Pengawasan Klinis Hydrochlorothiazide
Pengawasan klinis penggunaan hydrochlorothiazide (HCT) terkait risiko gangguan elektrolit, hiperurisemia, dan gangguan fungsi ginjal. Pemantauan rutin dilakukan terkait input dan output cairan, tekanan darah, kadar elektrolit, blood urea nitrogen, dan kreatinin serum.[4,9]
Gangguan Elektrolit
Pemeriksaan kadar elektrolit terkadang diperlukan dalam penggunaan hydrochlorothiazide. Beberapa kelainan elektrolit yang dapat terjadi pada pasien yang mengonsumsi hydrochlorothiazide antara lain hiponatremia, hipokloremia, hipomagnesemia, dan hipokalemia. Tanda yang perlu diperhatikan antara lain mulut kering, rasa haus, lemah, mengantuk, nyeri otot, hipotensi, oliguria, takikardia, mual, dan muntah.
Risiko hipokalemia akibat penggunaan hydrochlorothiazide meningkat pada pasien dengan sirosis hepatis yang sedang menggunakan kortikosteroid atau hormon adrenokortikotropik (ACTH). Gangguan asupan juga dapat meningkatkan risiko hipokalemia.
Hipokalemia dan hipomagnesemia dapat menyebabkan aritmia. Hipokalemia dapat dihindari dengan suplementasi kalium dan konsumsi makanan tinggi kalium.[4,9]
Hiperurisemia
Hiperurisemia dan serangan gout arthritis akut dapat terjadi pada pasien yang mengonsumsi diuretik thiazide. Hidrasi yang cukup dapat membantu mencegah hiperurisemia dan serangan gout akut.
Pada pasien gout yang mendapat terapi hydrochlorothiazide, monitor kadar asam urat sebaiknya dilakukan lebih sering. Jika terjadi serangan akut, maka penyesuaian dosis hydrochlorothiazide adalah tata laksana yang lebih direkomendasikan dibandingkan menghentikan terapi.[4,9,21,22]
Gangguan Fungsi Ginjal
Pemantauan fungsi ginjal diperlukan pada konsumsi hydrochlorothiazide jangka panjang, pasien dengan hipertensi renovaskular, dan pasien dengan insufisiensi ginjal.[4,9,23]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini