,  memiliki beberapa keuntungan termasuk penggantian balutan yang lebih jarang dan penyembuhan luka yang lebih baik, sehingga lebih unggul untuk digunakan daripada cara tradisional yang menggunakan krim silver sulfadiazine.

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini