Hendaya Kognitif pada Pasien Psikotik

Oleh :
dr. Soeklola SpKJ MSi

Sekitar 80% pasien gangguan psikotik memiliki hendaya kognitif. Etiologi dan onset timbulnya hendaya kognitif pada pasien psikotik masih belum diketahui secara pasti, apakah terjadi setelah penderita gangguan psikotik mengalami gangguan secara kronik, atau telah ada sebelum gejala psikotik muncul. Selain itu, belum ada data pasti yang menunjukkan apakah hendaya kognitif ini bersifat stabil atau terus mengalami deteriorasi.[2]

Tata laksana segera untuk hendaya kognitif pada pasien psikotik menjadi penting, mengingat fungsi kognitif dikaitkan dengan prediktor kualitas hidup seseorang. Awitan gangguan psikotik biasanya pada masa remaja akhir atau dewasa muda, serta dikaitkan dengan perkembangan neurologis yang abnormal. Contohnya hendaya di ranah atensi, kecepatan memproses informasi, dan fungsi memori verbal dianggap sebagai prediktor kuat penurunan kualitas hidup di ranah empati.[1,3]

shutterstock_1613751229-min

Ranah Kognitif yang Mengalami Gangguan pada Pasien Psikotik

Gangguan perkembangan neurologis yang terjadi pada pasien psikotik dipengaruhi oleh kombinasi risiko genetik, prenatal dan perinatal, serta stres lingkungan. Sedangkan hendaya kognitif pada pasien psikotik belum diketahui secara jelas apakah berhubungan dengan durasi gangguan psikotik atau sudah ada sebelum munculnya gejala psikotik.[1,4,5]

Data penelitian yang ada menunjukkan hampir semua ranah kognitif mengalami hendaya pada pasien psikotik. Berdasarkan jenis gangguan psikosis yang dialami, terdapat sedikit perbedaan dengan ranah kognitif yang terganggu.[2]

Pada pasien spektrum skizofrenia, hendaya kognitif terutama pada ranah memori dan kecepatan memproses informasi, dan sedikit ditemukan hendaya pada ranah bahasa, kosa kata, dan kemampuan spasial. Sementara itu, pada pasien gangguan afektif yang mengalami gejala psikotik terjadi defisit sedang hingga berat di hampir seluruh ranah kognitif, terutama di atensi, kelancaran verbal dan memori, serta pembelajaran.[2]

Tes MATRICS Consensus Cognitive Battery (MCCB)

Hingga saat ini belum terdapat standar baku tes pemeriksaan fungsi kognitif pada pasien psikotik. Di antara tes yang tersedia, MATRICS Consensus Cognitive Battery (MCCB) dianggap tes yang paling lengkap dan mampu mengukur hendaya fungsi kognitif pada pasien psikotik. MCCB menilai ranah kecepatan memproses informasi, atensi atau kewaspadaan, memori kerja, pembelajaran verbal, pembelajaran visual, pemecahan masalah dan kemampuan menganalisa, serta kognisi sosial.[2,7]

Berdasarkan tes ini, penderita spektrum skizofrenia (skizofrenia atau skizoafektif) menunjukkan hendaya pada seluruh ranah dalam MCCB. Hendaya terberat terjadi pada ranah kecepatan memproses informasi dan memori kerja. Sedangkan hendaya paling ringan pada kemampuan menyelesaikan masalah dan analisa.[2,7]

Tes MCCB juga menunjukkan perbandingan berat-ringannya hendaya kognitif antara penderita gangguan bipolar dengan gejala psikotik, penderita spektrum skizofrenia, dan individu sehat. Jika dibandingkan individu normal, maka kelompok bipolar mengalami hendaya di hampir seluruh ranah kognitif kecuali kognisi sosial. Namun, derajat keparahan hendaya pada kelompok bipolar lebih ringan jika dibandingkan dengan kelompok skizofrenia.[2,7]

Perkembangan Hendaya Kognitif pada Pasien Psikotik

Bukti ilmiah menunjukkan pada pasien psikotik mengalami kerusakan struktur neuron seperti penipisan korteks, dan juga mengalami gangguan motorik akibat gangguan jaras nigrostriatal. Kondisi tersebut menjelaskan gangguan hendaya yang terjadi pada pasien psikotik kronis.[2,8,9]

Namun, hendaya kognitif ternyata sudah dapat ditemukan pada awitan awal pasien psikotik (recent onset atau RO). Bahkan hendaya kognitif mungkin sudah terdapat pada individu dengan genetic high risk (GHR) seperti kerabat tingkat pertama penderita skizofrenia, atau clinical high risk (CHR) seperti individu dengan gejala prodromal psikotik.[2,8,9]

Hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan fungsi kognitif yang mirip antara kelompok RO dengan terapi, penderita gangguan skizofrenia kronik, maupun kelompok RO yang tidak mendapatkan pengobatan. Perbedaan yang nampak adalah derajat keparahan yang lebih ringan pada kelompok RO dengan terapi, terutama pada ranah memori kerja dan kognisi sosial. Dari data tersebut dapat disimpulkan lama perjalanan penyakit psikosis berhubungan dengan peningkatan derajat perburukan fungsi kognitif.[2,9]

Faktor Risiko Hendaya Kognitif

Sebuah penelitian longitudinal terhadap 322 penderita gangguan spektrum skizofrenia berusia 18–45 tahun mempelajari hendaya kognitif yang terjadi pada 5 tahun dan 10 tahun selama pengamatan. Hasil penelitian menemukan bahwa hendaya kognitif setelah 10 tahun pengamatan lebih sering terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki, tidak bekerja, mengalami fase premorbid yang buruk, dan awitan terjadi pada usia lanjut. Sementara itu, fungsi kognitif yang lebih baik ditemukan pada pasien yang menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah atas dan mendapat intervensi terapi lebih awal.[10]

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perbaikan dari gejala negatif psikotik berkaitan dengan perbaikkan kecepatan memproses informasi dan fungsi eksekutif. Gejala negatif psikotik adalah penurunan minat, menyendiri, apatis, dan tidak ada motivasi, sedangkan gejala positif psikotik adalah waham dan halusinasi. Perbaikan gejala psikotik secara keseluruhan, baik negatif maupun positif, ternyata tidak langsung disertai dengan perbaikkan skor tes kognitif (tetap stabil). [10]

Hendaya Kognitif pada Genetic High Risk (GHR)

Anak yang terlahir dari pasien dengan gangguan spektrum skizofrenia disebut sebagai individu GHR, dan memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi mengalami skizofrenia. Data penelitian menunjukkan hendaya kognitif telah ada pada kelompok GHR. Hendaya terberat terjadi pada ranah kemampuan mempertahankan atensi.[2,9]

Hendaya dalam ranah lain juga dapat terjadi, seperti pada ranah kecepatan memproses informasi, memori kerja, memori verbal, memori visual, kemampuan menyelesaikan masalah, dan memberi alasan. Hendaya kognitif berat pada kelompok GHR dianggap sebagai salah satu indikator kerentanan genetik timbulnya gejala psikotik di masa mendatang.[2,9]

Hendaya Kognitif pada Clinical High Risk (CHR)

Individu CHR adalah orang dengan gejala prodromal psikotik. Penelitian pada kelompok CHR melibatkan pemeriksaan kognitif pada ranah intelegensi umum, kelancaran verbal, kecepatan memproses informasi, atensi, memori visual, memori verbal, memori kerja, fungsi eksekutif, dan kognisi sosial.[2,8,9]

Penelitian tersebut membagi kelompok CHR ke dalam kelompok yang selama pengamatan berkembang menjadi pasien psikotik (CHR+) dan kelompok yang tidak menjadi pasien psikotik (CHR-).[2,8,9]

Pada kelompok CHR+, sebelum berkembang gejala psikotik menunjukkan hendaya yang lebih berat pada ranah intelegensi umum, kelancaran verbal, memori verbal, memori visual, serta memori kerja jika dibandingkan dengan kelompok CHR-.[2,8,9]

Selain itu, jika dibandingkan dengan subjek sehat maka seluruh kelompok CHR telah menunjukkan adanya hendaya kognitif di seluruh ranah. Namun, hanya hendaya pembelajaran verbal yang secara bermakna menjadi prediktor individu CHR berkembang menjadi pasien psikosis.[2,8,9]

Hendaya Kognitif Akibat Akselerasi Penuaan pada Pasien Psikotik

Gangguan psikotik dikaitkan dengan proses penuaan individu yang lebih cepat, ditandai dengan panjang telomere yang lebih pendek, peningkatan marker inflamasi, deteriorasi fungsi kognitif, dan akselerasi penuaan otak.[1,4,5]

Proses akselerasi penuaan otak ditandai dengan penurunan volume substansia nigra, penurunan integritas substansia alba, dan peningkatan brain age gap jika dibandingkan individu sehat. Proses akselerasi ini juga tampak lebih meningkat pada pasien psikotik jika dibandingkan pada pasien dengan depresi.[1,4,5]

Penanda penuaan otak lainnya adalah fungsi konektivitas resting-state, yaitu fungsi yang memperkirakan tingkat interkoneksi antar regio otak. Fungsi konektivitas ini mengalami penurunan lebih dini pada pasien psikosis dibandingkan penuaan akibat usia pada individu normal.[1,6]

