Terapi Laser VS Anti-Vascular Endothelial Growth Factor pada Retinopati Diabetik

Oleh :
dr. Friska Debby Anggriany, SpM, MKes

Laser fotokoagulasi atau terapi laser retina merupakan terapi standar pada pasien retinopati diabetik, namun saat ini telah berkembang terapi injeksi anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) sebagai alternatif. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular diabetes dan merupakan penyebab kebutaan utama pada dewasa usia produktif di Amerika Serikat.

Secara klinis, retinopati diabetik terbagi menjadi 2 stadium, yaitu non-proliferatif retinopati diabetik (NPDR) dan proliferatif retinopati diabetik (PDR). NPDR merupakan stadium awal yang ditandai dengan mikroaneurisma, perdarahan, dan eksudat pada retina. Sementara itu, PDR merupakan stadium lanjut yang ditandai adanya neovaskularisasi retina. Gangguan penglihatan terjadi ketika timbul  perdarahan vitreus dan ablatio retina traksional pada stadium PDR atau diabetic macular edema (DME) yang dapat terjadi pada semua stadium.[1-3]

TerapiRetinopatiDiabetik

Peran Terapi Laser pada Pengelolaan Retinopati Diabetik

Strategi terapi yang saat ini digunakan untuk mengatasi retinopati diabetik adalah laser fotokoagulasi, injeksi intravitreal anti-VEGF, dan vitrektomi. Laser fotokoagulasi sudah sejak lama menjadi terapi standar untuk pasien dengan diabetic macular edema (DME) dan proliferatif retinopati diabetik, terutama pasien yang mengalami perdarahan vitreus. Laser fotokoagulasi bekerja dengan menutup langsung kebocoran mikroaneurisma, menurunkan aliran darah retina, meningkatkan oksigenasi, serta menstimulasi retinal pigment epithelium (RPE).

Laser fotokoagulasi fokal telah dilaporkan mampu menurunkan kejadian moderate vision loss akibat DME sebanyak lebih dari 50%. Akan tetapi, efek destruktif fotokoagulasi menyebabkan kerusakan permanen sel retina, sehingga menimbulkan gangguan penglihatan sentral dan penglihatan malam hari.

Saat ini, telah dikembangkan pola laser terbaru untuk mengurangi efek samping tersebut, di antaranya semiautomated pattern scanning laser (PASCAL), subthreshold micropulse diode laser (D-MPL), dan navigated laser system (NAVILAS). Metode-metode ini memberikan kendali laser yang lebih baik, dampak kerusakan yang lebih minimal, dan durasi terapi yang lebih singkat.[2]

Peran Injeksi Anti-Vascular Endothelial Growth Factor pada Pengelolaan Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik adalah penyakit mikrovaskular, di mana iskemia retina menghasilkan lingkungan pro-angiogenik yang dimediasi oleh vascular endothelial growth factor (VEGF). Studi menunjukkan bahwa VEGF akan meningkatkan permeabilitas vaskular dan angiogenesis melalui interaksinya dengan reseptor VEGF 2 pada sel endotel vaskular. Selain itu, VEGF juga merangsang proliferasi dan migrasi sel endotel yang telah diketahui berkaitan dengan proses angiogenesis awal. Obat anti-VEGF bekerja dengan menargetkan mekanisme tersebut.

Berbagai obat dapat digunakan dalam pengelolaan retinopati diabetik. Beberapa contoh yang telah mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat adalah pegaptanib, ranibizumab, aflibercept, dan bevacizumab. Perlu dicatat bahwa injeksi anti-VEGF memerlukan kontrol ulang yang cukup sering, sehingga pasien lebih berisiko loss to follow up.[4-10]

Bukti Ilmiah Perbandingan Efikasi Terapi Laser dan Anti-Vascular Endothelial Growth Factor

Berbagai uji klinis telah menunjukkan keunggulan injeksi anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) dibandingkan terapi laser dalam penatalaksanaan retinopati diabetik. Uji klinis VISTA dan VIVID yang melibatkan 872 partisipan menunjukkan bahwa pemberian aflibercept intravitreal menghasilkan tajam penglihatan yang lebih baik pada diabetic macular edema (DME) dibandingkan terapi laser. Dalam uji klinis ini, injeksi intravitreal aflibercept diberikan dalam dosis 2 mg setiap 4-8 minggu.[5]

Hasil serupa dilaporkan dalam uji klinis CLARITY yang melibatkan 232 partisipan dengan proliferatif retinopati diabetik. Uji klinis ini melaporkan bahwa aflibercept menghasilkan tajam penglihatan yang lebih baik dibandingkan terapi laser dalam pemantauan 1 tahun. Rerata perbaikan visus yang dihasilkan adalah 3,9 huruf pada pemeriksaan tajam penglihatan.[7]

Sebuah meta analisis yang dipublikasikan pada akhir tahun 2021 mencoba mengevaluasi hasil dari 5 studi yang membandingkan anti-VEGF terhadap terapi laser dengan total 632 partisipan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian anti-VEGF pada pasien dengan proliferatif retinopati diabetik menghasilkan luaran penglihatan yang lebih baik dibandingkan terapi laser. Studi ini juga menunjukkan bahwa injeksi anti-VEGF menghasilkan kebutuhan vitrektomi dan risiko perdarahan vitreus yang lebih rendah.[8]

Kesimpulan

Bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa terapi dengan injeksi intravitreal  anti-vascular endothelial growth factor (anti-VEGF) memberi luaran penglihatan yang lebih baik dibandingkan terapi laser pada pasien dengan proliferatif retinopati diabetik. Anti-VEGF juga nampaknya memiliki profil keamanan yang lebih baik. Meski demikian, keputusan dalam memilih terapi tetap perlu mempertimbangkan skenario klinis masing-masing pasien, pembiayaan kesehatan, dan kemungkinan loss to follow up karena keperluan kontrol yang cukup sering.

Referensi