Obat golongan alpha blocker sering digunakan untuk manajemen farmakologis pada kasus batu saluran kemih. Pengobatan dengan alpha blocker ini dikenal juga sebagai medical expulsive therapy atau MET karena alpha blocker dinyatakan dapat membantu pergerakan batu untuk keluar dari saluran kemih. Akan tetapi, efektivitas terapi ekspulsi ini sebenarnya masih menjadi perdebatan.
Secara umum, modalitas pengobatan batu saluran kemih ditentukan oleh ukuran batu. Batu saluran kemih yang berukuran kecil dapat dimanajemen dengan terapi suportif berupa pemberian analgesik. Sementara itu, batu yang berukuran lebih besar atau yang mengalami komplikasi dapat dimanajemen dengan terapi farmakologis, extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL), ureteroskopi, maupun evakuasi batu secara bedah.
Penggunaan obat-obat yang membantu passage atau pergerakan keluar batu saluran kemih sebenarnya sudah meningkat dalam 10 tahun terakhir. Terapi ini tidak hanya diberikan sebagai terapi tunggal, tetapi juga sebagai terapi setelah litotripsi dan terapi ajuvan. Alpha blocker seperti tamsulosin yang biasanya diindikasikan untuk pasien benign prostatic hyperplasia (BPH) juga sering digunakan untuk pasien batu saluran kemih yang memenuhi karakteristik tertentu.[1-3]
Efektivitas Alpha Blocker untuk Manajemen Batu Saluran Kemih
Alpha blocker atau antagonis α-1 memengaruhi fisiologi ureter, sehingga membantu proses keluarnya batu dari saluran kemih. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa reseptor adrenergik alfa dan beta bisa ditemukan pada ureter manusia.
Antagonis α-1 bisa menghambat tonus basal dan menurunkan frekuensi dan amplitudo peristalsis ureter. Akibatnya, tekanan di dalam ureter menurun, sehingga perpindahan cairan di dalam ureter pun meningkat. Dengan demikian, antagonis α-1 bisa membantu passage batu saluran kemih.[1,4]
Meta Analisis Campschroer et al
Meta analisis Cochrane yang dipublikasi pada tahun 2018 telah menganalisis 67 studi dengan total 10.509 pasien batu ureter. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 studi dengan total 5.787 pasien menggunakan plasebo sebagai kontrol.
Berdasarkan hasil analisis Cochrane secara umum, alpha blocker dapat meningkatkan clearance batu saluran kemih secara signifikan (RR 1,45; 95% CI 1,36–1,55; kualitas bukti rendah). Akan tetapi, hasil analisis subset studi yang berkualitas lebih tinggi dan yang menggunakan plasebo sebagai grup kontrol menunjukkan bahwa efektivitas ini sebenarnya lebih rendah (RR 1,16; 95% CI 1,07–1,25; bukti moderat). Terapi alpha blocker berkaitan dengan 116 lebih banyak clearance batu per 1.000 partisipan.[4]
Alpha blocker berkaitan dengan waktu ekspulsi batu yang lebih singkat, penggunaan diklofenak yang lebih sedikit, dan angka rawat inap yang lebih rendah. Namun, meta analisis ini menemukan bahwa kebutuhan bedah tidak berbeda signifikan dengan terapi alpha blocker (RR 0,74; 95% CI 0,53–1,02; bukti kualitas rendah). Alpha blocker hanya berkaitan dengan 28 lebih sedikit pembedahan per 1.000 partisipan.[4]
Meta analisis ini juga menunjukkan bahwa efektivitas alpha blocker mungkin bervariasi tergantung pada ukuran batu, yakni lebih efektif untuk batu berukuran >5 mm daripada batu berukuran ≤5 mm. Meta analisis ini berkesimpulan bahwa pemberian obat alpha blocker bermanfaat untuk clearance batu ureter.[4]
Namun, hasil ini perlu diinterpretasikan secara berhati-hati karena ada beberapa faktor yang dapat melemahkan hasil meta analisis akibat potensi bias. Pertama, penyamaran ganda (double blinding) hanya ditemukan pada beberapa studi, sedangkan sisa sampel lainnya tidak memiliki strategi penyamaran intervensi pada pasien maupun dokter pemeriksa yang mengumpulkan data dari pasien.[4]
Kedua, beberapa studi menjelaskan metode alokasi dan pengacakan partisipan secara jelas tetapi sebagian studi tidak melaporkan metode alokasi dan pengacakan partisipan. Ketiga, terdapat potensi bias pelaporan, khususnya pada studi yang tidak menjelaskan luaran yang dideskripsikan pada bagian metodologi penelitian yang bersangkutan.[4]
Meta Analisis Amer et al
Meta analisis lain yang dipublikasi pada tahun 2017 juga telah mengevaluasi efikasi antagonis α-1 dalam pengobatan batu saluran kemih, dengan hanya mempelajari uji klinis acak terkontrol yang berisiko bias rendah berdasarkan metode Penilaian Risiko Bias Cochrane. Dengan metode tersebut, didapatkan 10 artikel yang dimasukkan dalam analisis, yang mencakup 1.387 partisipan di grup yang mendapatkan terapi farmakologi dan 1.381 partisipan di grup kontrol.[2]
Selain antagonis α-1, calcium channel blocker (CCB) juga termasuk salah satu terapi farmakologi yang dimasukkan ke dalam analisis. Secara khusus, analisis subgrup menunjukkan bahwa antagonis α-1 secara bermakna memperpendek waktu passage batu dari saluran kemih dibandingkan terapi standar, yakni sebanyak 2,92 hari.[2]
Meta analisis ini juga menemukan bahwa terapi alpha blocker tampak lebih bermanfaat untuk batu yang berukuran >5 mm dan terletak di distal ureter daripada untuk batu yang berukuran lebih kecil atau terletak lebih proksimal. Hal tersebut menguatkan dugaan adanya perbedaan manfaat antagonis α-1 pada karakteristik batu tertentu.[2]
Risiko Efek Samping Alpha Blocker
Walaupun alpha blocker menunjukkan manfaat, khususnya pada pasien dengan batu saluran kemih berukuran >5 mm dan batu di ureter distal, hal ini perlu diimbangi dengan kewaspadaan terhadap efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan antagonis α-1. Efek samping yang mungkin terjadi adalah pusing, sakit kepala, hipotensi, ejakulasi retrograd, rhinitis, lemas, dan reaksi pada kulit.[1,2,4]
Secara umum, efek samping tersebut bersifat ringan dan hanya ditemukan pada hampir 6,6% pasien. Namun, dokter juga harus mempertimbangkan kondisi khusus di mana efek samping tersebut berpotensi bahaya, misalnya pada geriatri dengan gangguan gait atau mobilitas terbatas dan pasien dengan hipotensi ortostatik.
