Helicobacter pylori stool antigen (HpSA) adalah tes noninvasif pada feses yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi Helicobacter pylori (H.pylori). Infeksi H.pylori telah dihubungkan dengan kejadian gastritis kronik, ulkus peptikum, dan kanker lambung.
H.pylori merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk spiral dan bersifat mikroaerofilik. Infeksi H.pylori diperkirakan mengenai 20% populasi penduduk di negara maju, dan lebih dari 90% di negara berkembang. Transmisi infeksi terjadi secara oral-oral atau fekal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi atau tangan yang tidak bersih.[1-4]
H.pylori secara spesifik akan membentuk koloni pada lapisan epitel mukosa lambung. Bakteri H.pylori memiliki banyak faktor virulensi yang menyebabkan infeksi dan berkontribusi terhadap inflamasi lambung. H.pylori telah dikenal sebagai penyebab ulkus lambung, ulkus duodenal, gastritis, Mucosal-Associated Lymphoid Tissue (MALT) lymphoma, dan kanker lambung. Infeksi H.pylori juga dihubungkan dengan berbagai penyakit ekstra gastrointestinal, seperti anemia defisiensi besi, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskular.[1,5,6]
Pemeriksaan untuk Identifikasi Infeksi Helicobacter pylori
Terdapat berbagai pemeriksaan invasif maupun noninvasif yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi H.pylori. Pemeriksaan invasif meliputi kultur, histologi, dan rapid urease test (RUT) yang membutuhkan spesimen biopsi melalui prosedur endoskopi gastrointestinal. Sementara itu,, pemeriksaan noninvasif meliputi tes H.pylori stool antigen (HpSA), urea breath test (UBT), dan serologi.
Pemeriksaan Invasif
Pemeriksaan baku emas dalam mendeteksi infeksi H.pylori adalah melalui kultur organisme spesimen biopsi. Namun, pemeriksaan ini tidak tersedia secara umum di laboratorium karena membutuhkan fasilitas dan media pertumbuhan bakteri yang khusus.
Pemeriksaan histologi spesimen biopsi menggunakan pewarnaan Giemsa dapat memberikan informasi penting mengenai morfologi dan derajat keparahan gastritis maupun dispepsia yang terjadi. Namun, akurasi pemeriksaan histologi akan bervariasi bergantung pada densitas H.pylori, teknik pengambilan sampel, dan subjektivitas dokter spesialis patologi.
Rapid urease test (RUT) adalah pemeriksaan yang sederhana dan cepat yang menilai aktivitas urease H.pylori pada spesimen biopsi. Pemeriksaan ini juga sangat bergantung pada jumlah bakteri pada sampel. Pemberian terapi proton pump inhibitors (PPI) dan antibiotik dapat menurunkan jumlah bakteri di lambung dan menyebabkan hasil negatif palsu pada pemeriksaan RUT dan histologi. Selain itu, mikroorganisme lain yang memproduksi urease pada mukosa lambung juga dapat mengakibatkan hasil positif palsu pada tes ini.[1-3,7]
Pemeriksaan Noninvasif
Pemeriksaan serologi telah banyak digunakan untuk skrining pasien dengan kecurigaan infeksi H.pylori. Pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas yang baik dengan hasil yang cepat, dan relatif tidak mahal. Kadar serum IgG tidak dapat dijadikan penanda diagnostik infeksi H.pylori aktif karena terdeteksi pada semua kasus paparan H.pylori. Sebaliknya, kadar serum IgA bersifat lebih spesifik untuk mendeteksi infeksi H.pylori akut.
Antibodi terhadap H.pylori akan terus bertahan di sirkulasi hingga jangka waktu yang lama, bahkan setelah terapi eradikasi. Pemeriksaan serologi juga dapat memberikan hasil negatif palsu hingga 60 hari setelah infeksi akut karena belum terbentuknya antibodi di sirkulasi pasien. Hal ini mengakibatkan pemeriksaan serologi menjadi kurang spesifik dalam mendiagnosis infeksi H.pylori akut. Namun, pemeriksaan serologi H.pylori dapat bermanfaat untuk mengeliminasi pasien-pasien yang tidak membutuhkan endoskopi.[2,3,6]
Pemeriksaan urea breath test (UBT) menunjukkan sensitivitas 88-95% dan spesifisitas 95-100% dalam mendeteksi infeksi H.pylori. Pemeriksaan ini menggunakan materi radioaktif dan membutuhkan instrumen khusus, sehingga tidak selalu tersedia di laboratorium umum. Selain itu, progresivitas hipokloridia akibat atrofi lambung ataupun pemberian terapi bismuth dan PPI dapat memberikan hasil negatif palsu pada pemeriksaan ini. Sebaliknya, pemeriksaan UBT dapat memberikan hasil positif palsu apabila terdapat kontaminasi mikroorganisme non-H.pylori yang memproduksi urease di lambung.[3,8]
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSA):
Dalam perannya sebagai bakteri patogen gastrointestinal, maka H.pylori juga akan muncul di feses. Pemeriksaan Helicobacter pylori stool antigen (HpSA) merupakan metode noninvasif untuk mendeteksi H.pylori melalui sampel feses. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi H.pylori yang aktif.