Penurunan paling awal terjadi pada higher-order cognitive networks seperti frontoparietal network (FPN) dan cingulo-opercular network (CON). Kedua konektivitas tersebut berfungsi untuk mendukung kemampuan kognitif secara keseluruhan.[1,6]

Terapi Mengurangi Hendaya Kognitif

Beberapa terapi telah dikembangkan untuk mengurangi hendaya kognitif, terdiri dari terapi dengan agen farmakologi (antipsikotik dan agen kognitif enhancer), program remediasi kognitif, aktivitas fisik, serta neurostimulasi. Terapi pasien dengan hendaya kognitif tidak ada yang bersifat kuratif, karena itu intervensi multidomain sebagai pencegahan primer adalah tata laksana yang paling efektif. [2]

Antipsikotik

Antipsikotik atipikal (quetiapine, aripiprazole, clozapine, olanzapine, risperidone) memiliki efek menguntungkan berskala sedang dalam perbaikan fungsi kognitif pada pasien psikotik. Sementara itu, perburukan kognitif lebih ditemui pada pasien yang mendapatkan antipsikotik tipikal (sulpiride, trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol, chlorpromazine).[2]

Mekanisme yang mendasari terjadinya perburukan diduga berkaitan dengan kadar okupasi yang sangat tinggi di reseptor D2, dosis yang sangat tinggi, polifarmasi, dan penggunaan bersama dengan obat antikolinergik.[2]

Agen Kognitif Enhancer

Agen kognitif enhancer digunakan untuk meningkatkan performa kognitif, bekerja khusus di reseptor glutamatergic dan kolinergik. Studi meta analisis terhadap 93 penelitian yang membandingkan antara agen kognitif enhancer dengan placebo melaporkan efek yang signifikan walaupun kecil terhadap fungsi kognitif keseluruhan, tetapi tidak berefek signifikan terhadap ranah kognitif individual.[11]

Limitasi dari studi ini adalah banyaknya penelitian yang underpowered untuk mendeteksi efek kerja agen, kurangnya penelitian yang meneliti kerja agen pada neurotransmiter lain selain sistem glutamatergik dan kolinergik, serta durasi terapi yang singkat.[11]

Remediasi Kognitif atau Cognitive Training (CT)

Intervensi psikososial ini digunakan untuk meningkatkan performa kognitif melalui latihan berulang. Tujuan latihan tersebut adalah memperbaiki ranah kognitif yang terganggu, maupun melatih strategi menghadapi hendaya kognitif yang dimiliki misalnya melalui modifikasi lingkungan. Hasil studi klinis menyebutkan bahwa CT dapat memperbaiki performa kognitif dan fungsi komunitas.[2,12]

Bukti lain juga menunjukkan bahwa gabungan CT dengan program rehabilitasi kognitif lain akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya melakukan CT saja. Namun, belum ada standarisasi tertentu untuk melakukan CT seperti durasi pelatihan, lama pelatihan setiap sesi, hingga waktu optimal dilakukan CT.[2,12]

Aktivitas Fisik dan Neurostimulasi

Metode ini pernah diujikan secara terpisah atau kombinasi dengan CT. Sebuah review terhadap 10 penelitian tentang aktivitas fisik aerobik pada penderita skizofrenia menunjukkan efek perbaikkan kecil hingga sedang pada ranah kognisi global dan memori kerja, serta efek perbaikan sedang pada kognisi sosial dan atensi.[2,13]

Review lain terhadap 6 penelitian yang membandingkan stimulasi aktif transcranial direct current stimulation (tDCs) dengan placebo, menunjukkan efek perbaikan kecil pada memori kerja dan atensi.[14]

Kesimpulan

Hendaya kognitif pada pasien psikotik meliputi hampir seluruh ranah kognitif. Hendaya kognitif diduga akibat akselerasi penuaan otak yang dialami oleh penderita psikotik. Namun, sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab dan awitan hendaya kognitif. Data yang ada menggambarkan hendaya kognitif telah ditemukan baik di awal awitan psikotik, maupun sebelum timbulnya gejala psikotik (pada kelompok GHR dan CHR+).

Hingga saat ini belum terdapat standar baku pemeriksaan dan terapi hendaya fungsi kognitif. Sejauh ini beberapa penelitian menunjukkan MCCB sebagai tes yang paling lengkap mengukur ranah hendaya kognitif pada pasien psikotik.

Sementara, beberapa tata laksana yang memberikan hasil perbaikan antara lain dpemberian antipsikotik atipik, agen kognitif enhancer, program remediasi kognitif, aktivitas fisik, ataupun neurostimulasi. Memulai pemeriksaan dan terapi lebih dini pada pasien awitan awal psikotik dipercaya akan memberikan hasil yang lebih baik karena adanya dugaan gejala akan semakin berat seiring dengan perjalanan penyakit.

 

Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari

Referensi