Bila dibandingkan dengan manfaatnya, penggunaan antagonis α-1 hanya menunjukkan manfaat klinis yang kecil dalam membantu mengeluarkan batu saluran kemih. Secara umum, 1 dari 14 orang yang mendapat antagonis α-1 akan berhasil mengeluarkan batu saluran kemihnya. Manfaat ini secara statistik sedikit lebih besar pada pasien dengan batu ureter berukuran >5 mm (1 dari 7 orang) dan batu ureter distal (1 dari 9 orang).[2]
Hal ini merupakan informasi yang penting disampaikan sebelum dokter memperoleh persetujuan pengobatan dari pasien dengan batu ureter yang mungkin memenuhi kriteria pengobatan dengan antagonis α-1. Pada kasus batu yang berukuran <5 mm, kebanyakan batu dapat dikeluarkan secara spontan, sehingga risiko efek samping melebihi manfaat dari terapi alpha blocker.
Analisis Biaya Terapi Alpha Blocker untuk Batu Saluran Kemih
Saat ini belum banyak penelitian mempelajari analisis ekonomi dari penggunaan alpha blocker untuk terapi batu saluran kemih. Analisis pada tahun 2008 membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk tindakan bedah kasus batu ureter dan biaya pengobatan menggunakan tamsulosin (antagonis α-1).
Analisis tersebut menyimpulkan bahwa pada populasi pasien batu saluran kemih di Amerika Serikat, penggunaan tamsulosin mampu menghemat biaya pengobatan sekitar 15 juta Rupiah bila dibandingkan tindakan observasi. Selisih ini bahkan jauh lebih besar ketika dibandingkan dengan biaya perawatan dan pengobatan yang berkaitan dengan tindakan ureteroskopi dan fragmentasi batu saluran kemih (sekitar 40 juta Rupiah).[5]
Analisis tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan alpha blocker berpotensi menekan biaya pengobatan batu saluran kemih bila dibandingkan metode bedah atau observasi.
Namun, hasil yang kontras didapatkan dari analisis biaya yang membandingkan alpha blocker dengan terapi konservatif pada populasi pasien di berbagai rumah sakit di Inggris. Analisis ini menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna rerata biaya yang dikeluarkan pasien yang mendapat tamsulosin dan yang mendapat terapi konservatif.[3]
Selain itu, analisis beban penyakit menggunakan QALY (quality adjusted life years) mengindikasikan tidak adanya perbedaan rerata skor QALY antara kelompok pasien yang mendapatkan tamsulosin dan yang mendapatkan plasebo.[3]
Berdasarkan kedua temuan ini, penggunaan alpha blocker (bila dibandingkan dengan terapi standar) tidak berkaitan dengan penurunan biaya pengobatan maupun perbaikan kualitas hidup pasien batu saluran kemih. Akan tetapi, hal ini perlu dicermati secara bijaksana mengingat penelitian tersebut dilakukan di negara maju dengan sistem kesehatan yang berbeda dengan yang diterapkan di Indonesia.
Kesimpulan
Obat golongan alpha blocker seperti tamsulosin berpeluang untuk membantu passage batu saluran kemih. Efek alpha blocker dalam pengobatan batu saluran kemih terutama lebih terlihat pada pasien dengan batu yang berukuran >5 mm atau batu yang terletak di ureter distal.
Selain meningkatkan peluang keluarnya batu tanpa operasi, konsumsi alpha blocker juga dapat memperpendek durasi yang diperlukan bagi batu untuk keluar dari saluran kemih. Namun, sebelum mempertimbangkan terapi alpha blocker pada pasien dengan batu saluran kemih, dokter harus menjelaskan tentang rasio manfaat berbanding risiko serta potensi biaya medis yang dikeluarkan kepada pasien.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur