Pendahuluan Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses adalah pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan gastrointestinal. Sebagai contoh, identifikasi telur parasit bisa didapat dari feses untuk mendiagnosis askariasis, pemeriksaan mikroskopis atau kultur feses bisa bermanfaat untuk mencari etiologi gastroenteritis, dan tes darah samar bisa mendeteksi kanker kolorektal.[1-3]
Pemeriksaan feses meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, pemeriksaan mikrobiologi, dan imunologi. Pada pemeriksaan makroskopis, aspek yang diperiksa antara lain warna feses, konsistensi, jumlah, bau, lendir, darah, dan keberadaan parasit ataupun sisa makanan. [1-5]
Pemeriksaan mikroskopis meliputi beberapa pemeriksaan seperti leukosit, sel darah merah, tes darah samar atau FOBT (fecal occult blood test), deteksi lemak tinja, dan pH. Jenis bakteri, virus, dan parasit juga dapat terlihat pada tinja yang diperiksa melalui pemeriksaan mikrobiologi dan imunologi.[1-5]
Pada infeksi parasit atau protozoa gastrointestinal, seperti pada kasus ankilostomiasis dan askariasis, pemeriksaan feses terkadang perlu dilakukan lebih dari satu kali (serial). Pemeriksaan juga sebaiknya dilakukan untuk skrining infeksi pada anggota keluarga pasien.[6]