Asam traneksamat merupakan salah satu pilihan untuk penanganan perdarahan post partum yang masih diperdebatkan efektivitas dan keamanannya. Perdarahan post partum masih menjadi penyebab utama kematian ibu, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Padahal, perdarahan post partum memiliki prognosis yang baik jika cepat dikenali dan segera diberi tata laksana yang sesuai.[1-3]
Sekitar 70–80% kasus perdarahan post partum disebabkan oleh atonia uteri. Oleh karena itu, berbagai panduan/guideline di dunia menyatakan bahwa obat pilihan pertama untuk kasus perdarahan post partum adalah golongan uterotonik, yaitu oksitosin 10 IU intramuskular.[1-3]
Selain agen uterotonika, asam traneksamat diperkirakan dapat mengatasi perdarahan post partum. Asam traneksamat adalah golongan antifibrinolitik yang bekerja dengan cara mencegah hancurnya clot darah akibat proses fibrinolisis. Satu jam setelah persalinan, terjadi peningkatan aktivitas fibrinolisis, terutama pada wanita yang mengalami perdarahan post partum. Hal inilah yang diperkirakan akan dihambat oleh asam traneksamat sehingga perdarahan dapat berhenti.[4]
Namun, efektivitas asam traneksamat dalam mengatasi perdarahan post partum masih diperdebatkan. Penelitian-penelitian yang dilakukan juga mengalami kendala etik. Sebab, perdarahan post partum adalah kegawatdaruratan sehingga sebaiknya ditatalaksana berdasarkan panduan yang sudah ada. Selain itu, hanya sedikit penelitian dengan jumlah sampel yang mencukupi dan melakukan blinding.[3–5]
Rekomendasi Terkait Penggunaan Asam Traneksamat pada Perdarahan Post Partum
Panduan dari World Health Organization (WHO) 2017 menyatakan bahwa asam traneksamat, sebesar 1 gram secara intravena (IV), sebaiknya diberikan sesegera mungkin setelah onset perdarahan dan sebelum 3 jam.[2]
Rekomendasi ini dianjurkan untuk segala jenis perdarahan post partum tanpa memperdulikan penyebabnya. Hal ini merupakan update dari rekomendasi WHO tahun 2012 yang menyatakan bahwa asam traneksamat digunakan untuk kasus trauma jalan lahir atau atonia uteri yang tidak berhenti dengan obat golongan uterotonik.[2]
Pada tahun 2022, International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) merekomendasikan pemberian obat uterotonik terlebih dulu diikuti asam traneksamat 1 gram. Asam traneksamat dapat diulang dengan dosis yang sama jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit, atau terjadi perdarahan ulang dalam waktu 24 jam.[6]
Namun, panduan dari American College of Obstetrician and Gynaecologist (ACOG) 2017 menyatakan bahwa asam traneksamat diberikan jika obat uterotonik lain sudah diberikan, tetapi gagal, dan di bawah 3 jam setelah onset perdarahan.[3]
Penelitian Terkait Penggunaan Asam Traneksamat untuk Perdarahan Post Partum
Sebuah meta-analisis pada tahun 2020 mengkaji 4 uji klinis acak tersamar ganda yang memberikan asam traneksamat 1 gram IV dalam 10 menit setelah persalinan per vaginam sebagai tambahan setelah melakukan pemberikan oksitosin, traksi tali pusat, dan pemijatan uterus.[7]
Insidensi Perdarahan Post Partum
Asam traneksamat terbukti menurunkan insidensi perdarahan post partum dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima plasebo atau tanpa terapi apapun, dengan insidensi sebesar 8,7% dan 11,4%. Asam traneksamat juga menurunkan jumlah kehilangan darah, dengan perbedaan rerata sebesar 84,74 mL.[7]
Hal tersebut didukung oleh sebuah uji klinis acak tersamar ganda tahun 2021 yang dilakukan terhadap lebih dari 4000 pasien yang menerima agen uterotonika standar, berupa oksitosin 5 atau 10 IU, atau carbetocin 100 mikrogram setelah kelahiran cesar. Penambahan asam traneksamat dalam 3 menit setelah melahirkan menurunkan kejadian perdarahan post partum lebih dari 1000 mL.
Kebutuhan Transfusi Darah dan Risiko Tromboemboli
Pemberian asam traneksamat tidak mengurangi jumlah kebutuhan transfusi secara signifikan atau meningkatkan risiko kejadian trombotik, seperti deep vein thrombosis dan emboli paru. Hasil ini serupa dengan temuan sebuah meta-analisis Cochrane tahun 2018 yang juga tidak mendapatkan perbedaan jumlah subjek yang membutuhkan transfusi produk darah ataupun kejadian tromboemboli.[4,7]
Namun, hasil tersebut berlawanan dengan beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa jumlah subjek kelompok asam traneksamat yang membutuhkan transfusi lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol.[8,9]
Berbeda dengan hasil penelitian lain, uji klinis terbesar yang menilai manfaat pemberian asam traneksamat setelah kelahiran cesar mendapatkan peningkatan kejadian tromboemboli dalam 3 bulan setelah melahirkan, meskipun tidak bermakna secara statistik.[9]
Mortalitas Akibat Perdarahan Post Partum
Asam traneksamat dapat menurunkan mortalitas ibu akibat perdarahan post partum. Pemberian asam traneksamat pada 271 pasien dapat mencegah satu kematian ibu. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa asam traneksamat dapat menurunkan mortalitas pasien trauma akibat perdarahan sebesar 15%.[4,9]
Penurunan risiko lebih besar jika asam traneksamat diberikan 1–3 jam setelah persalinan dibandingkan pemberian <1 jam atau >3 jam. Sebuah penelitian yang dipublikasi tahun 2017 menyatakan bahwa jumlah kematian akibat perdarahan post partum mencapai puncaknya 2–3 jam setelah persalinan.[4,10]
Penundaan pemberian asam traneksamat setiap 15 menit akan mengurangi manfaat obat tersebut sebesar 10%. Bila diberikan >3 jam, asam traneksamat sudah tidak bermanfaat. Hal ini juga sejalan dengan hasil dalam meta analisis yang mengatakan tidak ada perbedaan mortalitas ibu pada kedua kelompok jika asam traneksamat diberikan >3 jam.[4,10]
Kesimpulan
Penggunaan asam traneksamat secara intravena dapat mengurangi insidensi perdarahan post partum dan risiko kematian ibu akibat perdarahan post partum, terutama jika diberikan sebelum 3 jam setelah onset perdarahan. Selain itu, asam traneksamat juga tidak meningkatkan kejadian tromboemboli secara bermakna.
Asam traneksamat masih memerlukan penelitian lebih lanjut, terutama mengenai cara pemberian lain selain jalur intravena. Namun, obat ini dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan untuk perdarahan post partum.
Pertimbangan utama adalah asam traneksamat merupakan pilihan pengobatan dengan biaya rendah, terutama dibandingkan dengan modalitas terapi lainnya seperti transfusi masif, kontrol perdarahan dengan pembedahan, atau prokoagulan lainnya seperti faktor VIIA. Dengan demikian, asam traneksamat cocok untuk digunakan di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas dan tingkat ekonomi yang rendah.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra