Pemberian magnesium sulfat sebelum persalinan preterm dilaporkan bisa mencegah cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan disabilitas yang paling umum terjadi pada anak dan prevalensinya dilaporkan lebih tinggi di negara berkembang. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa bayi preterm mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami cerebral palsy. Karena cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, pencegahan menjadi kunci yang perlu diperhatikan.[1,2]
Indikasi pemberian magnesium sulfat untuk neuroproteksi fetus dipertimbangkan pada wanita yang berisiko melahirkan prematur (usia gestasi 24–30 minggu). Bila persalinan preterm diperkirakan akan terjadi/direncanakan dalam waktu 24 jam, magnesium sulfat diberikan sedekat mungkin 4 jam sebelum perkiraan waktu persalinan. Hal ini terlepas dari: status paritas, alasan yang mendasari risiko kelahiran prematur, dan apakah kortikosteroid antenatal sudah diberikan atau belum.[1]
Efektivitas Magnesium Sulfat yang Diberikan Sebelum Persalinan Preterm untuk Mencegah Cerebral Palsy
Mekanisme aksi magnesium sulfat sebagai agen neuroproteksi fetus masih belum dipahami sepenuhnya. Para ahli berpendapat magnesium dapat mengurangi instabilitas vaskular, mencegah kerusakan hipoksik otak, dan memitigasi kerusakan sitokin atau asam amino. Semua peran ini dapat melindungi otak fetus yang prematur.[1,2]
Tinjauan sistematik oleh Shepherd, et al. mempelajari 6 studi acak terkontrol yang menggunakan magnesium sulfat untuk neuroproteksi janin pada ibu yang berisiko melahirkan prematur dalam waktu dekat. Total terdapat 5.917 ibu dan 6.759 fetus yang usia gestasinya <34 minggu.[2]
Hasil tinjauan sistematik tersebut menunjukkan bahwa magnesium sulfat mengurangi risiko kejadian cerebral palsy (risk ratio atau RR 0,71; interval kepercayaan atau IK 95%: 0,57–0,89). Magnesium sulfat hanya sedikit atau bahkan tidak berefek pada kematian hingga usia-koreksi 2 tahun. Belum ada studi jangka panjang yang menilai manfaat dan dampak pemberian magnesium sulfat ini pada anak yang telah lahir.[2]
Implementasi panduan nasional di Kanada terkait pemberian magnesium sulfat untuk neuroproteksi fetal mencegah cerebral palsy dirangkum dalam studi De Silva, et al. Dari studi ini disimpulkan dengan pemberian magnesium sulfat pada kelahiran prematur (7.888 subjek) menurunkan kebutuhan resusitasi intensif neonatus (p=0,024). Efek samping hipotensi maternal sangat jarang terjadi (0,5%) dan tidak ada yang mengalami depresi napas.[3]
Dosis magnesium sulfat paling umum digunakan adalah 4 gram bolus (loading) diikuti 1 gram/jam maintenance. Pemberian dosis ini tidak meningkatkan mortalitas neonatus maupun komplikasi neonatus lainnya (asfiksia, perforasi usus spontan, dan necrotizing enterocolitis serta kesulitan menyusu).[2,4]
Administrasi Magnesium Sulfat Sebelum Persalinan Preterm
Bila menggunakan sediaan magnesium sulfat dalam ampul dengan konsentrasi 50% untuk jalur intravena, sediaan tersebut perlu diencerkan menggunakan NaCl 0,9% untuk mencapai konsentrasi 20% magnesium sulfat. Regimen terapi ini disesuaikan dengan ketersediaan alat, apakah menggunakan syringe driver (pompa jarum suntik), volumetric infusion pump (pompa infus), atau tidak ada keduanya (bolus intravena dilanjutkan injeksi intramuskular).[1]
Pemberian magnesium sulfat idealnya menggunakan syringe driver. Total dosis harian tidak boleh melebihi 30-40 gram magnesium sulfat. Dalam 1 jam pemberian magnesium sulfat tidak boleh melebihi 8 gram. Pemberian dilanjutkan hingga 24 jam atau sampai lahir. Rincian prosesnya adalah sebagai berikut:
Loading dose: ambil 4 gram (8 mL) magnesium sulfat; atur mesin pada kecepatan 24 mL/jam, di mana 4 gram (8 mL) akan habis dalam 20 menit
Maintenance dose: ambil 10 gram (20 mL) magnesium sulfat; atur mesin pada kecepatan 2 mL/jam (1 gram/jam)[1]
Pemberian magnesium sulfat dengan volumetric infusion pump hanya dilakukan bila tidak ada syringe driver. Total dosis, dosis maksimal, dan hingga kapan terapi perlu dilanjutkan sama dengan pemberian menggunakan syringe driver, yaitu:
Loading dose: ambil 4 gram (8 mL) magnesium sulfat; ambil 8 mL dari botol NaCl 0,9% 100 mL (sehingga menyisakan 92 mL); masukkan 8 mL magnesium sulfat ke dalam botol NaCl 0,9% tadi; atur mesin pada 300 mL/jam (4 gram habis dalam 20 menit); dan atur volume yang diberikan adalah 100 mL
Maintenance dose: ambil 20 gram (40 mL) magnesium sulfat; ambil 40 mL dari botol NaCl 0,9% 100 mL (sehingga menyisakan 60 mL); masukkan 40 mL magnesium sulfat ke dalam botol NaCl 0,9% tadi; atur mesin pada 5 mL/jam (1 gram/ jam)[1]
