Multidose Ondansetron after Emergency Visits in Children with Gastroenteritis
Freedman SB, Williamson-Urquhart S, Plint AC, Dixon A, Beer D, Joubert G, Pechlivanoglou P, Finkelstein Y, Heath A, Zhang JZ, Wallace A. Multidose Ondansetron after Emergency Visits in Children with Gastroenteritis. New England Journal of Medicine. 2025 Jul 17;393(3):255-66. PMID: 40673584.
Abstrak
Latar Belakang: Ondansetron memperbaiki luaran ketika diberikan di instalasi gawat darurat pada anak-anak dengan keluhan muntah yang berkaitan dengan gastroenteritis akut. Ondansetron umumnya diresepkan saat pasien dipulangkan untuk mengurangi gejala-gejala gastroenteritis, tetapi bukti penelitian yang mendukung praktik ini terbatas.
Metode: Penelitian ini merupakan uji superioritas acak double blind, yang melibatkan anak-anak usia 6 bulan hingga 18 tahun dengan keluhan muntah karena gastroenteritis akut di 6 instalasi gawat darurat pediatrik. Enam dosis ondansetron oral atau plasebo diberikan untuk keluhan muntah yang berlangsung selama 48 jam pertama setelah terdaftar dalam penelitian.
Luaran primer adalah gastroenteritis sedang hingga berat, yang didefinisikan dengan skor 9 atau lebih pada skala Vesikari yang dimodifikasi (skor bernilai dari 0 hingga 20, dengan skor lebih tinggi mengindikasikan tingkat keparahan yang lebih tinggi), selama 7 hari setelah terdaftar dalam penelitian.
Luaran sekunder meliputi adanya keluhan muntah, durasi muntah (didefinisikan dari waktu terdaftar hingga waktu episode muntah terakhir), jumlah episode muntah dalam 48 jam setelah terdaftar penelitian, visit dokter yang tidak terjadwal dalam waktu 7 hari setelah terdaftar penelitian, dan penerimaan cairan intravena.
Hasil: Total 1030 anak menjalani randomisasi. Gastroenteritis sedang-berat terjadi pada 5.1% (23 dari 452 partisipan dengan data yang tersedia) pada kelompok ondansetron, dan 12.5% (55 dari 441) pada kelompok plasebo (perbedaan risiko yang tidak disesuaikan, -7.4 poin persentase; 95% confidence interval [CI], -11.2 sampai -3.7).
Setelah disesuaikan untuk lokasi, berat, dan data yang hilang, ondansetron berkaitan dengan risiko gastroenteritis sedang-berat yang lebih rendah daripada plasebo (odds ratio yang disesuaikan, 0.50: 95% CI, 0.40-0.60). Walaupun hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok dalam hal episode muntah atau durasi median muntah, jumlah total episode muntah dalam 48 jam setelah terdaftar dalam penelitian lebih sedikit pada kelompok ondansetron daripada plasebo (adjusted rate ratio 0.76%; 95% CI, 0.67-0.87).
Persentase anak-anak yang menjalani visit pelayanan kesehatan yang tidak terjadwal dan persentase anak-anak yang mendapatkan cairan intravena setelah terdaftar dalam penelitian tidak berbeda signifikan antara kedua kelompok. Insiden kejadian yang tidak diharapkan atau efek samping juga tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok (odds ratio, 0.99: 95% CI, 0.61-1.61)
Kesimpulan: Pada anak dengan keluhan muntah yang berkaitan dengan gastroenteritis, pemberian ondansetron setelah kunjungan di instalasi gawat darurat dapat menurunkan risiko gastroenteritis sedang-berat dalam waktu 7 hari berikutnya dibandingkan dengan pemberian plasebo.
