Alodokter, mau tanya misal kita menemukan pasien dengan atrial fibrilation disertai dengan st elevasi, jika kondisi pasien ini termasuk takiaritmia tidak...
Langkah yang diperlukan pada pasien dengan atrial fibrilasi tidak stabil - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Langkah yang diperlukan pada pasien dengan atrial fibrilasi tidak stabil
Dibalas 17 Oktober 2019, 05:33
dr. Riko Saputra
Dokter Umum
Alodokter, mau tanya misal kita menemukan pasien dengan atrial fibrilation disertai dengan st elevasi, jika kondisi pasien ini termasuk takiaritmia tidak stabil, langkah apa yang seharusnya dilakukan segera? Kardioversi? Loadng aspilet, cpg? Streptokinase? Atau seperti apa? Terima kasih
Dibuat 13 Oktober 2019, 23:43
14 Oktober 2019, 09:10
dr. Riko Saputra
Dokter Umum
Notes: yang saya maksud disini af rvr ya dok π
14 Oktober 2019, 09:36
dr. Rr Ratih Putri Karisma
Dokter Umum
Iya, imho af rvr nya kan kemungkinan karena iskemik nya.. tidak stabil dsini, hipotensi kah, tanda shock? Jadi setelah tatalaksana stemi Mona (kecuali nitrat dan morfin kalau hipotensi), bisa masuk ke tatalaksana hipotensi, sambil dipersiapkan pemeriksaan lainnya untuk rujuk ke fasilitas yang ada pci.. kalau cardioversi pada af, harus informed consent keluarga dulu karena resiko af jika di cardioversi bisa snh..
14 Oktober 2019, 09:36
dr. Rr Ratih Putri Karisma
Dokter Umum
Iya, imho af rvr nya kan kemungkinan karena iskemik nya.. tidak stabil dsini, hipotensi kah, tanda shock? Jadi setelah tatalaksana stemi Mona (kecuali nitrat dan morfin kalau hipotensi), bisa masuk ke tatalaksana hipotensi, sambil dipersiapkan pemeriksaan lainnya untuk rujuk ke fasilitas yang ada pci.. kalau cardioversi pada af, harus informed consent keluarga dulu karena resiko af jika di cardioversi bisa snh..
16 Oktober 2019, 22:58
dr. Hendra Gunawan SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
untuk irama AF dengan hemodinamik tidak stabil atau dengan gejala penurunan kesadaran maka langkah yang dapat kita lakukan adalah dengan kardioversi. Namun, yang harus dipastikan adalah apakah irama tersebut AF, bila irama tersebut ireguler memang sering "mimicking" jenis ECG untuk kelainan anatomis lain.
Setelah hemodinamik stabil, dapat dilakukan kardioversi dengan modalitas kimiawi seperti warfarin dan lain sebagainya sesuai klinis dan faktor risiko pasien. Semoga membantu ya
Setelah hemodinamik stabil, dapat dilakukan kardioversi dengan modalitas kimiawi seperti warfarin dan lain sebagainya sesuai klinis dan faktor risiko pasien. Semoga membantu ya
13 Oktober 2019, 23:53
dr. Raka Aldy Nugraha
Dokter Umum
Selamat malam dok, izin share ya berdasarkan pengalaman belajar saya. Untuk penatalaksanaan AF sendiri pada kondisi akut tergantung dari respons ventrikelnya, kalau normal ditatalaksana ACS nya, apabila AF disertai rapid ventricular response (>150 bpm) maka masuk ke algoritma penatalaksanaan takiaritmia. Karena pasien disertai nyeri dada khas angina dengan gambaran ST elevasi maka dianggap tidak stabil. Namun lebih baik bila diketahui onset AF nya apakah new onset/akut atau kronik (>48 jam), karena bila kronik, kalau kita konversi menjadi sinus akan ada risiko stroke kardioemboli akibat lepasnya trombus yang kemungkinan besar terbentuk di LAA selama stasis aliran darah akibat fibrilasi. Namun tetap pada kasus seperti ini kardioversi menjadi pilihan utama dengan segala risikonya, sehingga dapat dilakukan dengan catatan dikonsultasikan dengan SpJP untuk pentalaksanaan lanjuta. Mungkin dari sejawat dokter SpJP dapat mengkoreksi bila terdapat kekeliruan π
