Peningkatan suhu tubuh sampai dengan 38℃ atau lebih belum tentu karena demam, sehingga bukan merupakan indikasi mutlak untuk pemberian antipiretik sebagai tata laksana. Adanya peningkatan suhu tubuh dapat juga menandakan heat stroke atau sengatan panas yang merupakan kondisi darurat.
Klinisi perlu memahami cara membedakan antara demam dan heat stroke. Setelah itu, apabila sudah ditentukan bahwa pasien mengalami demam, belum tentu pula bahwa antipiretik perlu diberikan. Demam akan meningkatkan kesintasan karena merupakan respon terhadap infeksi. Selain itu, demam tidak menyebabkan kerusakan otak sehingga demam tidak harus segera diturunkan.
Hal ini berbeda dengan heat stroke, di mana perlu dilakukan tata laksana dengan segera karena dapat menyebabkan sindrom disfungsi multi organ. Prinsip penatalaksanaan heat stroke adalah pendinginan segera, dan antipiretik seperti paracetamol dan ibuprofen tidak membantu.
Demam yang yang diobati dengan antipiretik juga tidak mencegah kejang demam. Patofisiologi kejang demam adalah lonjakan suhu selama tahap perkembangan anak di mana ambang kejang mereka rendah. Kejang demam sederhana umumnya berhenti sendiri tidak memerlukan terapi khusus. Sementara itu, kejang demam kompleks memerlukan tata laksana di rumah sakit.