Pedoman Tata Laksana Asma Menurut GINA 2025 – Ulasan Guideline Terkini

Oleh :
Meili Wati

Global Initiative for Asthma (GINA) mempublikasikan pembaruan pedoman tata laksana asma pada tahun 2025. Pembaruan GINA 2025 mengenai manajemen asma mencakup pemanfaatan biomarker inflamasi tipe 2 untuk menunjang diagnosis dan penatalaksanaan, rekomendasi pengobatan dan faktor risiko eksaserbasi berat pada remaja dan dewasa, serta dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim terhadap pasien asma.

Pedoman ini menekankan pentingnya ketepatan diagnosis asma dan pengobatan dini pada pasien asma. Pembaruan GINA 2025 juga memuat revisi pada beberapa bagian, termasuk penyempurnaan bagan panduan pengambilan keputusan bersama dalam pemilihan inhaler, tabel opsi perubahan terapi dalam rencana aksi asma, serta diagram alur (decision tree) untuk penatalaksanaan asma berat.[1]

Pedoman Tata Laksana Asma Menurut GINA 2025

Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini

Penyakit Asma
Tipe Diagnosis dan Penatalaksanaan
Yang Merumuskan

Global Initiative for Asthma (GINA)

Tahun 2025
Negara Asal Internasional
Dokter Sasaran Dokter umum, Spesialis Paru, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Anak

Penentuan Tingkat Bukti

GINA menyusun pedoman klinis manajemen asma melalui tinjauan sistematik literatur, diikuti penilaian kualitas bukti menggunakan metodologi berbasis evidence-based medicine seperti sistem GRADE (Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation).

Bukti dinilai berdasarkan kekuatan metode penelitian, konsistensi hasil, relevansi populasi, serta keseimbangan manfaat dan risiko. Rekomendasi akhir ditetapkan melalui konsensus panel ahli, dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan konteks praktik di berbagai negara.[1]

Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda

Rekomendasi pada pedoman GINA 2025 bisa dibagi dalam dua jenis, yakni Rekomendasi terkait diagnosis dan penatalaksanaan.[1]

Diagnosis Asma

Menurut pedoman GINA 2025, diagnosis asma ditegakkan bila memenuhi kriteria berikut :

  • Gejala saluran pernapasan dengan variasi yang berbeda pada waktu tertentu disertai pencetus.
  • Dibuktikan secara objektif adanya keterbatasan aliran udara yang bersifat reversible dengan pemeriksaan spirometri atau tes provokasi bronkus.

Pada kasus tertentu dimana tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut, pemeriksaan biomarker seperti kadar eosinofil darah dan pemeriksaan kadar oksida nitrat (FeNO) dapat dilakukan.[1]

Penatalaksanaan Asma

Tujuan pengobatan asma adalah kontrol gejala asma, mencegah kekambuhan, dan mengurangi efek samping pengobatan. GINA merekomendasikan pengobatan asma segera setelah diagnosis ditegakkan, terlepas dari tingkat keparahan gejala asma. Terapi yang dianjurkan adalah kombinasi inhalasi bronkodilator dan kortikosteroid (ICS) mulai dari dosis rendah sebagai terapi anti-inflammatory reliever only (AIR only).

GINA 2025 merekomendasikan pengobatan asma menjadi 2 jalur, yang mana masing-masing jalur terdiri dari 5 langkah berdasarkan keparahan gejala asma. Pada jalur 1, penggunaan kombinasi ICS-formoterol sebagai controller maupun reliever direkomendasikan mulai dari dosis rendah dan dapat ditingkatkan sesuai keparahan gejala. Pada jalur 2, di mana tidak tersedia ICS-formoterol, alternatif lain dapat digunakan.[1]

Tabel 1. Tata Laksana Asma Untuk Dewasa dan Remaja 

Langkah Gejala Jalur 1 Jalur 2
1 Gejala asma tidak sering muncul (kurang dari 2 hari dalam seminggu) ICS-formoterol dosis rendah bila diperlukan ICS dosis rendah diberikan setiap penggunaan SABA
2 Gejala asma sering muncul dan menetap 3-5 hari dalam seminggu, dengan atau tanpa penurunan fungsi paru ICS-formoterol dosis rendah bila diperlukan ICS dosis rendah setiap hari dengan SABA jika diperlukan
3 Gejala asma hampir dirasakan setiap hari, terbangun karena asma, disertai fungsi paru yang rendah Pemeliharaan dengan ICS-formoterol dosis rendah (MART) ICS dosis rendah + LABA setiap hari atau ICS dosis sedang setiap hari
4 Gejala asma dirasakan setiap hari, terbangun karena asma, disertai fungsi paru yang rendah Pemeliharaan dengan ICS-formoterol dosis rendah (MART) ICS dosis sedang + LABA setiap hari atau pertimbangkan pemberian ICS dosis tinggi + SABA jika diperlukan
5 Gejala asma berat atau asma eksaserbasi akut Mulai terapi dengan dengan ICS-formoterol dosis rendah (MART) Mulai terapi dengan ICS dosis sedang + LABA dan SABA jika diperlukan

Keterangan Tabel:

●      ICS: inhaled corticosteroid

●      SABA: short acting beta agonist

●      LABA: long acting beta agonist

●      MART: maintenance and reliever therapy

Semua terapi asma pada pasien dinilai, diatur, dan dipantau kembali sesuai dengan gejala, karakteristik pasien, dan preferensi pasien. Terapi tambahan lain dapat diberikan pada kasus tertentu:

  • LAMA dapat diberikan pada kasus dimana terapi dengan ICS – LABA tidak memberikan hasil yang adekuat
  • Imunoterapi spesifik alergen dapat diberikan pada kasus asma yang dicetuskan oleh alergen tertentu dan tidak terkontrol baik dengan penggunaan ICS
  • Oral kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek. Pemberian kortikosteroid oral dalam jangka panjang tidak direkomendasikan terkait dengan keamanan efek samping obat. Penggunaan salbutamol oral dan teofilin oral juga tidak direkomendasikan.[1]

Tabel 2. Tata Laksana Asma Untuk Anak 6-11 Tahun 

Langkah Gejala Jalur
1 Gejala asma tidak sering muncul (kurang dari 2 hari dalam seminggu) ICS dosis rendah diberikan setiap penggunaan SABA
2 Gejala asma muncul dan menetap 2-5 hari dalam seminggu ICS dosis rendah diberikan setiap hari + SABA jika diperlukan
3 Gejala asma hampir dirasakan setiap hari, terbangun karena serangan asma > 1x/minggu ICS dosis rendah diberikan setiap hari + SABA jika diperlukan atau
ICS dosis rendah  diberikan setiap hari + SABA jika diperlukan atau
Pemeliharaan dengan ICS –formoterol dosis sangat rendah (MART)
4 Gejala asma dirasakan setiap hari, terbangun karena asma, disertai fungsi paru yang rendah ICS dosis rendah diberikan setiap hari + SABA jika diperlukan atau
Pemeliharaan dengan ICS-formoterol dosis rendah (MART)
5 Gejala asma berat / asma eksaserbasi akut Mulai terapi dengan dengan ICS-formoterol dosis sangat rendah (MART) atau ICS dosis rendah–sedang + LABA dan SABA jika diperlukan.

Keterangan Tabel:

●      ICS: inhaled corticosteroid

●      SABA: short acting beta agonist

●      LABA: long acting beta agonist

●      MART: maintenance and reliever therapy

Semua terapi asma pada pasien anak dinilai, diatur, dan dipantau kembali sesuai dengan gejala dan kondisi pasien setiap kali pemeriksaan. Pada kasus tidak ada perbaikan pada pasien, dipastikan terlebih dulu faktor komorbid lain serta teknik dan kepatuhan penggunaan inhaler. Pada kasus asma yang terkontrol dengan baik selama 3 bulan, dapat dipertimbangkan step down terapi.[1]

Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia

Penatalaksanaan asma di Indonesia umumnya mengikuti pedoman klinis yang dipublikasikan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2021. Dalam hal diagnostik, pedoman klinis tersebut memiliki banyak rekomendasi yang sama dengan GINA. PDPI juga sudah memasukkan pemeriksaan eosinofil dan FeNO sebagai alternatif pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis asma.

Dalam hal terapi, PDPI masih memasukkan SABA sebagai salah satu pilihan terapi dalam kasus eksaserbasi asma, sedangkan GINA sudah tidak lagi merekomendasikan penggunaan monoterapi SABA dan secara jelas menyatakan lebih menganjurkan ICS-formoterol. Panduan tata laksana pada pedoman PDPI juga bersifat lebih general, tanpa ada keterangan spesifik mengenai langkah pengobatan maupun pertimbangan pemilihan terapi.[2]

Kesimpulan

Pedoman manajemen asma dipublikasikan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) pada tahun 2025. Beberapa pembaruan pada pedoman ini adalah:

  • Pedoman tahun 2025 memasukkan penggunaan biomarker, seperti kadar eosinofil dan FeNO, sebagai alternatif untuk penegakan diagnosis asma, terutama untuk keperluan phenotyping pada pasien yang sudah terdiagnosis asma.
  • Target terapi asma adalah untuk mencapai luaran jangka panjang terbaik, termasuk kontrol gejala jangka panjang dan efek samping minimum dari terapi. Pendekatan terbaik terapi akan berbeda-beda pada setiap pasien (personalized).
  • Pada bagan manajemen step-by-step, GINA menekankan bahwa penggunaan kortikosteroid inhalasi dan formoterol (ICS-formoterol) sebagai terapi anti-inflammatory reliever only (AIR only) merupakan pendekatan yang paling dianjurkan dalam tata laksana asma Langkah 1 dan 2.
  • Jika asma tidak terkontrol dengan pendekatan AIR only, dapat digunakan MART (maintenance and reliever therapy), misalnya dengan menggunakan ICS-formoterol pagi dan sore disertai ICS-formoterol tambahan sebagai reliever jika perlu.

Referensi