Ulasan Alomedika
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab utama anak-anak dibawa ke IGD dan memerlukan penanganan, di mana sekitar 90–95% anak dengan gastroenteritis akut mengalami keluhan muntah. Ondansetron sendiri adalah obat antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine type 3 (5-HT3) yang dilaporkan bisa menurunkan insiden rawat inap dan pemberian cairan intravena ketika diberikan pada pasien anak-anak dengan gastroenteritis akut dalam dosis tunggal di instalasi gawat darurat.
Akan tetapi, manfaat ondansetron sebagai obat pulang belum diketahui jelas. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa ondansetron sebagai obat pulang berhubungan dengan insiden diare yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan jumlah pasien yang berobat kembali ke IGD lebih tinggi daripada plasebo. Namun, dalam penelitian lain, ondansetron berhubungan dengan insiden muntah yang lebih rendah daripada plasebo.
Karena adanya perbedaan antar berbagai penelitian mengenai manfaat dari pemberian ondansetron, maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan profil keamanan pemberian ondansetron dosis multiple pada anak dengan keluhan muntah karena gastroenteritis akut.
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol yang double blind. Randomisasi dilakukan di 6 IGD pediatrik di Kanada. Penelitian dilakukan pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 18 tahun dengan gastroenteritis akut, yang mengalami episode muntah dalam 24 jam sebelum terdaftar dalam penelitian.
Partisipan dimasukkan ke dalam dua kelompok dengan rasio 1:1 untuk mendapatkan ondansetron atau plasebo. Dalam kelompok ondansetron, partisipan diberikan larutan ondansetron oral dengan dosis 4 mg/5 ml, sedangkan partisipan kelompok plasebo diberikan larutan dengan jumlah yang cukup untuk 6 dosis (masing-masing dosis 0.15 mg/kgBB, dosis maksimal 8 mg).
Luaran primer pada penelitian ini adalah gastroenteritis sedang-berat yang didefinisikan dengan skor total 9 atau lebih pada skala Vesikari termodifikasi (skala bervariasi dari 0-20, di mana skor yang semakin tinggi mengindikasikan tingkat keparahan penyakit yang lebih berat).
Luaran sekunder meliputi adanya episode muntah, durasi muntah (waktu dari terdaftar penelitian hingga episode muntah terakhir), jumlah episode muntah dalam 48 jam terakhir setelah terdaftar, visit tidak terjadwal ke pelayanan kesehatan karena muntah, diare, dehidrasi, demam, nyeri perut, atau intake cairan yang sulit dalam waktu 7 hari setelah terdaftar penelitian.
Ulasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari 14 September 2019 hingga 27 Juni 2024 dengan 1030 partisipan yang terdaftar dan terandomisasi; 517 partisipan penerima ondansetron, 512 menerima plasebo, dan 1 tidak masuk ke dalam kelompok penelitian karena error.
Dalam hal luaran primer, persentase partisipan dengan skor Vesikari tinggi lebih rendah pada kelompok ondansetron daripada kelompok plasebo: 5.1% (23 dari 452 partisipan) berbanding 12.5% (55 dari 441) (unadjusted risk difference, -7.4 poin persentase; 95% CI, -11.2 sampai -3.7).
Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal persentase partisipan yang mengalami mual muntah selama 7 hari penelitian: 29.7% partisipan (135 dari 455) di kelompok ondansetron dan 33.2% (149 dari 449) di kelompok plasebo (difference, -3.5 poin persentase, 95% CI, -9.5 sampai 2.5). Durasi median muntah adalah 0 jam pada kedua kelompok. Jumlah median episode muntah pada 48 jam setelah terdaftar dalam penelitian lebih rendah di grup ondansetron daripada plasebo.
Persentase anak-anak yang berobat tidak terencana ke pelayanan kesehatan dalam 7 hari setelah terdaftar penelitian adalah 9.3% (46 dari 495) di kelompok ondansetron dan 13.2% (65 dari 491) di kelompok plasebo (adjusted odds ratio, 0.67; 95% CI, 0.44-1.02).
