Penemuan mengenai peran calcitonin gene-related peptide (CGRP) dalam patogenesis migren membuat antibodi monoklonal anti-CGRP menjadi terapi profilaksis yang menjanjikan untuk migren. Obat yang termasuk dalam anti-CGRP adalah fremanezumab, erenumab, galcanezumab, dan eptinezumab.[1,1a]
European Headache Federation tahun 2022 telah menyatakan bahwa antibodi monoklonal CGRP direkomendasikan untuk pencegahan migren karena efektif dan aman juga dalam jangka panjang. Bukti berkualitas sedang hingga tinggi telah ditemukan untuk pemberian eptinezumab, erenumab, fremanezumab, dan galcanezumab untuk penderita migren episodik dan kronis.[1a]
Fremanezumab (TEV 48125), galcanezumab (LY 2951742), dan eptinezumab (ALD 403) adalah obat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan calcitonin gene-related peptide (CGRP). Sementara itu, erenumab (AMG 334) merupakan obat yang secara selektif berpotensi menduduki reseptor CGRP.[1-4]
Pilihan Terapi Migren
Terdapat beberapa pilihan terapi pada migren akut, mencakup paracetamol, aspirin, ibuprofen, ergotamine, serta obat-obatan golongan triptan, seperti sumatriptan, eletriptan, dan naratriptan. Pada migren kronis, dipertimbangkan untuk memberikan obat-obatan sebagai pencegahan.
Pilihan Terapi Pencegahan Migren
Lini pertama obat untuk mencegah migren adalah golongan beta blocker (seperti propranolol), angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors (seperti enalapril dan lisinopril), antikonvulsan (seperti asam valproat dan topiramate), dan triptan (seperti sumatriptan).[5-7]
Sementara, untuk profilaksis migren menstrual, obat yang sering dipakai adalah obat golongan triptan dan antiinflamasi nonsteroid (OAINS).[5,8]
Teori Patogenesis Migren
Migren merupakan nyeri kepala yang kompleks berulang yang sering terjadi pada satu sisi kepala saja, meskipun nyeri pada kedua sisi kepala juga dapat terjadi. Patogenesis terjadinya migren didasarkan pada beberapa teori berikut ini:
- Teori vaskular: terjadi vasodilatasi yang mengakibatkan aktivasi nervus trigeminus yang berhubungan dengan pembuluh darah intrakranial
- Teori inflamasi neurogenik: terjadi vasodilatasi, ekstravasasi protein dan pelepasan mediator inflamasi
- Teori neuron sentral: terdapat gen-gen tertentu yang berhubungan dengan migren[9]
CGRP dalam Patogenesis Migren
CGRP merupakan neuropeptida dengan 37 asam amino yang terletak pada jaringan nervus trigeminus yang terdapat pada dinding pembuluh darah intrakranial. Pada migren dan cluster headache, ditemukan bahwa CGRP dilepaskan pada ujung nervus trigeminus, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan inflamasi. Di samping itu, CGRP berperan dalam modulasi nyeri pada sinaps pusat.[2,6]
Faktor-faktor yang memicu migren dapat menyebabkan peningkatan kadar CGRP, di mana ada kemungkinan keterlibatan hipotalamus dan amigdala. Faktor-faktor tersebut adalah:
- Fluktuasi hormon seperti yang terjadi saat menstruasi (melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal)
- Stres (melibatkan amigdala dan hipotalamus)
- Rasa lapar atau kondisi puasa
- Gangguan tidur
- Aktivitas fisik
- Faktor eksternal, seperti cuaca, bau, rangsang visual, dan panas[6]
Antibodi Monoklonal CGRP sebagai Terapi Pencegahan Migren
Berdasarkan patogenesis migren di atas, CGRP menjadi faktor mekanisme migren yang dapat memodulasi nyeri sentral. Oleh karenanya, penghentian pathway dari CGRP dilaporkan dapat menjadi terapi pencegahan migren. Obat antibodi monoklonal CGRP yang telah diteliti dalam terapi migren adalah fremanezumab, erenumab, galcanezumab, dan eptinezumab.[1-4]
Fremanezumab
Penelitian fase 3 menunjukkan bahwa fremanezumab yang diberikan secara subkutan dapat mengurangi jumlah hari dari nyeri kepala per bulan sebesar 4,3–4,6 hari bila dibandingkan dengan plasebo, yang hanya menghasilkan pengurangan durasi nyeri sebesar 2,5 hari. Selain itu, ditemukan juga bahwa fremanezumab dapat menghasilkan penurunan jumlah hari nyeri kepala sebesar ≥ 50%, penurunan jumlah obat yang digunakan, serta peningkatan kualitas hidup yang diukur dengan skor headache impact test (HIT-6).[1]
Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan hasil yang sebanding antara pemberian fremanezumab dalam 2 bulan (675 mg dilanjutkan dengan dosis 225 mg pada 2 bulan berikutnya) vs fremanezumab dosis tunggal (675 mg) yang dilanjutkan dengan plasebo.[1]
Erenumab
Dalam penelitian fase 3, ditemukan bahwa erenumab yang diberikan dengan dosis 70 mg dan 140 mg secara subkutan dapat menurunkan jumlah hari migren sebanyak 3,2–3,7 hari bila dibandingkan dengan plasebo yang hanya berkurang 1,8 hari.
