Tonsilektomi dicurigai akan melemahkan pertahanan saluran napas atas dan meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Tonsil merupakan jaringan limfoid yang berperan dalam sistem imun saluran napas. Pada manusia terdapat tiga buah tonsil, yaitu lingual, faringeal (adenoid), dan palatina.[1,2]
Selain memproduksi limfosit, tonsil juga secara aktif mensintesis imunoglobulin. Oleh karena tonsil merupakan agregat limfoid pertama pada traktus respiratorius, tonsil diketahui berperan penting dalam imunitas dengan memberikan deteksi dini dari patogen yang terhirup atau tertelan. Tonsil yang terganggu berkaitan dengan penurunan transport antigen, produksi antibodi, dan infeksi bakteri kronik.[1,2]
Sekilas Mengenai Tonsilektomi
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan pada tonsila palatina. Hingga saat ini, indikasi dari tindakan ini masih menuai kontroversial. Tonsil seringkali diangkat pada usia dimana pembentukan sistem imun masih sangat sensitif dan belum matur. Studi menemukan apabila jalur pembentukan sistem imun pada masa kecil terganggu maka dapat berpengaruh pada kesehatan masa dewasa.[1,3,4]
Sebuah studi dengan populasi 1,2 juta pasien melaporkan bahwa individu yang menjalani pengangkatan tonsil atau adenoid pada usia sebelum 9 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi dan alergi pada saluran napas atas hingga usia 30 tahun. [2,3] Oleh karena itulah, dokter harus bijak dalam menentukan kapan tonsilektomi perlu dilakukan. [1,3,4]
Studi Hubungan Tonsilektomi dengan Infeksi Saluran Napas Atas
Berbagai studi acak dan non acak mendapatkan bahwa tonsilektomi memberikan sedikit penurunan frekuensi episode faringitis, jumlah absen sekolah akibat faringitis, dan infeksi saluran napas atas (ISPA) bila dibandingkan dengan tidak dilakukan pembedahan. [5]
Studi Kohort
Studi kohort berbasis populasi oleh Byars et al menganalisis data dari Danish Birth Registy yang mencakup 1.189.061 individu untuk mengetahui outcome kesehatan hingga usia 30 tahun. Subjek yang diikutkan dalam penelitian lahir pada tahun 1979-1999 dan diikuti terus hingga 2009. Sebanyak 17.460 subjek menjalani pengangkatan adenoid, 11.830 pasien menjalani pengangkatan tonsil, dan 31.377 pasien menjalani adenotonsilektomi, serta subjek lainnya merupakan kontrol.[2,3]
Berdasarkan studi tersebut dilaporkan bahwa tonsilektomi berkaitan dengan 2-3 kali lipat peningkatan relative risk (RR) terjadinya infeksi saluran napas atas bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menjalani pengangkatan tonsil dan didapatkan number needed to treat (NNT) sebanyak 5. [2,3]
Pada studi ini terdapat beberapa variabel perancu tak terkontrol yang dapat menyebabkan bias seperti paparan asap, kunjungan pasien ke dokter spesialis bedah sehingga mereka langsung menjalani pembedahan, bias seleksi, dan hasilnya tidak tergeneralisasi pada pasien di luar subjek penelitian.[2,3]
Studi kohort lain oleh Choi et al mengemukakan tonsilektomi tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kejadian infeksi saluran napas atas. Studi ini juga menemukan bahwa dengan ataupun tanpa dilakukan tonsilektomi, kejadian ISPA menurun seiring bertambahnya usia.[6]
Studi Tinjauan Sistemik
Studi lain berupa tinjauan sistematik yang dipublikasikan pada tahun 2017, melaporkan bahwa kejadian ISPA dan hari absen sekolah berkurang secara bermakna pada tahun pertama pasca dilakukan tonsilektomi. Namun, hal ini tidak signifikan dalam pemantauan jangka panjang. Studi ini juga menyebutkan bahwa kualitas hidup pasien meningkat dengan ataupun tanpa dilakukannya tonsilektomi.[7]
Tinjauan Cochrane oleh Burton et al melaporkan hal serupa. Didapatkan bahwa tonsilektomi dapat mengurangi jumlah episode nyeri tenggorokan dan jumlah hari sakit pada anak dalam 1 tahun pertama pasca operasi, dimana manfaat didapatkan lebih bermakan pada anak dengan gejala tonsilitis yang lebih berat. Studi ini juga menyebutkan bahwa beberapa anak mendapatkan perbaikan gejala ISPA dan kualitas hidup walaupun tanpa tonsilektomi. Serta kendati tonsilektomi dapat mencegah adanya tonsilitis di massa mendatang, efeknya terhadap risiko faringitis masih belum jelas.[8]
Kesimpulan
Tonsil adalah kelenjar limfoid yang berperan dalam sistem pertahanan saluran napas atas. Dengan melakukan pengangkatan kelenjar tonsil (tonsilektomi) diduga saluran napas atas akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Berbagai studi di atas, melaporkan hasil yang berbeda-beda. Ada studi yang menyebutkan bahwa tonsilektomi dapat meningkatkan risiko ISPA hingga 2-3 kali lipat, tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa kejadian ISPA menurun dalam 1 tahun pertama pasca operasi, atau bahkan tidak berbeda bermakna. Maka dari itu, keputusan untuk melakukan tonsilektomi harus mempertimbangkan untung-rugi pada masing-masing pasien. Pasien dengan gejala yang lebih berat kemungkinan akan menerima lebih banyak manfaat dari dilakukannya tidakan tonsilektomi.