Randomized Trial of Early Detection and Treatment of Postpartum Hemorrhage
Gallos I, Devall A, Martin J, Middleton L, Beeson L, et al. Randomized Trial of Early Detection and Treatment of Postpartum Hemorrhage. N Engl J Med. 2023 Jul 6;389(1):11–21. doi: 10.1056/NEJMoa2303966
Abstrak
Latar belakang: Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah minimal 500 mL setelah partus dan berkontribusi sebanyak 27% terhadap seluruh penyebab kematian maternal. Keterlambatan deteksi dan terapi perdarahan postpartum dapat berujung pada komplikasi atau kematian ibu. Penggunaan calibrated blood-collection drapes dapat membantu diagnosis dini perdarahan postpartum secara objektif dan akurat, sehingga mengurangi intervensi yang tidak perlu.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dari intervensi yang mencakup calibrated blood-collection drapes untuk deteksi dini perdarahan postpartum dan suatu paket tata laksana untuk respons pertama yang direkomendasikan WHO. Evaluasi dilakukan untuk melihat efektivitas intervensi tersebut dalam mengurangi kejadian perdarahan postpartum. dan komplikasi terkait di rumah sakit tingkat menengah di Kenya, Nigeria, Afrika Selatan, dan Tanzania.
Metode: Studi ini merupakan studi internasional dengan metode uji acak terkendali dalam klaster untuk menilai intervensi klinis perdarahan postpartum pada pasien yang partus per vaginam. Rumah sakit yang diikutsertakan melalui fase baseline selama 7 bulan di mana mereka memberikan perawatan biasa untuk perdarahan postpartum, diikuti dengan pengacakan ke dalam kelompok intervensi atau perawatan biasa.
Subjek di kelompok intervensi menggunakan calibrated blood-collection drapes untuk deteksi dini perdarahan postpartum dan mendapat paket tata laksana untuk respons pertama (masase uterus, pemberian oksitosin, asam traneksamat, cairan intravena, pemeriksaan dan eskalasi), didukung dengan strategi implementasi. Subjek dalam kelompok kontrol mendapat perawatan rutin.
Luaran primer studi ini adalah gabungan jumlah kasus perdarahan postpartum berat (kehilangan darah ≥1000 ml), laparotomi akibat perdarahan dan kematian ibu akibat perdarahan. Luaran sekunder studi ini adalah deteksi perdarahan postpartum dan kepatuhan pada paket terapi.
Hasil: Luaran primer, yang merupakan gabungan dari perdarahan postpartum berat, laparotomi postpartum karena perdarahan, atau kematian ibu karena perdarahan, berkurang secara signifikan sebesar 60% pada kelompok intervensi. Deteksi perdarahan postpartum dan kepatuhan terhadap paket tata laksana secara signifikan lebih tinggi pada kelompok intervensi. Kehilangan darah, kejadian perdarahan postpartum (≥500 ml dan ≥1000 ml), dan luaran sekunder lainnya lebih rendah pada kelompok intervensi.
Kesimpulan: Intervensi E-MOTIVE, yang menggabungkan calibrated blood-collection drapes dan paket tata laksana yang direkomendasikan WHO, secara signifikan mengurangi kejadian perdarahan postpartum yang berat dan komplikasi terkait setelah kelahiran normal di rumah sakit tingkat menengah di empat negara Afrika. Studi ini menunjukkan potensi intervensi tersebut untuk meningkatkan deteksi dan manajemen perdarahan postpartum.
Ulasan Alomedika
Saat ini, perdarahan postpartum seringkali tidak terdeteksi atau terlambat terdeteksi, sehingga penanganan tidak segera diberikan. Penilaian jumlah perdarahan saat ini diestimasi secara visual, sehingga dapat menyebabkan estimasi yang cenderung kurang dari kenyataan volume darah yang hilang dan menunda dimulainya terapi.
Sebuah review Cochrane menunjukkan bahwa calibrated blood-collection drapes meningkatkan deteksi perdarahan postpartum dibandingkan estimasi visual, namun belum ada efek luaran yang cukup jelas.[2]
Selain itu, meskipun terdapat rekomendasi yang jelas mengenai perdarahan postpartum yang telah disebarkan secara luas, implementasi rekomendasi tersebut di layanan kesehatan masih buruk.
Studi ini disusun dalam upaya menilai strategi multi-komponen dalam deteksi dan tata laksana perdarahan postpartum paska persalinan per vaginam. Studi ini disebut studi E-MOTIVE, yang merupakan kependekan dari early detection and trigger criteria, massage of uterus, oxytoxic drugs, tranexamic acid, IV fluids, examination and escalation.
Ulasan Metode Penelitian
Studi E-MOTIVE adalah studi internasional dengan metode uji acak terkendali dalam klaster yang dirancang untuk menilai strategi multikomponen untuk mendeteksi dan memberi tata laksana untuk perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam. Penggunaan desain klaster sesuai dengan sifat intervensi yang diberikan di tingkat rumah sakit.
Partisipan:
Pengacakan dan algoritma minimalisasi digunakan untuk mencapai keseimbangan antara kelompok rumah sakit intervensi dan rumah sakit perawatan biasa. Desain ini meningkatkan validitas internal penelitian, sehingga memungkinkan penerapan di dunia nyata. Namun, desain klaster menimbulkan potensi risiko kontaminasi, dan variabilitas dalam klaster dapat mempengaruhi generalisasi temuan.
Studi ini melibatkan 78 rumah sakit tingkat menengah di Afrika. Kriteria seleksi mempertimbangkan perbedaan geografis dan administratif, angka kelahiran pervaginam tahunan, dan kapasitas rumah sakit untuk memberikan perawatan obstetri.
