Kafein, Teofilin, atau Aminofilin untuk Apnea pada Bayi Preterm

Oleh :
dr.Krisandryka

Kafein dan metilxantin lain, seperti teofilin dan aminofilin, sering diberikan untuk pencegahan dan penanganan apnea pada bayi preterm. Apnea pada bayi preterm, disebut juga apnea of prematurity (AOP), didefinisikan sebagai henti napas selama >15 detik pada bayi prematur, yang disertai hipoksia atau bradikardia. AOP dapat mengakibatkan kerusakan otak bayi yang sedang berkembang.

Terdapat tiga tipe AOP, yakni apnea sentral karena kurangnya dorongan untuk bernapas akibat imaturitas batang otak, apnea obstruktif, dan tipe mixed atau campuran. Tata laksana AOP meliputi pemberian oksigen dan terapi farmakologis, termasuk pemberian methylxanthine seperti kafein dan teofilin.[1,2]

Kafein, Teofilin, Atau Aminofilin untuk Apnea pada Bayi Preterm

Mekanisme Kerja Metilxantin pada Sistem Pernapasan

Metilxantin adalah stimulan respiratorik yang telah digunakan untuk mencegah dan mengatasi apnea of prematurity (AOP) dan memfasilitasi ekstubasi. Kafein dan aminofilin merupakan obat golongan metilxantin yang digunakan sebagai obat-obatan lini pertama.

Mekanisme kerja metilxantin dalam meningkatkan fungsi respirasi belum sepenuhnya diketahui. Meski begitu, kafein diketahui menstimulasi pusat pernapasan di medula sebagai antagonis reseptor adenosin A1 dan A2A. Hal ini diduga dapat meningkatkan sensitivitas dan respon terhadap karbon dioksida, meningkatkan tekanan oksigen (PO2), dan menstimulasi kontraksi diafragma.[1,3]

Manfaat dan Risiko Metilxantin dalam Pencegahan dan Tata Laksana Apnea pada Bayi Preterm

Sebuah meta analisis terhadap 18 studi yang melibatkan 2.705 bayi preterm, mengevaluasi efek metilxantin pada bayi preterm dengan AOP, berisiko mengalami AOP, atau hendak menjalani ekstubasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian metilxantin pada bayi preterm bermanfaat mengurangi episode apnea, failed apnea reduction setelah 2-7 hari, cerebral palsy, developmental delay, pemberian ventilasi tekanan positif, dan penyakit paru kronis dibandingkan dengan plasebo.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kafein khususnya mengurangi risiko kematian dan risiko disabilitas neurodevelopmental pada usia 18-24 bulan. Namun, peneliti pada studi ini menyebutkan bahwa tidak terdapat cukup bukti ilmiah mengenai efek samping metilxantin dan efek jangka panjangnya, sehingga masih dibutuhkan studi lebih lanjut.[4]

Meta analisis lain mengevaluasi 15 studi yang melibatkan 3.530 bayi preterm. Hasil menunjukkan kafein mengurangi apnea dan bronchopulmonary dysplasia, serta lebih efektif pada dosis yang lebih tinggi (>10 mg/kg). Meta analisis ini juga menemukan bahwa kafein bermanfaat meningkatkan kesintasan tanpa gangguan neurosensorik pada masa kanak awal (1-5 tahun), serta mengurangi kejadian gangguan neurokognitif dan motorik pada masa kanak pertengahan (6-11 tahun). Meski begitu, dosis lebih tinggi ditemukan berkaitan dengan efek samping takikardia.[3]

Systematic overview terhadap 7 tinjauan sistematik dengan meta analisis juga menyatakan bahwa dosis kafein lebih rendah mengurangi risiko takikardia, tetapi masih kurang bukti mengenai regimen optimal kafein untuk mencegah dan mengatasi AOP. Studi tersebut melibatkan 63.615 neonatus dan menilai penggunaan kafein sebagai tata laksana AOP.[2]

Perbandingan Kafein dan Metilxantin Lainnya dalam Mengatasi Apnea pada Bayi Preterm

Berbagai tinjauan menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara efikasi kafein dan teofilin dalam mengurangi AOP. Suatu meta analisis juga menyatakan tidak ada perbedaan dalam mortalitas, bronchopulmonary dysplasia, dan durasi rawat inap antara kelompok yang mendapat kafein dan kelompok yang mendapat metilxantin lainnya. Meta analisis ini dilakukan terhadap 22 uji klinis yang melibatkan 1776 bayi preterm untuk membandingkan efek kafein dibandingkan dengan aminofilin atau teofilin.[2,5]

Studi lain membandingkan efek klinis kafein dan aminofilin pada bayi preterm dengan apnea yang juga mendapat terapi oksigen. Sampel penelitian berjumlah 120 bayi preterm, 77 mendapat kafein sitrat sebanyak 20 mg/kg/hari, sedangkan 43 mendapat aminofilin dengan dosis 10 mg/kg/hari. Dibandingkan dengan aminofilin, kafein secara signifikan mengurangi durasi inhalasi oksigen dan konsentrasi oksigen terinhalasi pada bayi yang mendapat ventilasi mekanik atau terapi oksigen lainnya. Kafein juga mengurangi insidensi apnea rekuren dan komplikasi.[1]

Kesimpulan

Apnea pada bayi preterm, atau apnea of prematurity (AOP), merupakan komplikasi umum pada bayi prematur yang dapat mengakibatkan jejas neurologis. Metilxantin, seperti kafein dan aminofilin, adalah obat-obatan lini pertama untuk mencegah dan menangani AOP.

Meskipun mekanisme kerja metilxantin belum sepenuhnya dipahami, berbagai studi menunjukkan bahwa kafein dapat mengurangi episode apnea, risiko kematian, dan risiko disabilitas neurodevelopmental pada bayi prematur. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal dan efek sampingnya. Di sisi lain, perbandingan antara kafein dan teofilin menunjukkan bahwa keduanya memiliki efikasi setara dalam mengatasi AOP, sedangkan kafein mungkin lebih baik daripada aminofilin dalam hal mengurangi konsentrasi dan durasi dari kebutuhan terapi oksigen.

Referensi