Pedoman Tata Laksana Migraine 2024 - Ulasan Guideline Terkini

Oleh :
dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

Pedoman tata laksana migraine dipublikasikan oleh International Headache Society (IHS) pada tahun 2024. Pedoman ini berfokus pada farmakoterapi, yang mencakup obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) dan triptan. Rekomendasi dikategorikan sebagai rekomendasi optimal dan esensial, yang dapat mengakomodasi pengobatan di seluruh fasilitas kesehatan dengan masing-masing keterbatasan yang dimiliki.

Pedoman tata laksana migraine ini menyarankan pemberian analgesik dan OAINS standar sebagai lini pertama pada pasien dewasa. Jika gejala tidak membaik atau hanya membaik sebagian, maka dapat digunakan triptan. Pedoman ini juga menerangkan bahwa farmakoterapi lini pertama untuk anak, remaja, dan lansia adalah paracetamol.[1]

Stressed,,Exhausted,Asian,Young,Woman,,Girl,Pain,From,Vertigo,,Having

Table 1. Tentang Pedoman Klinis Ini

Penyakit Migraine
Tipe Penatalaksanaan
Yang Merumuskan

International Headache Society (IHS)

Tahun 2024
Negara Asal Internasional
Dokter Sasaran Spesialis Neurologi, Dokter Umum, dan Dokter Jaga IGD

Penentuan Tingkat Bukti

Penentuan tingkat bukti dilakukan melalui proses kolaboratif dan berbasis konsensus yang melibatkan kelompok kerja lintas disiplin dan wilayah. Anggota kelompok dipilih oleh dewan IHS berdasarkan keahlian spesifik. Setiap anggota senior bekerja dengan dua ahli junior dari daerah berbeda untuk menganalisis literatur dan mengembangkan rekomendasi.

Pendekatan panel konsensus, yang diadaptasi dari metode US National Institutes of Health dan WHO, digunakan untuk merumuskan pertanyaan klinis, rekomendasi, serta rencana strategis. Proses ini dimulai dengan identifikasi pertanyaan klinis oleh komite, yang kemudian didiskusikan dan dioptimalkan oleh seluruh kelompok hingga daftar final disepakati.

Pencarian literatur dilakukan untuk mengidentifikasi pedoman nasional dan internasional terkait pengobatan migraine. Seleksi dilakukan berdasarkan relevansi, publikasi dalam 15 tahun terakhir, dan ketersediaan dalam bahasa Inggris. Sebanyak 16 pedoman awal dipilih, ditambah lima pedoman tambahan setelah diterjemahkan atau disarankan oleh kelompok kerja.[1]

Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda

Rekomendasi klinis yang perlu diperhatikan pada farmakoterapi migraine menurut International Headache Society adalah:

  • Terapi lini pertama pada dewasa adalah pemberian analgesik dan OAINS sesuai dosis standar, seperti paracetamol, aspirin, atau naproxen.
  • Jika gejala tidak membaik atau hanya membaik sebagian dengan pemberian awal analgesik atau OAINS, maka perlu diberikan obat golongan triptan, seperti sumatriptan 50 mg, pada serangan berikutnya.
  • Jika penggunaan triptan pada awal onset serangan hanya efektif parsial, maka tingkatkan dosis triptan hingga dosis maksimal yang disarankan pada serangan berikutnya.
  • Pada individu dengan migraine yang hanya berespon parsial terhadap terapi triptan sebagai single-agent, maka pilihan pertama pengobatan adalah kombinasi sumatriptan oral 50-100 mg dengan naproxen oral 550 mg. Alternatif lain adalah kombinasi triptan dengan OAINS oral kerja cepat.
  • Bila sudah menggunakan tiga jenis triptan yang berbeda namun respon klinis masih tidak adekuat, maka disarankan untuk mengganti ke kelas obat migraine lain seperti ergotamine.
  • Pada serangan migraine yang berlangsung ≥72 jam atau status migrenosus, gunakan OAINS intramuskuler atau intravena, sumatriptan subkutan, ataupun dihidroergotamin oral atau intranasal, yang dikombinasikan dengan atau tanpa antiemetik.