Apabila pompa infus tidak ada, bolus intravena magnesium sulfat 20% dapat diberikan dan dikombinasi dengan injeksi magnesium sulfat 50% intramuskular. Berikut regimen pemberiannya:
- Injeksi intravena magnesium sulfat 20% 4 gram diberikan secara perlahan dalam durasi 5 menit
- Setelah injeksi intravena bolus lambat selesai diberikan, dua injeksi intramuskular magnesium sulfat 50% 4-5 gram diberikan pada kedua bokong
- Apabila pompa infus tidak tersedia, terapi maintenance diberikan berupa injeksi intramuskular magnesium sulfat 50% 5 gram setiap 4 jam (bokong kanan-kiri bergantian)[1]
Total dosis 64 gram dikaitkan dengan efek protektif yang maksimal. Namun, diperlukan pengawasan berkala terhadap efek samping magnesium sulfat, seperti yang dijelaskan di bawah ini.[4]
Pertimbangan Efek Samping Magnesium Sulfat
Efek samping yang dapat ditimbulkan magnesium sulfat antara lain: flushing, mual, muntah, dan rasa hangat. Efek samping lebih jarang adalah rasa haus, kelemahan otot, nyeri kepala, hipotensi, dan bradikardia. Efek yang menandakan hipermagnesemia adalah hilangnya refleks tendon dalam, depresi napas hingga henti jantung. Tabel di bawah ini merangkum gejala yang muncul sesuai konsentrasi magnesium sulfat dalam plasma.[1,4]
Tabel 1. Efek Samping Magnesium Sulfat Berdasarkan Levelnya dalam Plasma
Gejala | Level Magnesium Sulfat (mmol/L) |
Rasa hangat, flushing, penglihatan ganda, dan slurred speech | 3,8–5,0 |
Hilangnya refleks tendon dalam | >5,0 |
Depresi napas | >6,0 |
Henti napas | 6,3–7,0 |
Henti jantung | >12,0 |
Sumber: dr. Anastasia Feliciana. 2024.
Saat administrasi magnesium sulfat, pasien dapat mengalami phlebitis. Jalur intravena untuk magnesium sulfat tidak boleh digunakan untuk injeksi obat lain. Selama terapi magnesium sulfat, perlu ada pengawasan tanda vital (denyut nadi per menit, tekanan darah, dan laju pernapasan), saturasi oksigen, dan refleks patella secara berkala.[1]
Efek samping yang dapat terjadi pada bayi baru lahir adalah hipermagnesemia, dengan tanda paling sering berupa hiporefleks dan menyusu kurang kuat, sedangkan gejala yang jarang terjadi adalah depresi napas.[1]
Observasi Selama Administrasi Magnesium Sulfat
Sebelum pemberian, dokter perlu mengetahui baseline tanda vital, saturasi oksigen dan refleks patella materna. Saat loading dose masuk, periksa ulang refleks patella 10 menit pertama dan kedua. Selama pemberian maintenance dose, lakukan monitor tekanan darah, laju napas, saturasi oksigen, refleks patella, dan produksi urin (sebaiknya terpasang kateter urine) setiap 4 jam.[1,4]
Bila produksi urine <100 mL dalam 4 jam, periksa level magnesium dan pertimbangkan untuk mengurasi laju infus magnesium sulfat menjadi 0,5 gram/jam. Perlu diingat, refleks patella selalu menurun atau hilang sebelum terjadi depresi napas (sehingga perlu diobservasi secara berkala). Secara umum, level magnesium tidak rutin diperiksa, kecuali bila ada tanda toksisitas magnesium dan penurunan produksi urine.[1,4]
Dokter perlu menghentikan pemberian magnesium sulfat bila terjadi: hilangnya refleks patella, laju napas <12 kali/menit, tekanan darah diastol menurun >15 mmHg di bawah baseline dan produksi urine menurun <100 mL dalam 4 jam.[1]
Bila terjadi keracunan magnesium (hipoventiasl, aritmia atau hipotonia) segera hentikan infus magnesium, lakukan monitoring tanda vital, berikan oksigen 8–12 L, dan berikan kalsium glukonat (larutan 10%) 10 mL perlahan secara intravena. Periksa elektrolit, level magnesium, kreatin, dan elektrokardiogram (identifikasi heart block).[1]
Kesimpulan
Bukti saat ini menunjukkan bahwa magnesium sulfat yang diberikan sebelum persalinan preterm bermanfaat untuk mengurangi risiko terjadinya cerebral palsy pada anak. Hal ini patut diperhatikan karena anak yang lahir prematur dilaporkan berisiko lebih tinggi untuk mengalami cerebral palsy.
Dosis magnesium sulfat yang paling umum diberikan pada ibu yang berisiko melahirkan preterm dalam studi adalah 4 gram bolus (loading) diikuti dengan 1 gram/jam dosis maintenance. Dokter perlu melakukan pengawasan berkala terhadap tanda-tanda vital, saturasi oksigen, refleks patella, dan produksi urine materna untuk mengetahui dan mengintervensi toksisitas magnesium secara dini.
Penelitian pemberian magnesium sulfat sebagai pencegahan cerebral palsy ini sudah terbukti keberhasilannya di negara maju. Hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah bagaimana implementasinya di negara berkembang (termasuk Indonesia) dan bagaimana efek jangka panjangnya, baik dalam hal manfaat maupun risiko bagi anak yang sudah lahir di kemudian hari.