14 Oktober 2019, 10:46
dr. Infithaar
Dokter Umum
Setuju dok. Berdasarkan pengalaman saya saat belajar ACLS juga seperti itu. Terimakasih dok π
13 Oktober 2019, 23:53
dr. Raka Aldy Nugraha
Dokter Umum
Selamat malam dok, izin share ya berdasarkan pengalaman belajar saya. Untuk penatalaksanaan AF sendiri pada kondisi akut tergantung dari respons ventrikelnya, kalau normal ditatalaksana ACS nya, apabila AF disertai rapid ventricular response (>150 bpm) maka masuk ke algoritma penatalaksanaan takiaritmia. Karena pasien disertai nyeri dada khas angina dengan gambaran ST elevasi maka dianggap tidak stabil. Namun lebih baik bila diketahui onset AF nya apakah new onset/akut atau kronik (>48 jam), karena bila kronik, kalau kita konversi menjadi sinus akan ada risiko stroke kardioemboli akibat lepasnya trombus yang kemungkinan besar terbentuk di LAA selama stasis aliran darah akibat fibrilasi. Namun tetap pada kasus seperti ini kardioversi menjadi pilihan utama dengan segala risikonya, sehingga dapat dilakukan dengan catatan dikonsultasikan dengan SpJP untuk pentalaksanaan lanjuta. Mungkin dari sejawat dokter SpJP dapat mengkoreksi bila terdapat kekeliruan π
14 Oktober 2019, 09:03
dr. Fuad Dheni Musthofa
Dokter Umum
Menarik sekali dok kasusnya, mungkin dari dokter jandung bs membantu menjawab, izin menyimak
14 Oktober 2019, 09:09
dr. Rr Ratih Putri Karisma
Dokter Umum
Kalau St elevasi nya khas stemi, menurut saya yaa sesuai tatalaksana stemi acls, lebih fokus ke stemi nya
14 Oktober 2019, 09:09
dr. Rr Ratih Putri Karisma
Dokter Umum
Kalau St elevasi nya khas stemi, menurut saya yaa sesuai tatalaksana stemi acls, lebih fokus ke stemi nya
17 Oktober 2019, 05:33
dr. Tessa Oktaramdani, SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
AF, terutama new onset AF pada konteks pasien STEMI biasanya merupakan komplikasi sekunder dari iskemianya ditambah dgn fakfor2 lain (multifaktorial). Terapi untuk underlying cardiovascular cause dan HF pada kasus seperti ini biasanya tetap menjadi prioritas utama.
Apabila onset AF terjadi sebelum masuk RS maka rate control dgn antiaritmia seperti beta blocker atau amiodarone, serta antikoagulan parenteral (warfarin tidak direkomendasikan diberikan tanpa bridging parenteral karena ada efek protrombotik pada bbrp hari awal pemberian) dapat diberikan namun pemberiannya tidak menunda reperfusi. Apabila ada instabilitas hemodinamik seperti syok kardiogenik sebelum tindakan reperfusi maka mungkin bisa dipertimbangkan kardioversi terlebih dahulu sebelum reperfusi. Sementara apabila new onset AF terjadi selama hospitalisasi pasca reperfusi, maka dikaji ulang penyebabnya sehingga dapat dilakukan manajemen yg tepat. Jadi pilihannya tentu akan individual pasien per pasien. Pada prinsipnya pada pasien STEMI, reperfusi tetap harus dilakukan
Apabila onset AF terjadi sebelum masuk RS maka rate control dgn antiaritmia seperti beta blocker atau amiodarone, serta antikoagulan parenteral (warfarin tidak direkomendasikan diberikan tanpa bridging parenteral karena ada efek protrombotik pada bbrp hari awal pemberian) dapat diberikan namun pemberiannya tidak menunda reperfusi. Apabila ada instabilitas hemodinamik seperti syok kardiogenik sebelum tindakan reperfusi maka mungkin bisa dipertimbangkan kardioversi terlebih dahulu sebelum reperfusi. Sementara apabila new onset AF terjadi selama hospitalisasi pasca reperfusi, maka dikaji ulang penyebabnya sehingga dapat dilakukan manajemen yg tepat. Jadi pilihannya tentu akan individual pasien per pasien. Pada prinsipnya pada pasien STEMI, reperfusi tetap harus dilakukan