Alodokter.

Flatus atau buang angin besar merupakan hal fisiologis yang terjadi saat perut memproduksi gas karbondioksida dan hidrogen sulfida. 
Tentu saat kita menemukan kasus susah flatus, kiranya perlu menyamakan persepsi awam antara flatus dari "kelebihan volume gas" dan " gas mengeluarkan bau" karena memang ada anak-anak yang flatusnya bersifat silent karena hanya memproduksi gas tanpa fermentasi dan reaksi bakteri sehingga tidak menyebabkan bau.
Biasanya jika anak mengkonsumsi kacang-kacangan itu sifat flatusnya hampir tidak berbau dok. 
Orang tua kadang tidak menyadari hal tsb, dan menganggap semua buang angin itu sifatnya "harus selalu berbau busuk"

Selalu pantau kondisi red flags/warning pada anak yang susah flatus, karena diduga ada kelainan rektum ataupun terjadi malabsorbsi ataupun malformasi gastrointestinal dengan gejala konstipasi, nyeri perut, tidak mau makan dan minum, BAB terlalu cair atau keras serta perubahan warna bersamaan dengan keluhan susah flatus.

CMIIW dok, mungkin TS Sp.A bisa meluruskan.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1378885/

Kasus yg langka..
Seharusnya setiap manusia mengalami buang angin alias flatus, karena udara/gas normal berada di dalam gaster, usus halus dan usus besar. 
Peristaltik usus akan berusaha mengeluarkan gas ataupun feses yg berada di dalam usus. Terbukti anakny bs BAB normal..

Bayangkan klo anakny tidak bs flatus seminggu saja, pasti perutny sdh kembung besar.  Orang bs saja tidak BAB 2 mgg tp perut tidak kembung krn dia msh bs mengeluarkan gas lewat flatus.

Jadi menurut saya, pasienny bisa flatus.. orang tuany yg tidak tahu. Atau pasien sendiri tidak mau mengakui dia flatus 

Alo dokter Nurul, menurut saya pasien tetap flatus. Jika pasien mengutarakan bahwasanya kondisi BAB normal tiap harinya. Proses berlangsungnya flatus bisa saja terjadi pada awalan, diantara atau akhir pada saat berlangsungnya pengeluaran feses.  Hanya saja hal ini tidak di anggap pasien sebagai flatus.