Vaksinasi HPV (human papillomavirus ) telah banyak diteliti sebagai pencegahan kanker orofaring. Suatu meta analisis tahun 2021 menunjukkan bahwa vaksin HPV dapat melindungi individu terhadap infeksi HPV-16 sehingga menurunkan insidensi kanker orofaring terkait HPV.[1]
Kanker kepala dan leher, termasuk kanker orofaring, menempati urutan ke-6 kanker paling umum di seluruh dunia. Kanker orofaring banyak terjadi pada laki-laki berusia 50‒60 tahun, dengan riwayat merokok atau kebiasaan mengonsumsi alkohol. Mayoritas dari kanker kepala dan leher adalah karsinoma sel skuamosa.[1,2]
Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama kanker orofaring. Namun, dalam 10‒15 tahun terakhir, infeksi HPV semakin diakui sebagai salah satu faktor risiko utama terjadinya kanker orofaring. Pada tahun 2018, kanker orofaring dilaporkan sebagai jenis kanker paling umum yang berkaitan dengan infeksi HPV.[3-5]
Infeksi Human Papillomavirus (HPV) dan Kanker Orofaring
Paparan rongga mulut dan orofaring terhadap human papillomavirus (HPV) umumnya menyebabkan infeksi mulut tanpa gejala yang khas dan bersifat swasirna, tetapi sebagian kecil dari infeksi ini dapat bertahan dalam keadaan dormant. Penyebab paling sering seseorang terpapar HPV pada area orofaring adalah melakukan seks oral.[3-7]
Bergantung pada genotipe HPV, infeksi dapat menyebabkan penyakit yang bersifat jinak atau ganas. Saat ini, hanya HPV-16 yang memenuhi kriteria untuk dianggap sebagai penyebab kanker orofaring. Namun, beberapa strain HPV lain (18, 31, 33, 35, dan 45) telah terdeteksi pada 5-10% kasus kanker orofaring.[3-7]
Kurang dari 1% infeksi HPV oral menyebabkan kanker orofaring, tetapi mekanisme pasti transformasi ganas masih belum dipahami. Keganasan orofaring HPV-positif tidak hanya memiliki satu mutasi umum; sebaliknya, banyak mutasi yang berbeda telah diidentifikasi.[5]
Satu mekanisme yang dikonfirmasi dalam karsinogenesis adalah bahwa onkoprotein HPV E6 dan E7 mengikat dan menghambat protein penekan tumor p53 dan pRb, menyebabkan replikasi seluler yang tidak terkendali dan hilangnya kontrol siklus sel.[5]
Vaksin Human Papillomavirus (HPV) dalam Pencegahan Kanker Orofaring
Beberapa tahun ini, vaksinasi HPV telah dimasukkan dalam program imunisasi nasional di sebagian besar negara maju dan berkembang dengan tujuan mencegah kanker serviks dan kanker terkait HPV lain. Di Amerika Serikat, saat ini terdapat tiga jenis vaksin yang telah disetujui oleh FDA, yaitu vaksin kuadrivalen, bivalen, dan 9-valen.[8]
Vaksin HPV rekombinan 9-valen mendapat persetujuan FDA untuk memperluas indikasi sebagai pencegahan kanker orofaring dan kanker kepala-leher lain yang disebabkan oleh HPV 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Vaksinasi diindikasikan pada wanita dan pria berusia 9-45 tahun.[8]
Rekomendasi Pelaksanaan Vaksin HPV
Rekomendasi pelaksanaan vaksin HPV sebagai berikut:
- Vaksinasi rutin pada individu berusia 11-12 tahun, tapi dapat dimulai lebih dini sejak usia 9 tahun
- Vaksinasi catch-up dapat dilakukan pada individu usia 13-26 tahun. Tidak direkomendasikan pada individu berusia di atas 26 tahun
- Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan interval 6-12 bulan pada individu berusia < 15 tahun
- Vaksin diberikan dalam 3 dosis pada individu usia 15-26 tahun, dengan jadwal pemberian 0 bulan, 1-2 bulan, dan 6 bulan
- Pemberian 3 dosis juga direkomendasikan pada pasien imunokompromais usia 9-26 tahun[5,9]
Efikasi dan Keamanan Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Uji klinis vaksin HPV bivalen (HPV-16 dan 18) pada 4186 wanita menunjukkan efikasi vaksin terhadap infeksi HPV di serviks, anal, dan oral. Vaksinasi ditemukan paling efektif pada wanita yang belum pernah terpapar HPV. Vaksin HPV juga terbukti cukup efektif untuk wanita seropositif HPV 16 dan 18 tapi tidak terpapar di serviks (cervical negative) saat vaksinasi.[10]
Sebuah studi potong lintang di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa vaksin HPV mampu melindungi terhadap infeksi HPV akibat strain yang ada dalam vaksin. Prevalensi infeksi HPV oral berkurang secara signifikan pada individu yang divaksinasi dibandingkan yang tidak divaksinasi (0,11% vs 1,61%), dengan penurunan prevalensi diperkirakan mencapai 88,2%.[11]
Tolerabilitas Vaksin Human Papillomavirus
Sama seperti obat dan vaksin lain, vaksin HPV berpotensi menyebabkan efek samping. Mayoritas efek yang timbul bersifat ringan, seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lokasi injeksi, serta pusing, mual, dan muntah. Pada remaja, efek samping lain yang umum ditemukan adalah sinkop.[12]
Meskipun kejadiannya sangat jarang, vaksin HPV juga dapat menyebabkan reaksi alergi serius, seperti anafilaksis. CDC menyatakan bahwa kejadian anafilaksis terkait vaksin di Amerika Serikat hanya sebesar 3 kasus per 1 juta dosis vaksin.[12]
Kesimpulan
Berbagai studi telah melaporkan bahwa infeksi Human Papilloma Virus (HPV) adalah salah satu faktor risiko utama kanker orofaring. Vaksin HPV, yang awalnya dikembangkan untuk mencegah kanker serviks, juga telah dilaporkan memiliki efikasi yang baik untuk melindungi terhadap HPV yang menyebabkan kanker orofaring.
Vaksin HPV memiliki tolerabilitas yang baik dan efikasi yang tinggi sehingga disarankan untuk diberikan pada individu usia 11-12 tahun, namun dapat diberikan lebih dini yaitu sejak usia 9 tahun. Pemberian pada individu usia kurang dari 15 tahun adalah sebanyak 2 dosis. Sedangkan pada individu usia 15-26 tahun adalah sebanyak 3 dosis. Pemberian pada individu yang lebih tua dari 26 tahun tidak disarankan.
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini