Pemberian injeksi kortikosteroid intralesi semakin populer dilakukan pada kasus acne vulgaris, terutama untuk lesi yang tampak besar seperti tipe nodulokistik. Injeksi kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi inflamasi dan pembengkakan lesi acne. Pemberian secara injeksi langsung pada lesi diharapkan dapat memberi pengobatan yang lebih lokal, tertarget, dan mengurangi efek samping sistemik yang sering disebabkan oleh kortikosteroid oral.[1-3]
Peran Injeksi Kortikosteroid Intralesi pada Kasus Acne Vulgaris
Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis yang disebabkan oleh inflamasi unit pilosebaseus akibat peningkatan produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel, kolonisasi bakteri, dan respon inflamasi. Salah satu bentuk yang lebih berat adalah acne nodulokistik, yang ditandai dengan lesi besar, nyeri, dan berisiko meninggalkan bekas.
Adanya lesi acne vulgaris tidak hanya berdampak pada aspek fisik tetapi juga psikologis, menyebabkan rasa rendah diri, kecemasan, hingga isolasi sosial. Selain itu, individu dengan profesi yang menuntut penampilan prima, seperti selebriti atau penyanyi, serta mereka yang menghadapi acara penting, sering kali menginginkan solusi instan untuk menghilangkan lesi acne.
Meskipun terapi standar seperti antibiotik oral, retinoid, dan kortikosteroid topikal tersedia, efikasinya terbatas, terutama pada lesi yang lebih besar seperti nodul dan kista. Injeksi kortikosteroid intralesi diharapkan dapat memungkinkan penghantaran obat secara langsung ke dalam lesi, mengurangi inflamasi dengan cepat, dan mempercepat resolusi lesi acne.[1-3]
Penggunaan Kortikosteroid pada Acne Vulgaris di Praktik Klinis
Berdasarkan jenis agennya, lini pertama yang direkomendasikan dalam penanganan acne yaitu retinoid topikal atau sistemik, antimikroba topikal atau oral, atau benzoil peroksida topikal. Terapi alternatif untuk acne yaitu steroid dan molekul steroidal seperti kortikosteroid, kontrasepsi oral kombinasi, dan spironolactone.
Steroid dan molekul yang berkaitan merupakan pilihan terapi yang menguntungkan karena menargetkan aspek hormonal pada patogenesis acne dan menjadi alternatif pasien yang refrakter terhadap antibiotik atau terapi konvensional lain. Kortikosteroid yang digunakan pada penanganan acne bisa dalam bentuk oral dan injeksi.
Kortikosteroid oral yang digunakan dalam penanganan acne, seringnya prednisone, direkomendasikan untuk diberikan dalam inisiasi terapi untuk pasien dengan inflamasi acne yang berat. Dikarenakan efek samping jangka panjangnya, kortikosteroid tidak digunakan sebagai terapi primer untuk acne.[4]
Terapi kortikosteroid intralesi telah digunakan sebagai terapi adjuvan untuk acne. Kortikosteroid injeksi seperti triamcinolone acetonide dengan dosis 3,3-10 mg/mL direkomendasikan untuk terapi okasional pada acne nodul tunggal, lesi yang refrakter terhadap terapi lainnya, dan pada acne berulang.[4,5]
Efikasi Kortikosteroid Intralesi Untuk Acne Vulgaris Menurut Bukti Ilmiah
Basis bukti uji klinis tentang efikasi dan keamanan kortikosteroid intralesi pada acne vulgaris sangat terbatas. Kebanyakan uji klinis memiliki sampel yang kecil dan merupakan bukti dari 10-20 tahun lalu.[2,4,6]
Pada penelitian dengan 9 pasien, kebanyakan acne dengan tipe kista yang diinjeksi dengan triamcinolone dilaporkan sembuh dalam waktu 3-7 hari setelah terapi. Pada penelitian tersebut, pasien yang disuntik intralesi dengan triamcinolone sembuh lebih cepat dibanding pasien yang disuntik intralesi dengan cairan salin sebagai kontrol.[5]
Setelah mendapat injeksi kortikosteroid, rerata pasien akan mengalami pengurangan ukuran lesi hingga 75%, berkurangnya nyeri, serta mempercepat proses penyembuhan pada acne yang memiliki tipe nodulokistik berat. Selain itu, pemberian injeksi kortikosteroid intralesi akan mengurangi inflamasi dan memperbaiki tampilan lesi dengan mensupresi mediator inflamasi dan mengurangi aktivitas kolagenase.[1]
Efek Samping Kortikosteroid Intralesi
Beberapa efek samping yang telah dikaitkan dengan penggunaan kortikosteroid intralesi adalah atrofi kulit, nyeri, perdarahan, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi, infeksi sekunder, abses steril, pembentukan granuloma, telangiektasia, reaksi alergi, dan perubahan endokrin seperti hirsutisme dan moon face. Keterbatasan lainnya adalah injeksi kortikosteroid intralesi tidak cocok digunakan untuk kasus dengan lesi multipel.[4,6]
Rekomendasi Dosis Kortikosteroid Intralesi untuk Acne
Belum ada rekomendasi dosis pasti untuk pemberian kortikosteroid intralesi. Sebuah studi meneliti bahwa tiga konsentrasi suntikan triamcinolone acetonide, yaitu dosis 0,63 mg/mL, 1,25 mg/mL, dan 2,5 mg/mL sama-sama efektif dalam 3-7 hari setelah suntikan.[1,2]
Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa selama 10 tahun pengalaman klinis, mayoritas dokter spesialis kulit menggunakan triamcinolone dengan konsentrasi 2,5 mg/mL. Sebagai perbandingan, penggunaan triamcinolone acetonide pada kasus hidradenitis supurativa adalah 20-40 mg/mL, sedangkan pada kasus keloid triamcinolone digunakan 5–40 mg/mL.[2,7-9]
Injeksi kortikosteroid intralesi akan didahului dengan prosedur anestesi lokal dan dapat diulang setiap 4 hingga 6 minggu sesuai kebutuhan pasien. Dikarenakan belum adanya panduan pasti terkait dosis, direkomendasikan untuk memulai terapi dengan dosis terendah dahulu dan melakukan monitoring sebelum menaikkan dosis. Monitoring yang dapat dilakukan yaitu penipisan kulit, telangiektasia, dan infeksi.[1]
Kesimpulan
Injeksi kortikosteroid intralesi untuk acne vulgaris merupakan tindakan yang populer dilakukan di praktik klinis karena diharapkan dapat menghilangkan lesi acne dengan lebih cepat. Meski demikian, basis bukti efikasi dan keamanan dari tindakan ini sangat minimal. Bukti yang ada merupakan uji klinis dengan sampel yang sangat kecil dan dilakukan 10-20 tahun silam.
Uji klinis yang lebih baru, dengan sampel lebih besar, menggunakan randomisasi, serta terkontrol, masih diperlukan untuk mengetahui lebih pasti mengenai efikasi dan keamanan dari tindakan injeksi kortikosteroid intralesi pada acne vulgaris.