Terapi topikal pada alveolar osteitis atau dry socket berfokus untuk mengurangi rasa nyeri, di mana efek intervensi lokal ini dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati setelah pencabutan gigi. Osteitis alveolar atau dry socket merupakan biasanya terjadi setelah ekstraksi gigi, terutama pada gigi molar mandibula. Kondisi ini ditandai dengan nyeri hebat dengan/tanpa halitosis, yang muncul 2‒3 hari pasca prosedur, sehingga kunjungan pasca prosedur meningkat.[1,2]
Penyebab dan Pencegahan Dry Socket
Penyebab dry socket diduga berkaitan dengan hilangnya sebagian atau seluruh bekuan darah yang terbentuk di bagian bawah soket gigi pasca ekstraksi gigi. Prevalensi dry socket antara 1‒5% pada ekstraksi gigi molar biasa (tanpa pembedahan lanjut), dan meningkat hingga 30% pada gigi molar ketiga yang dicabut dengan pembedahan (odontektomi).[2-4]
Pencegahan dry socket paling efektif adalah mengurangi debris dan menjaga kebersihan rongga mulut. Meskipun kondisi ini tidak berasal dari infeksi, pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, di mana mulut dipenuhi dengan sisa makanan dan plak yang menumpuk, memiliki risiko lebih besar terkena dry socket.
Dengan demikian, sebelum pencabutan gigi, dokter gigi dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan kebersihan mulut pasien dengan cara scaling dan root planing, hingga berkumur dengan mouthwash.[5,6]
Manajemen Dry Socket dengan Terapi Topikal
Meskipun pencegahannya merupakan langkah penting, manajemen dry socket yang efektif dan efisien juga tidak kalah pentingnya. Pengobatan topikal memainkan peran penting dalam mengurangi gejala dan mempromosikan penyembuhan pada pasien. Pilihan dalam terapi dry socket sebagian besar difokuskan pada pengurangan rasa sakit secara lokal, yaitu menempatkan obtundent (dressing obat yang menenangkan) di sekitar lokasi pencabutan gigi.[1,7]
Daly et al, pada tahun 2021, membuat intervention review tentang manajemen dry socket dengan intervensi topikal. Studi ini melibatkan 49 uji klinis dengan total subjek 6.771 orang, di mana temuan utama menyoroti beberapa pendekatan yang menjanjikan dalam mengelola dry socket.[7]
Dari 49 uji klinis tersebut, 39 uji klinis dengan 6.219 subjek meneliti upaya pencegahan dry socket, sementara 10 studi dengan 552 subjek meneliti lebih pada aspek pengobatannya. Hasil studi memberikan wawasan mendalam tentang berbagai metode dan intervensi yang dapat digunakan oleh praktisi kedokteran gigi untuk menangani dan mengurangi dampak dari dry socket.[7]
Mouthwash Chlorhexidine
Penggunaan mouthwash chlorhexidine, baik sebelum maupun setelah pencabutan gigi, memiliki dampak signifikan dalam mengurangi risiko terjadinya dry socket. Berkumur dengan mouthwash chlorhexidine 0,12% atau 0,2%, baik sebelum maupun 24 jam setelah pencabutan gigi, telah terbukti mengurangi risiko dry socket secara signifikan dibandingkan dengan kelompok plasebo.[1,7,8]
Hasil ini memberikan pemahaman baru terkait peran antiseptik ini dalam menjaga kebersihan soket gigi yang baru dicabut, sehingga membantu mencegah kehilangan bekuan darah yang dapat memicu dry socket.[1,7,8]
Gel Chlorhexidine
Varian chlorhexidine lain adalah dalam bentuk gel, yang dipercaya memiliki kemampuan yang sama dengan mouthwash dalam manajemen dry socket. Hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa penggunaan gel chlorhexidine juga efektif (bukti kualitas sedang) dalam mengurangi risiko dry socket bagi pasien yang menjalani ekstraksi gigi.[1,7,8]