Jika dibandingkan dengan plasebo, erenumab dapat mengurangi jumlah hari migren sebanyak >50% setiap bulan, mengurangi hari dengan penggunaan obat migren akut, dan meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, yang diukur dengan skor migraine physical function impact diary (MPFID). Penggunaan dosis 70 mg atau 140 mg juga memberikan hasil yang sebanding.[10]
Galcanezumab
Penelitian fase 2 menemukan bahwa pemberian galcanezumab mengurangi jumlah hari nyeri kepala migren per bulan bila dibandingkan dengan plasebo. Ditemukan juga bahwa galcanezumab dapat meningkatkan kualitas hidup, yang diukur dengan HIT-6 dan migraine specific quality of life (MSQL).[11]
Eptinezumab
Penelitian fase 2 menemukan bahwa pemberian eptinezumab secara intravena menghasilkan pengurangan hari migren dibandingkan dengan plasebo. Peningkatan kualitas hidup terkait migren (diukur dengan HIT-6 dan MSQL) lebih tinggi pada kelompok eptinezumab, tetapi perbedaan ini tidak diuji signifikansinya.[12]
Efek Samping Antibodi Monoklonal CGRP
Dalam penelitian obat anti-CGRP, hampir seluruh pasien yang diberikan pengobatan atau plasebo dapat menyelesaikan penelitian. Efek samping yang banyak ditemukan adalah nyeri dan indurasi dengan eritema pada area injeksi subkutan. Sementara, kejadian serius yang dilaporkan tidak berhubungan dengan pengobatan.[1,7-9]
Pada sebagian kecil pasien yang diberikan fremanezumab (<2%), terjadi peningkatan enzim liver, tetapi kenaikan tidak melebihi 3–5 kali dari batas atas nilai normal dan bersifat reversible sehingga tidak fatal dan tidak menyebabkan penghentian penelitian.[1]
Pemeriksaan kimia darah, tanda-tanda vital, dan hasil elektrokardiografi (EKG) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kelompok erenumab, galcanezumab, eptinezumab, dan plasebo.[10-12]
Efek fremanezumab untuk mencegah vasodilatasi diduga dapat memengaruhi kardiovaskular. Namun, pada penelitian di hewan percobaan (monyet), pemberian fremanezumab selama hampir 100 hari dengan dosis mingguan tidak menghasilkan gangguan kardiovaskular, baik terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik, detak jantung, maupun EKG.[2]
Hasil meta analisis tahun 2023, yang meninjau 9 uji klinis acak dengan 14.584 subjek, menyimpulkan bahwa antibodi monoklonal yang menargetkan CGRP dan gepant merupakan pilihan yang aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk pencegahan migrain.[13]
Kesimpulan
Migren merupakan salah satu jenis nyeri kepala yang mengganggu dan dapat mengurangi kualitas hidup penderitanya. Teori yang menjelaskan patogenesis dari migren adalah vasodilatasi pembuluh darah intrakranial, inflamasi neurogenik, dan keterlibatan gen-gen tertentu dengan migren.
CGRP merupakan salah satu faktor pada migren dan pemotongan rantai proses CGRP pada sistem saraf berpotensi sebagai pengobatan migren. Fremanezumab, erenumab, galcanezumab, dan eptinezumab merupakan antibodi monoklonal yang ditemukan berpotensi mengatasi migren dengan menyekat jalur kerja CGRP.
Keempat obat anti-CGRP tersebut mengurangi jumlah hari nyeri migren per bulannya dan perbaikan kualitas hidup bila dibandingkan dengan plasebo. Efek samping ringan obat anti-CGRP ditemukan selama penelitian, salah satunya terkait dengan rute administrasi subkutan, yaitu indurasi dan eritema pada tempat injeksi. Kejadian serius yang terjadi saat penelitian juga dilaporkan, tetapi tidak berkaitan dengan terapi.
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini