Farmakologi Hidrogen Peroksida
Secara farmakologis, hidrogen peroksida berfungsi sebagai agen oksidatif yang melepaskan oksigen bebas, menghasilkan efek antiseptik lokal melalui oksidasi protein dan inaktivasi mikroorganisme. Mekanisme kerjanya melibatkan dekomposisi oleh enzim katalase jaringan menjadi air dan oksigen, yang membantu membersihkan debris nekrotik dan menghasilkan efek efervesen pada luka.[1,8-10]
Farmakodinamik
Hidrogen peroksida merupakan agen oksidatif yang bekerja dengan melepaskan oksigen aktif ketika kontak dengan jaringan yang mengandung enzim katalase atau peroksidase. Oksigen yang dihasilkan menimbulkan efek antimikroba nonspesifik melalui oksidasi komponen seluler mikroorganisme, termasuk protein dan lipid membran, sehingga menyebabkan inaktivasi atau kematian sel.
Efek efervesen yang dihasilkan turut membantu mengangkat debris, jaringan nekrotik, dan eksudat dari permukaan luka, sehingga meningkatkan kebersihan lokal tanpa efek sistemik yang bermakna bila digunakan topikal.[1,5,8]
Mekanisme Aksi
Secara biokimia, hidrogen peroksida mengalami dekomposisi menjadi air dan oksigen melalui aksi enzim katalase endogen. Oksigen yang terbentuk menghasilkan tekanan lokal dan gelembung yang memfasilitasi pembersihan mekanis luka, serta menciptakan lingkungan oksidatif yang tidak mendukung pertumbuhan mikroba anaerob.
Meski demikian, dalam konsentrasi tinggi, proses oksidatif ini dapat merusak jaringan sehat melalui stres oksidatif dan peroksidasi lipid, sehingga penggunaannya harus dibatasi pada konsentrasi rendah dan durasi singkat sesuai indikasi klinis.[1,5,8]
Farmakokinetik
Hidrogen peroksida sesungguhnya merupakan hasil produk fisiologis dari metabolisme tubuh manusia yang sudah berada dalam kondisi siap untuk didekomposisi oleh enzim katalase pada sel normal.[9,10]
Absorpsi
Pada saat hidrogen peroksida diaplikasikan pada kulit atau luka, zat ini memiliki penetrasi yang lemah. Berbagai sumber bahkan menyatakan bahwa obat ini tidak diabsorpsi secara sistemik.[1,3,5]
Distribusi
Belum ada data atau penelitian khusus mengenai distribusi hidrogen peroksida pada manusia. Namun, berdasarkan studi pada hewan, hidrogen peroksida didistribusikan pada paru-paru, usus, thymus, hepar, dan ginjal.[1,3,5]
Metabolisme
Proses dekomposisi hidrogen peroksida diatur oleh glutation peroksidase, yang ada pada jaringan normal manusia. Pada saat hidrogen peroksida terpapar dengan enzim katalase, maka hidrogen peroksida akan secara cepat diubah menjadi oksigen dan air.[1,3,5]
Eliminasi
Hidrogen peroksida cepat terdekomposisi sebelum diserap di saluran cerna dan menunjukkan penetrasi jaringan yang rendah, sehingga eliminasi sistemiknya minimal. Studi in vivo menunjukkan bahwa kadar hidrogen peroksida menurun secara eksponensial dalam 1 jam penggunaan topikal, dengan sisa konsentrasi sekitar 32% setelah 60 menit.[1]
Toksisitas
Hidrogen peroksida menimbulkan efek toksisitas melalui tiga mekanisme, yakni kerusakan akibat efek korosif, formasi gas oksigen, dan peroksidasi lipid. Hidrogen peroksida bersifat kaustik, oleh karena itu penggunaannya harus didilusi terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kerusakan jaringan.
Jika hidrogen peroksida tertelan dalam jumlah banyak (>50mL hidrogen peroksida 33%) dapat terbentuk oksigen dalam volume yang substansial yang bisa berkembang hingga melebihi jumlah kelarutan maksimum dalam darah dan menyebabkan emboli.
Selain itu, hidrogen peroksida juga dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala seperti mual, muntah, hematemesis, dan mulut berbusa. Busa tersebut dapat menyebabkan tersumbatnya saluran napas dan aspirasi pulmonal. Mukosa dan orofaring akan terbakar dan melepuh, dapat pula terjadi spasme laring, gastritis erosif, sinus takikardia, letargi, koma, kejang, stridor, penyempitan subepiglotis, apnea, dan henti jantung.
Inhalasi uap atau asap yang ditimbulkan dari hidrogen peroksida dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan.[11,12]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha