Alpha lipoic acid atau ALA diperkirakan bisa bermanfaat dalam tata laksana neuropati diabetik. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang sangat memengaruhi kualitas hidup penderitanya, dengan prevalensi 6–51% pada penderita diabetes. Sebagai antioksidan kuat, ALA diduga bisa membantu menstimulasi saraf dan meregenerasi serabut saraf, sehingga mencegah progresivitas neuropati diabetik serta mengurangi gejalanya.[1,2]
Alpha lipoic acid atau ALA adalah kofaktor yang ditemukan dalam kondisi normal pada organisme eukariot maupun prokariot dan disintesis dalam mitokondria. Kofaktor ini memiliki peran penting agar enzim tubuh dapat bekerja dengan baik untuk melakukan metabolisme oksidatif. Tubuh manusia tidak dapat memproduksi ALA dalam jumlah yang cukup, sehingga membutuhkan asupan tambahan dari diet.[1]
Sekilas tentang Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik memiliki berbagai macam presentasi klinis, antara lain symmetric sensorimotor neuropathy, autonomic neuropathy, mononeuropathy, mononeuritis multiplex, polyradiculopathy, dan juga plexopathy. Symmetric sensorimotor neuropathy adalah jenis diabetik neuropati yang sering terjadi.[2]
Symmetric sensorimotor neuropathy yang disebut juga diabetic sensorimotor peripheral neuropathy (DSPN) dapat menyebabkan rasa kebas, parestesia, nyeri neuropatik, dan pada kondisi yang berat bahkan dapat memunculkan gejala gangguan sensorik gloves and stocking. Kram, kelemahan, dan ataksia sensorik dapat terjadi pada tahap lanjut dari neuropati diabetik. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi progresivitas neuropati diabetik adalah durasi diabetes, kontrol glikemik yang buruk, dan obesitas.[2]
Meskipun penyebab pasti dari neuropati diabetik belum jelas, penelitian menyebutkan beberapa patofisiologi yang mungkin menjadi penyebabnya, antara lain gangguan metabolik, neurovaskular, dan mekanisme autoimun. Teori lain yang telah diterima secara luas adalah stress oksidatif pada mitokondria akibat hiperglikemia. Kondisi ini menyebabkan kerusakan endotel dan sel neuronal sehingga bisa mengganggu suplai oksigen dan nutrisi pada saraf.[3]
Tata laksana neuropati diabetik dibagi menjadi empat pokok utama: 1) terapi terkait dengan patogenesisnya; 2) terapi simtomatik; 3) normalisasi gula darah; 4) modifikasi faktor risiko. Medikamentosa meliputi antidepresan trisiklik, serotonin and noradrenaline reuptake inhibitor, dan antikonvulsan dengan target di channel calcium. Baru-baru ini, antioksidan ALA juga dipercaya memiliki peran sebagai terapi neuropati diabetik.[3,4]
Efikasi dan Keamanan Alpha Lipoic Acid dalam Tata Laksana Neuropati Diabetik
Suatu review sistematik yang dilakukan oleh Abubaker et al. (2022) mempelajari 8 uji klinis acak yang melibatkan total 1500 pasien diabetes. Semua penelitian meneliti adanya pengurangan gejala neuropati diabetik setelah pemberian ALA. Masing-masing penelitian tersebut menggunakan dosis dan metode yang bervariasi. Dosis yang digunakan antara 600-1800 mg/hari dengan rerata 600 mg/hari. ALA diberikan secara intravena, oral, maupun kombinasi keduanya.[4]
Dalam review tersebut, tiga penelitian menunjukkan penurunan gejala neuropati yang signifikan sementara 5 penelitian lain tidak menunjukkan hal tersebut. Dari semua penelitian tersebut, tidak dijumpai adanya efek samping. Oleh sebab itu, Abubaker et al. menyimpulkan bahwa meskipun mayoritas penelitian tidak menunjukkan hasil yang signifikan, ALA dapat dipertimbangkan untuk mengurangi gejala neuropati karena memiliki tingkat toleransi yang baik tanpa efek samping bermakna. Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa efek ALA meningkat bila dikombinasi terapi konvensional.[3,4]
Penelitian yang meneliti efektivitas pemberian ALA secara oral terhadap pengurangan gejala neuropati masih terbatas. Sebuah meta-analisis oleh Mijnhout (2012) dari empat penelitian (653 pasien) menunjukkan bahwa pemberian ALA secara intravena dengan dosis 600 mg/hari selama 3 minggu dapat mengurangi gejala neuropati secara signifikan, tetapi meta-analisis ini tidak menjelaskan efek pemberian secara oral.[2]
Pada tahun 2013, dilakukan sebuah penelitian dengan jumlah subjek 1106 pasien yang membandingkan terapi ALA (300–600 mg secara intravena) dikombinasi dengan metilkobalamin (500–1000 mg, secara intravena maupun intramuskular) dibandingkan dengan pemberian metilkobalamin tunggal untuk terapi neuropati perifer diabetik. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi ALA dan metilkobalamin secara intravena selama 2–4 minggu menurunkan gejala neuropati secara lebih baik daripada metilkobalamin saja. Sementara itu, untuk pemberian secara oral masih belum jelas.[2]
Secara farmakokinetik, ALA memiliki bioavailabilitas oral hanya sekitar 30% karena waktu paruhnya yang pendek, eliminasi presistemik yang tinggi, serta adanya hepatic first-pass effect. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kurangnya efek ALA apabila diberikan secara oral.[5]
Kesimpulan
Bukti saat ini menunjukkan bahwa alpha lipoic acid (ALA) mungkin bermanfaat untuk mengurangi gejala neuropati diabetik, terutama apabila dikombinasikan dengan terapi konvensional. Pemberian secara intravena memberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian secara oral. Mayoritas penelitian yang ada saat ini juga menyimpulkan bahwa ALA memiliki profil keamanan yang baik dan tidak menyebabkan efek samping signifikan.
Akan tetapi, studi klinis lebih lanjut masih diperlukan di masa depan untuk konfirmasi, karena bukti efikasi yang ada saat ini sebenarnya masih berkekuatan lemah. Studi klinis dengan sampel lebih besar dan dengan analisis dosis yang optimal masih diperlukan.