Dibandingkan dengan plasebo, aplikasi gel chlorhexidine di dalam soket pasca ekstraksi mengurangi kemungkinan terjadinya dry socket sebesar 58%. Namun, perbandingan antara penggunaan mouthwash dan gel chlorhexidine menunjukkan hasil yang tidak pasti, di mana sebuah penelitian tidak menunjukkan angka yang lebih unggul pada penggunaan mouthwash chlorhexidine 0,12% daripada aplikasi gel chlorhexidine 0,2%.[1,7,8]
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami sediaan chlorhexidine mana yang lebih unggul, dan apakah keduanya dapat digunakan secara bersamaan untuk efek yang lebih besar.[1,7,8]
Platelet-Rich Plasma
Selain chlorhexidine, platelet-rich plasma (PRP) merupakan bahan medikasi yang dianggap dapat mencegah terjadinya dry socket. Akan tetapi, berbagai penelitian terkini ternyata menunjukkan bahwa aplikasi PRP setelah pencabutan gigi tidak superior dalam mengurangi risiko dry socket dibandingkan dengan plasebo.[1,9]
Sebanyak +21 penelitian intervensi intra soket guna mencegah dry socket dievaluasi dalam penelitian tunggal, dan tidak ditemukan adanya bukti yang cukup untuk menentukan efeknya. Oleh karena itu, walaupun PRP telah menjadi fokus penelitian di berbagai bidang kedokteran, penggunaannya dalam konteks dry socket tidak menunjukkan dampak yang signifikan.[1,9]
Alvogyl dan Zinc Oxide Eugenol
Dua penelitian terkini, dengan 80 partisipan, menunjukkan bahwa alvogyl lebih efektif daripada zinc oxide eugenol dalam mengurangi rasa sakit pada hari ke-7 pasca keluhan pertama dry socket muncul. Namun, penelitian lainnya yang juga melihat efek dari intervensi alvogyl dan zinc oxide eugenol dalam studi tunggal, tidak memberikan bukti yang cukup untuk menentukan efeknya.[1,2]
Efek Samping Bahan Terapi Topikal
Sangat diperlukan pemahaman lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas penggunaan berbagai intervensi dalam manajemen pasca ekstraksi gigi, yang seringkali menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan bagi pasien. Intervention review oleh Daly et al Studi memberikan latar belakang untuk mendiskusikan potensi efek samping atau reaksi yang tidak diinginkan dari penggunaan chlorhexidine, yang perlu dipertimbangkan oleh praktisi kedokteran gigi dalam perencanaan perawatan.[1,7]
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan reaksi merugikan ringan pada penggunaan mouthwash chlorhexidine 0,12% dan 0,2%, yaitu terjadinya perubahan warna jaringan mukosa, terdapat pewarnaan gigi menjadi lebih gelap, serta stomatitis. Meskipun sebagian besar penelitian tidak dirancang secara eksplisit untuk mendeteksi adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat kumur sebagai bagian dari protokol penelitian.[7,8]
Sementara itu, tidak ditemukan adanya efek samping pada penggunaan gel chlorhexidine 0,2%, alvogyl, dan zinc oxide eugenol yang diaplikasikan langsung ke dalam soket pasca ekstraksi.[7,8]
Kesimpulan
Sangat penting bagi dokter gigi untuk melakukan pengelolaan pencabutan gigi secara hati-hati, terutama pada gigi molar mandibula yang lebih rentan terhadap terjadinya osteitis alveolar atau dry socket. Penggunaan mouthwash chlorhexidine sebelum atau sesudah pencabutan gigi dapat menjadi langkah yang efektif dan relatif mudah untuk mengurangi risiko kondisi ini.
Demikian pula, aplikasi gel chlorhexidine langsung pada soket gigi juga menjanjikan sebagai metode pencegahan yang efektif. Namun, platelet-rich plasma (PRP) tampaknya tidak berperan dalam pencegahan dry socket, karena penelitian terbaru menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok PRP dengan plasebo.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif untuk mengembangkan pedoman yang lebih canggih dan efektif, sehingga dapat memastikan pasien mendapatkan perawatan yang terbaik setelah menjalani ekstraksi gigi.