Bagaimana penanganan syok anafilaktik terbaru pada anak?Kasus kali ini adalah anak usia 5 tahun dengan berat badan 16 kg datang dengan keluhan bengkak dan...
Tatalaksana terbaru reaksi anafilaksis pada anak - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Tatalaksana terbaru reaksi anafilaksis pada anak
Bagaimana penanganan syok anafilaktik terbaru pada anak?
Kasus kali ini adalah anak usia 5 tahun dengan berat badan 16 kg datang dengan keluhan bengkak dan sesak setelah 30 menit minum obat tradisional yang diberikan oleh orangtuanya. Keringat dingin dan pandangan kabur.
Pemeriksaan fisik menunjukkan
Tanda vital:
takikardia isi cukup teratur
TD masih normal sesuai usia
takipnea
suhu normal
Pemeriksaan fisik terdapat stridor walaupun minimal dan ruam kemerahan pada wajah yang mulai menyebar ke tubuh bagian lain
Pasien didiagnosis sebagai reaksi anafilaksis ec suspek obat dan segera diberikan tatalaksana protokol anafilaktis yaitu
O2 2 lpm nasal kanul dengan target saturasi di atas 95%
epinefrin 1:1000 IM pada mid anterolateral paha sebanyak 0,2 mL
posisi tungkai lebih tinggi dari kepala
pasang infus cairan kristaloid 1300 mL/24 jam
Observasi tanda vital tiap 30 menit
ANAFILAKSIS
Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dengan onset yang cepat dan dapat menyebabkan kematian.
Anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast dan basofil sesudah paparan pada alergen pada individu yang sudah tersensitisasi sebelumnya.
Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seperti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis.
Penyebab reaksi anafilaksis adalah:
1. Obat (antibiotik, bahan anestetikum)
2. Makanan (kacang tanah, ikan, kerang, susu, telur, dan lain-lain)
3. Bahan biologis (latex, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim)
4. Gigitan serangga
Penyebab reaksi anafilaktoid:
1. Bahan media radiokontras
2. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid lain
3. Bahan anestetikum
Manifestasi klinis dan diagnosis
Anafilaksis harus dicurigai bila terdapat 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. Onset akut dari suatu penyakit (dalam menit sampai beberapa jam) dengan keterlibatan kulit, mukosa, atau keduanya (misalnya urtikaria generalisata, gatal atau kemerahan di seluruh badan, edema bibir/lidah/uvula) Dan disertai oleh salah satu dari kriteria di bawah ini:
a. Gejala saluran napas (sesak, mengi/bronkospasme, stridor, turunnya PEF (peak expiratory flow), hipoksemia).
b. Tekanan darah turun atau gejala yang berhubungan (hipotonia/kolaps,sinkop)
2. Dua atau lebih dari gejala di bawah ini yang timbul secara cepat (dalam hitungan menit sampai beberapa jam) setelah pajanan terhadap suatu zat yang diduga sebagai alergen:
3. Tekanan darah turun setelah pajanan terhadap suatu alergen yang sudah diketahui sebelumnya.
Laboratorium
Pada penanganan akut anafilaksis, tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Bila ada keraguan mengenai diagnosis anafilaksis, maka dapat diperiksakan serum triptase (bila ada) yang hasilnya akan meningkat dan mencapai puncak pada 1-2 jam pertama.
Tata laksana
1. Perawatan umum:
Bila mungkin hentikan pajanan antigen. Lakukan penilaian terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. jalan napas harus dijamin terbuka, nadi dan tekanan darah dipantau. Pasien dibaringkan dengan tungkai ditinggikan. Oksigen diberikan dengan sungkup atau kanul hidung dengan pemantauan kadar oksigen.
2. Epinefrin
Epinefrin konsentrasi 1:1000 dengan dosis 0,01 mL/kg maksimal 0,3 ml per kali disuntikkan intramuskular di daerah mid-anterolateral paha. Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak 5-15 menit sampai 2–3 kali.
3. Cairan
Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30 ml/kg dalam 1 jam pertama.
4. Antihistamin
Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10 menit untuk menghindari hipotensi.
5. Bronkodilator
Inhalasi β2-agonis berguna untuk mengatasi bronkokonstriksi.
6. Kortikosteroid
Bila diberikan segera setelah kegawatan teratasi dapat mencegah anafilaksis bifasik. Metilprednisolon dosis 1-2 mg/kg diberikan secara intravena setiap 4-6 jam.
7. Vasopresor
Bila hipotensi berlanjut perlu diberikan dopamin atau epinefrin
8. Observasi
Pasien yang anafilaksisnya sudah teratasi harus dipantau untuk mengawasi kemungkinan anafilaksis bifasik.
Apakah rekan-rekan sejawat ada yang ingin ditanyakan atau diskusikan?atau ingin berbagi pengalaman menangani kasus yang sama?
Berikut ini saya lampirkan pedoman penanganan anafilaktik terbaru untuk anak baik di fasilitas primer maupun RS lengkap
Sumber:
Campbell RL,John RK.Uptodate.Nov 2018
Pedoman Kemenkes RI.2017
Pedoman Pelayanan Klinis.RSCM.2015
Thanks for sharing dok!
Selalu menarik nih sharing-nya dr.Rafli.
Di Alomedika kita punya artikel panjang ttg Anafilaksis nih dok : https://www.alomedika.com/penyakit/kegawatdaruratan-medis/anafilaksis