Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Albendazol
Pada prinsipnya, penggunaan albendazol pada kehamilan dan wanita menyusui menimbang aspek manfaat yang melebihi risiko yang dapat terjadi. FDA memasukkan obat albendazol ke dalam kategori C untuk penggunaannya pada ibu hamil, sedangkan TGA kategori D.
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukan obat albendazole ke dalam kategori C, yaitu studi reproduksi pada hewan menunjukkan efek buruk pada fetus, namun belum ada cukup bukti ilmiah pada fetus manusia. [7,13]
Sedangkan TGA memasukan ke dalam kategori D, artinya obat yang dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi fetus manusia atau kerusakan yang ireversibel, di samping juga dapat menimbulkan efek farmakologis yang buruk. Studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa albendazol bersifat teratogenik, karena itu obat ini mesti dicurigai sebagai obat yang berefek teratogenik, sampai dapat dibuktikan secara ilmiah aman pada manusia. [13,14]
Walaupun demikian, obat albendazol dapat digunakan pada kehamilan bila tidak ada alternatif obat lain. Perlu dipertimbangkan aspek manfaat yang melebihi risiko yang dapat terjadi, dan sedapat mungkin dihindari pemberiannya pada kehamilan trimester pertama. [11,20]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
WHO menganjurkan untuk meneruskan pemberian ASI, bagi wanita menyusui yang sedang menjalani terapi dengan obat ini. Hal tersebut karena lokasi kerja albendazol secara primer pada sistem intestinal ibu, dan hanya sedikit kadar obat yang diabsorbsi ke dalam darah. [13] Lain hal nya dengan dexamethasone yang tidak direkomendasikan karena diekskresikan melalui ASI.
Suatu studi melaporkan bahwa wanita menyusui yang mengonsumsi albendazol dosis tunggal 400 mg per oral, dianggap aman bagi bayi. Kadar albendazol, serta metabolit-metabolitnya, yaitu albendazol sulfoksida dan albendazol sulfon, diekskresikan dalam konsentrasi yang rendah ke dalam air susu ibu dan tidak membahayakan bagi bayi menyusui. [21]