Selanjutnya, berikut adalah rekomendasi terapi pada migraine kondisi khusus:

  • Untuk serangan migraine akut pada anak dan remaja, gunakan paracetamol 15 mg/kg/dosis hingga maksimum 60 mg/kg/hari atau ibuprofen 10 mg/kg/dosis hingga maksimum 30 mg/kg/hari. Apabila pengobatan masih belum efektif, triptan dapat digunakan sebagai terapi lini kedua untuk remaja, misalnya rizatriptan atau sumatriptan nasal spray.
  • Untuk lansia dengan fungsi hati normal, gunakan paracetamol sebagai pengobatan lini pertama. Aspirin dan OAINS disarankan sebagai pengobatan lini kedua, namun harus memperhatikan keluhan gastrointestinal dan fungsi ginjal, atau hati. Triptan dapat digunakan sebagai pengobatan lini ketiga pada individu tanpa gangguan kardiovaskuler atau hipertensi sudah terkontrol adekuat.
  • Pada individu dengan migraine akut dan memiliki riwayat stroke, penyakit kardiovaskuler, atau hipertensi tidak terkontrol, paracetamol direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama. Terapi lini kedua adalah lasmiditan atau golongan gepant.
  • Pada wanita dengan migraine saat menstruasi, OAINS atau triptan direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama. Apabila pengobatan belum efektif, kombinasi triptan dan OAINS, atau OAINS dengan antiemetik disarankan. Lasmiditan dan golongan gepant merupakan opsi tambahan.
  • Pada wanita hamil dengan serangan migraine yang tidak dapat terkontrol menggunakan tata laksana non-farmakologi, paracetamol dan triptan dapat digunakan secara hati-hati sepanjang Metoclopramide dapat digunakan untuk mual, muntah, atau pereda nyeri. Pada ibu menyusui, penggunaan paracetamol lebih disarankan.[1]

Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia

Di Indonesia, pedoman penanganan untuk migraine bisa merujuk pada Panduan Praktik Klinis Neurologi yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) pada tahun 2023. Berbagai rekomendasi yang ada dalam pedoman PERDOSNI tersebut sama dengan pedoman klinis IHS.

Dalam panduan PERDOSNI, farmakoterapi awal yang disarankan juga berupa analgesik standar seperti paracetamol dan OAINS. Selanjutnya, disarankan pula penggunaan triptan seperti supatriptan, eletriptan, dan rizatriptan pada populasi pasien yang cocok, seperti pasien tanpa gangguan kardiovaskular. PERDOSNI juga menyarankan penggunaan antiemetik bila perlu, seperti metoclopramide.[2]

Kesimpulan

Pedoman penatalaksanaan migraine yang disusun oleh International Headache Society (IHS) dipublikasikan pada tahun 2024. Rekomendasi utama dalam pedoman ini yang perlu diingat adalah:

  • Penanganan pertama untuk serangan migraine adalah analgesik standar, seperti paracetamol, ibuprofen, aspirin, naproxen, ataupun obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) lain.
  • Bila pasien tidak berespon atau berespon sebagian dengan analgesik tersebut, maka dapat digunakan triptan.
  • Jika serangan migraine berlangsung lebih dari 72 jam, maka gunakan obat intramuskular, intravena, atau subkutan. Contohnya adalah ketorolac 30 mg intravena atau sumatriptan 3-6 mg subkutan.
  • Pada anak, remaja, dan lansia dengan fungsi hati dan ginjal normal, serta tidak memiliki komorbiditas spesifik seperti hipertensi atau stroke, paracetamol merupakan terapi awal pilihan. Triptan, lasmiditan, dan golongan gepant dapat digunakan sebagai alternatif dengan perhatian khusus pada indikasi, kontraindikasi, dan komorbiditas pasien.

Referensi