Terapi Pengganti Hormon untuk Menopause dan Risiko Dementia

Oleh :
dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

Beberapa studi mengaitkan penggunaan terapi pengganti hormon pada pasien menopause dengan peningkatan risiko dementia. Dementia merupakan salah satu penyakit tidak menular menahun yang paling banyak diderita masyarakat lanjut usia di seluruh dunia.[1,2] Menurut laporan World Health Organization (WHO), sebanyak 47,5 juta orang di seluruh dunia menderita dementia dan sebesar 7,7 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya.[3]

Meskipun usia lanjut dan faktor keturunan telah dilaporkan sebagai faktor risiko utama terjadinya dementia, tetapi terdapat beberapa faktor demografis lain yang dinilai mempengaruhi risiko penurunan kognitif secara patologis. Salah satunya adalah jenis kelamin, di mana wanita menunjukkan peningkatan risiko dementia yang signifikan segera setelah menopause terjadi.[1-4]

Terapi Pengganti Hormon untuk Menopause dan Risiko Dementia-min

Terapi Pengganti Hormon dalam Manajemen Menopause

Manifestasi menopause sering muncul sebagai gejala mental dan fisik, seperti hot flushes, gangguan tidur, depresi, penurunan birahi, inkontinensia urine, peningkatan risiko osteoporosis, dan disfungsi kognitif. Sekitar 80% wanita menopause mengalami gejala tersebut, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup.[4,5] Oleh karenanya, penggunaan terapi pengganti hormon menjadi pilihan dalam pengelolaan menopause. Namun, beberapa studi observasional menunjukkan adanya peningkatan risiko gangguan kognitif dan neurodegeneratif pada wanita menopause yang mengonsumsi terapi pengganti hormon.[3,5]

Hormon steroid, reseptor hormon steroid, dan downstream signalling pathway di otak berubah seiring bertambahnya usia dan berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit. Estrogen dan progesteron adalah dua hormon steroid yang mengalami penurunan dalam sirkulasi dan otak selama menopause. Oleh karenanya, terapi pengganti hormon pada menopause memiliki kandungan estrogen, atau bentuk bioekuivalennya, baik tunggal maupun dalam kombinasi dengan progesteron.[1,4]

Bukti Ilmiah Kaitan Terapi Pengganti Hormon pada Menopause dengan Dementia

Dalam sebuah tinjauan sistematik, 14 studi yang mengevaluasi hubungan antara terapi pengganti hormon pada menopause dengan dementia Alzheimer diikutkan dalam analisis. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara terapi hormon, terutama kombinasi estrogen-progesteron, dengan kejadian penyakit Alzheimer. Studi ini juga menyebutkan adanya hubungan waktu-respons non-linier yang signifikan antara keduanya, namun asosiasi tersebut akan berbalik setelah melewati 5 tahun.[4]

Dalam studi lain yang berupa studi kasus-kontrol, dilibatkan 16.291 partisipan dengan dementia dan 68.726 kontrol. Secara umum, studi ini tidak menemukan peningkatan risiko dementia pada pasien yang menggunakan terapi pengganti hormon. Penurunan risiko dementia ditemukan pada pasien berusia di bawah 80 tahun dan telah mengonsumsi terapi estrogen selama 10 tahun atau lebih. Selain itu,studi ini juga menemukan adanya peningkatan risiko Alzheimer pada wanita yang menggunakan terapi estrogen-progesteron selama 5-9 tahun.[3]

Hipotesis Critical Window pada Penggunaan Terapi Pengganti Hormon dan Risiko Dementia

Beberapa studi menuliskan adanya hipotesis ‘critical window’ yang menjelaskan manfaat hormon estrogen pada wanita menopause. Hipotesis ini menilai estrogen memiliki efek neuroprotektif terhadap dementia hanya bila dikonsumsi segera setelah awitan 5 tahun terdiagnosis menopause oleh karena efek neuroprotektif melalui penurunan deposisi amyloid, peningkatan pembentukan sinaps, peningkatan aktivitas kolin asetiltransferase, dan perbaikan perfusi serebral.[3,4] Adapun faktor lain seperti insulin growth factor-1 (IGF-1), reseptor asam N-metil-d-aspartat (NMDARs), dan status genetik diduga turut berperan.[1] Namun demikian, terapi pengganti hormon menopause belum dianjurkan sebagai pencegahan terjadinya dementia.[4]

Kesimpulan

Secara umum, bukti ilmiah yang ada saat ini belum adekuat untuk menyimpulkan adanya efek protektif ataupun peningkatan risiko dementia akibat penggunaan terapi sulih hormon pada pasien menopause. Bukti ilmiah yang tersedia mengindikasikan bahwa risiko dementia Alzheimer akan sedikit meningkat pada penggunaan terapi kombinasi estrogen- progesteron, namun studi lanjutan masih diperlukan.

Referensi