Meskipun kriteria inklusi studi yang luas meningkatkan validitas eksternalnya, fokus penelitian ini pada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah mungkin membatasi generalisasinya pada setting negara berpendapatan tinggi. Selain itu, eksklusi rumah sakit berdasarkan penerapan protokol perdarahan postpartum sebelumnya dapat mempengaruhi validitas eksternal penelitian ini.
Luaran:
Luaran primer studi ini, yang merupakan gabungan dari perdarahan postpartum berat, laparotomi postpartum, atau kematian ibu akibat perdarahan, relevan secara klinis dan sejalan dengan tujuan penelitian.
Diikutsertakannya hasil sekunder yang komprehensif dan mencakup berbagai kejadian klinis memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dampak intervensi. Namun, studi ini mungkin kurang mampu mendeteksi perbedaan signifikan dalam kejadian kematian ibu yang jarang terjadi.
Intervensi:
Intervensi pada studi ini melibatkan calibrated blood-collection drapes dan paket tata laksana yang direkomendasikan WHO. Pengukuran kehilangan darah secara objektif menggunakan calibrated blood-collection drapes meningkatkan akurasi dibandingkan dengan estimasi secara visual.
Namun, blood-collection drape yang digunakan di kelompok kontrol berwujud transparan, sehingga dapat menimbulkan bias yang berpotensi untuk memengaruhi tindakan dari penyedia layanan kesehatan.
Ulasan Hasil Penelitian
Luaran primer terjadi sebanyak 794 dari total 48.678 pasien (1,6%) di kelompok intervensi dan 2.139 dari total 50.044 (4,3%) di kelompok perawatan rutin. Perdarahan postpartum terdeteksi sebanyak 93,1% pada kelompok intervensi dan 51,1% pada kelompok perawatan rutin.
Kepatuhan terhadap paket tata laksana pada kelompok intervensi sebesar 91,2% dibandingkan 19,4% pada kelompok perawatan rutin. Median volume darah yang hilang adalah 160 ml di kelompok intervensi dan 220 ml di kelompok perawatan rutin.
Studi ini melaporkan hasil yang baik bagi kelompok intervensi terkait kehilangan darah dan kejadian perdarahan postpartum (≥500 ml dan ≥1000 ml). Calibrated blood-collection drapes dan paket tata laksana tampaknya berkontribusi terhadap penurunan derajat keparahan dari perdarahan postpartum secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi ini efektif dalam meningkatkan deteksi dan penatalaksanaan perdarahan postpartum.
Kepatuhan terhadap paket tata laksana secara signifikan lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan dengan perawatan biasa. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi diterima dengan baik dan diterapkan secara tepat pada kelompok intervensi.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan studi ini adalah pada ukuran sampel yang cukup besar dengan melibatkan rumah sakit tingkat menengah yang tersebar di beberapa negara di wilayah Afrika. Oleh karena itu, temuannya dapat digeneralisasi dan memberikan wawasan mengenai masalah kesehatan global.
Peneliti meminimalkan bias identifikasi dan bias rekrutmen dengan menggunakan kriteria inklusi yang luas (melibatkan seluruh pasien yang partus per vaginam di rumah sakit tempat studi berlangsung). Peneliti juga berupaya menghindari kontaminasi antar kelompok studi dengan memastikan rumah sakit yang terlibat dalam kelompok uji tersebar di area berbeda.
Penggunaan calibrated blood-collection drapes, paket tata laksana untuk respons pertama yang direkomendasikan WHO, dan berbagai strategi implementasi pada studi ini menunjukkan pendekatan yang komprehensif dan inovatif untuk mengatasi perdarahan postpartum. Analisis statistik penelitian ini menyeluruh, menyesuaikan untuk kemungkinan cofounding variables dan menganalisis sensitivitas untuk memperkuat tingkat reliabilitas hasil.
Limitasi Penelitian
Studi ini tidak mengumpulkan data luaran klinis seperti level hemoglobin postpartum dan jumlah pasien yang mengalami anemia. Studi ini juga tidak cukup kuat untuk menilai kematian ibu, yang jarang terjadi, sebagai suatu luaran.
Kekurangan lainnya dari penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan di negara berekonomi rendah-menengah, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut bila ingin diterapkan di negara berekonomi tinggi.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Mengingat bahwa penyebab kematian maternal terbanyak di Indonesia adalah perdarahan postpartum, studi ini akan sangat bermanfaat apabila dilakukan di Indonesia. Studi ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan di Indonesia, dengan pertimbangan bahwa negara-negara yang terlibat dalam studi ini adalah negara berkembang, sama dengan Indonesia. [3]
Penurunan sebesar 60% pada luaran primer (perdarahan postpartum berat, kebutuhan operasi, dan kematian) merupakan pencapaian yang signifikan, sehingga intervensi yang digunakan di studi ini perlu dipertimbangkan secara serius untuk diterapkan di Indonesia guna memperbaiki angka morbiditas dan mortalitas maternal.
Calibrated blood-collection drapes dapat digunakan pada fasilitas kesehatan tingkat pratama hingga tersier, melihat kemampuannya untuk mendeteksi perdarahan postpartum. Penggunaan drapes tersebut diiringi dengan paket tata laksana memiliki potensial untuk mengurangi risiko terjadinya luaran primer, perdarahan postpartum berat, laparotomi dan kematian akibat perdarahan postpartum.
Agar strategi intervensi seperti yang dilakukan di studi ini dapat dilaksanakan dengan baik di Indonesia, diperlukan pelatihan komprehensif bagi tenaga kesehatan terkait penggunaan drapes dan paket tata laksana sebagai respons pertama yang direkomendasikan WHO.
Selain itu, sangat penting untuk memastikan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan seperti oksitosin dan asam traneksamat tersedia dan dapat diakses secara konsisten.