Persentase anak-anak yang mendapatkan cairan intravena dalam periode waktu 7 hari adala 2.6% (13 dari 495) di kelompok ondansetron dan 3.3% (16 dari 491) di kelompok plasebo (adjusted odds ratio, 1.00; 95% CI, 0.46-2.19).
Insiden buruk terjadi pada 7% partisipan (35 dari 497) di kelompok ondansetron dan 7.1% (35 dari 492) di kelompok plasebo (odds ratio, 0.99; 95% CI, 0.61-1.61; P+ 0.97). Satu anak dalam setiap kelompok mengalami insiden buruk berat (pneumonia dan syok septik viral). Tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah diare antara kedua kelompok (P=0.22) selama periode 48 jam, tetapi partisipan yang mendapatkan ondansetron menunjukkan jumlah kejadian diare lebih tinggi daripada yang mendapatkan plasebo (rate ratio, 1.36; 95% CI, 1.03-1.80; P=0.03).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ondansetron sebagai obat pulang dari IGD pada pasien anak dengan keluhan muntah karena gastroenteritis akut memberikan risiko yang lebih rendah untuk mengalami gastroenteritis sedang-berat setelah pulang bila dibandingkan dengan pemberian plasebo.
Meskipun persentase luaran tidak berbeda signifikan secara statistik, jumlah kunjungan ulang ke IGD, jumlah pemberian cairan intravena, dan juga jumlah kejadian rawat inap tampak lebih rendah di kelompok ondansetron. Selain itu, jumlah episode muntah dalam periode 24 jam dan 48 jam setelah terdaftar dalam penelitian juga lebih rendah di kelompok ondansetron. Peneliti menyimpulkan bahwa ondansetron yang diberikan sebagai obat pulang dari IGD pada anak yang mengalami muntah akibat gastroenteritis bermanfaat.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah desainnya yang berupa uji klinis acak terkontrol, yang cocok untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan suatu intervensi medis. Selain itu, penelitian ini dilakukan secara double blind, sehingga mengurangi risiko bias. Jumlah partisipan yang diikutsertakan dalam penelitian ini juga cukup banyak.
Luaran yang dievaluasi dalam penelitian ini juga merupakan luaran yang bermanfaat dan relevan secara klinis. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ondansetron yang diberikan sebagai obat pulang (untuk diberikan sesuai kebutuhan di rumah setelah dari IGD, untuk anak-anak yang mengalami muntah ongoing) dapat mengurangi kejadian gastroenteritis sedang-berat tanpa meningkatkan kejadian diare, mengingat hasil-hasil uji klinis sebelumnya masih tidak konsisten.
Limitasi Penelitian
Limitasi penelitian ini adalah follow-up dilakukan setiap hari untuk 2 hari pertama, tetapi follow-up 5 hari berikutnya hanya dirangkum dalam satu survey, sehingga kemungkinan ada bias recall. Selain itu, penelitian ini dilakukan di sistem pelayanan kesehatan di Kanada saja, sehingga hasilnya mungkin berbeda di daerah dengan pola praktik klinis yang berbeda. Contohnya, daerah dengan penggunaan cairan intravena untuk rehidrasi yang lebih umum mungkin menunjukkan manfaat yang lebih kuat, dan sebaliknya.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ondansetron sebagai obat pulang dari IGD (untuk digunakan di rumah sesuai kebutuhan) pada anak-anak dengan keluhan muntah karena gastroenteritis akut bermanfaat untuk mengurangi risiko gastroenteritis sedang-berat dalam waktu 7 hari berikutnya.
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia, mengingat ondansetron merupakan obat yang tersedia secara luas dan sudah sering digunakan pada kasus gastroenteritis. Apalagi, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kejadian tidak diinginkan tidak berbeda signifikan antara ondansetron dan plasebo, sehingga profil keamanannya dinilai cukup baik. Ke depannya, studi lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengonfirmasi kembali temuan ini.