Kontraindikasi dan Peringatan Clopidogrel
Kontraindikasi dan peringatan clopidogrel adalah hipersensitivitas terhadap clopidogrel dan perdarahan patologis aktif, misalnya pada ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial. Peringatan terkait clopidogrel adalah untuk penggunaan pada pasien yang memiliki gangguan platelet dan bleeding disorder.
Kontraindikasi
Clopidogrel dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap clopidogrel dan pada pasien yang memiliki perdarahan patologis aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial. Selain itu, clopidogrel juga sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang memiliki gangguan metabolisme CYP2C19, karena sistem CYP ini diperlukan untuk bisa mencapai efek terapi clopidogrel.[1,7]
Peringatan
Beberapa peringatan utama terkait penggunaan clopidogrel sebenarnya berhubungan dengan efek obat sebagai antiplatelet.
Risiko Perdarahan
Perdarahan merupakan efek samping paling umum dari clopidogrel. Faktor risiko perdarahan adalah usia ≥75 tahun, riwayat perdarahan sebelumnya, berat badan rendah, atau penggunaan obat-obatan yang meningkatkan risiko perdarahan, seperti non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID), aspirin, dan warfarin.[1,7]
Penggunaan clopidogrel memerlukan perhatian khusus terutama pada pasien dengan risiko perdarahan tinggi seperti trauma, operasi, atau kondisi patologis lain (terutama pada sistem gastrointestinal dan intraokuler). Fungsi platelet akan kembali seiring dengan terbentuknya platelet baru dan biasanya mencapai fungsi optimal setelah 5 hari. Oleh karena itu, clopidogrel sebaiknya dihentikan minimal 5 hari sebelum operasi elektif.[1,7]
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP)
TTP merupakan kejadian yang jarang tetapi bisa bersifat fatal. Kondisi ini memerlukan tata laksana segera, terutama plasmafaresis. Gejala yang muncul adalah perubahan status mental, hematuria, kesulitan bicara, demam, kulit pucat, kejang, lemah, ikterus, dan pinpoint red spots pada kulit. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan gangguan ginjal.[1,7,8]
Penggunaan pada Gangguan Ginjal dan Hepar
Belum banyak studi yang mempelajari penggunaan clopidogrel pada pasien dengan gangguan ginjal atau gangguan hepar. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada anjuran penyesuaian dosis pada pasien dengan kondisi-kondisi ini. Namun, pemberian pada kelompok ini tetap perlu berhati-hati.[1,3,6,7]
Reaksi Silang dengan Thienopyridine Lain
Clopidogrel memiliki struktur kimia yang mirip dengan thienopyridine lain seperti ticlopidine dan prasugrel. Oleh karena itu, reaksi hipersensitivitas silang bisa terjadi. Pasien perlu dievaluasi terlebih dahulu tentang riwayat alergi terhadap obat-obat ini.[8]
Overdosis
Overdosis clopidogrel menyebabkan perpanjangan bleeding time. Beberapa gejala toksik akut yang dapat terjadi adalah mual, muntah, sulit bernapas, dan perdarahan gastrointestinal. Dosis letal pada tikus adalah 1500–2000 mg/kg dalam dosis tunggal dan 3000 mg/kg pada baboon.[1,7]
Hingga saat ini belum ada reversal agent terhadap clopidogrel. Pemberian platelet eksogen diharapkan dapat mengembalikan hemostasis dan hanya digunakan pada perdarahan derajat berat dan mengancam nyawa.[7]
Selain itu, perlu dipertimbangkan adanya kasus resistensi dan kegagalan pada clopidogrel.