Secara umum terdapat 2 metode pemeriksaan HpSA, yaitu enzyme immunoassay (EIA) dan imunokromatografi dengan menggunakan antibodi monoklonal. Metode pemeriksaan HpSA berbasis imunokromatografi dapat memberikan hasil dalam hitungan menit dan tidak membutuhkan peralatan laboratorium khusus. Sementara itu, pemeriksaan HpSA dengan metode EIA membutuhkan alat khusus di laboratorium dan memberikan hasil dalam lebih dari dua jam.
Pemeriksaan HpSA dengan metode EIA memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode imunokromatografi. Namun, batas ambang (cut-off) HpSA metode EIA hingga saat ini masih diperdebatkan.
Sensitivitas pemeriksaan HpSA dapat menurun pada beberapa kondisi, seperti terapi PPI, terapi bismuth, sirosis hepatis, atau perdarahan gastrointestinal. Kolonisasi bakteri yang rendah pada lambung dan konsentrasi H.pylori yang rendah pada feses juga dapat menyebabkan hasil negatif palsu. Sementara itu, hasil positif palsu HpSA dapat terjadi akibat terdapatnya spesies Helicobacter lain pada feses.[1,2,8,9]
Peran Pemeriksaan HpSA dalam Diagnosis Infeksi Helicobacter pylori
Tes yang ideal dalam mendeteksi infeksi H.pylori sebaiknya bersifat noninvasif atau minimal invasif, dengan harga yang tidak mahal, bersifat akurat, dapat membedakan infeksi lampau maupun aktif, serta mudah tersedia di berbagai laboratorium. Maastricht III Consensus Report merekomendasikan strategi “test and treat” pada layanan kesehatan primer pada kasus infeksi H.pylori. Pemeriksaan noninvasif (UBT, HpSA, serologi) direkomendasikan pada kasus dispepsia persisten pasien dewasa usia < 45 tahun.
Keterbatasan utama pemeriksaan serologi adalah ketidakmampuan tes untuk membedakan infeksi aktif dan paparan masa lampau H.pylori. Maka dari itu, pemeriksaan UBT dan Helicobacter pylori stool antigen (HpSA) menjadi tes noninvasif pilihan dalam mendiagnosis infeksi aktif maupun sebagai kontrol terapi eradikasi. Pemeriksaan HpSA memiliki keunggulan dibandingkan UBT karena mudah dilakukan dengan hasil yang cepat dan harga yang jauh lebih murah.[2,9]
Pemeriksaan HpSA tidak terpengaruh oleh kondisi atrofi lambung yang berat ataupun metaplasia intestinal. Keterbatasan pemeriksaan HpSA adalah pasien kadang kurang nyaman untuk mengumpulkan sampel fesesnya sendiri.[2,4,7]
Nilai Diagnostik Pemeriksaan Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSA)
Pemeriksaan Helicobacter pylori stool antigen (HpSA) menunjukkan performa yang sangat baik dengan sensitivitas 93,1%, spesifisitas 94,6%, dan akurasi 93,8%. Penelitian HpSA pada pasien pediatrik juga menunjukkan sensitivitas 96-98% dan spesifisitas 80-100% dalam mendiagnosis infeksi H.pylori.[2,4,7]
Beberapa penelitian telah menunjukkan akurasi pemeriksaan HpSA yang sangat baik dalam mendeteksi infeksi H.pylori. Studi oleh Khatun et al mendapatkan performa pemeriksaan HpSA dengan sensitivitas 91%, spesifisitas 93%, positive predictive value 92%, dan negative predictive value 87% dalam mendiagnosis infeksi H.pylori akut. Sementara itu, studi lain oleh Galiyeva et al mendapatkan sensitivitas 83%, spesifisitas 82%, dan akurasi 83%.[3,10]
Kesimpulan
Pemeriksaan noninvasif Helicobacter pylori stool antigen (HpSA) merupakan pemeriksaan yang akurat, relatif tidak mahal, dan mampu memberikan hasil yang cepat dalam mendeteksi infeksi H.pylori aktif. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan persiapan pasien ataupun fasilitas laboratorium yang khusus sehingga mudah dilakukan.
Pemeriksaan HpSA telah banyak diteliti sebagai pemeriksaan alternatif yang reliabel dibandingkan pemeriksaan H.pylori lainnya dalam mendiagnosis infeksi H.pylori aktif. Studi yang ada menunjukkan nilai diagnostik yang baik terkait penggunaan pemeriksaan HpSA sebagai penanda diagnosis infeksi H.pylori aktif pada anak maupun dewasa.