Penatalaksanaan Kista Ganglion
Penatalaksanaan kista ganglion dapat berupa tata laksana konservatif, seperti aspirasi, juga dapat berupa pembedahan. Namun, pembedahan lebih dipilih karena risiko rekurensi yang lebih kecil.
Konservatif
Tata laksana konservatif dari kista ganglion dapat berupa aspirasi, injeksi steroid, skleroterapi, hyaluronidase, dan imobilisasi. Tata laksana tersebut dapat dikombinasi atau dilakukan secara terpisah, namun tata laksana konservatif memiliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi dibandingkan tata laksana pembedahan.
Aspirasi
Tindakan aspirasi merupakan tata laksana pilihan dengan menggunakan jarum berukuran besar. Tingkat keberhasilan dari aspirasi pada kista ganglion bervariasi. Menurut sebuah studi, aspirasi dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan sebesar 85%, namun penelitian lain menyatakan aspirasi hanya memiliki tingkat kesuksesan sebesar 30-50%.
Keberhasilan tindakan aspirasi tampak lebih tinggi jika dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu, seperti pada flexor tendon sheath di tangan dengan keberhasilan mencapai 60-70%. Sementara itu, aspirasi memiliki tingkat keberhasilan yang kurang baik pada kista ganglion yang berlokasi di volar of the wrist. Tindakan aspirasi yang dilakukan pada kista bagian volar juga tidak dianjurkan karena memiliki risiko cedera neurovaskular.[1,12]
Steroid
Tata laksana dengan menggunakan steroid dilakukan dengan cara injeksi setelah aspirasi. Teori ini diperkenalkan oleh Becker pada tahun 1953. Tingkat kesuksesan injeksi steroid ini tidak lebih baik dibandingkan dengan aspirasi secara monoterapi.[1]
Skleroterapi
Skleroterapi merupakan tata laksana yang digunakan untuk kista ganglion dengan cara menginjeksikan sklerosan ke dalam kantong ganglion yang akan menyebabkan fibrosis. Skleroterapi bertujuan untuk mengurangi angka rekurensi kista ganglion. Namun menurut studi yang dilakukan oleh Mackie et al, tingkat kegagalan tindakan ini sebesar 94%. Selain itu, karena adanya penghubung pada kista ganglion dan synovial joint, sklerosan tersebut dapat masuk ke dalam sendi dan tendon yang berisiko menyebabkan cedera.[2]
Hyaluronidase
Hyaluronidase merupakan cairan yang dapat mendepolimerisasi asam hyaluronik yang terdapat di kista ganglion. Penggunaan hyaluronidase ini umumnya dilakukan bersamaan dengan steroid yang memiliki tingkat resolusi lebih tinggi dibandingkan penggunaan steroid saja.[1,2]
Imobilisasi
Imobilisasi umumnya dilakukan setelah aspirasi. Imobilisasi bertujuan untuk mencegah pergerakan pergelangan tangan yang dapat memompa cairan sinovial dan mengisi kista ganglion kembali.
Hasil dari tata laksana tersebut menimbulkan kontroversi. Menurut sebuah studi, imobilisasi selama 3 bulan setelah aspirasi memiliki tingkat kesuksesan yang lebih tinggi apabila dilakukan pada kista ganglion yang terletak pada bagian dorsal carpal.
Namun, menurut studi lain tata laksana imobilisasi tidak memiliki tingkat kesuksesan yang signifikan dan dapat menimbulkan efek samping seperti ketidaknyamanan, kaku sendi, dan menurunkan range of motion (ROM.[1,2]
Pembedahan
Terapi pembedahan merupakan tata laksana utama yang memiliki tingkat rekurensi yang lebih kecil dibandingkan tata laksana konservatif.
Eksisi Ganglion
Hingga saat ini eksisi ganglion masih menjadi pilihan dalam tata laksana kista ganglion. Eksisi ganglion dilakukan mencakup kista, pedikula dan cuff dari kapsul sendi. Tata laksana ini memiliki tingkat rekurensi yang rendah. Pada bagian dorsal pergelangan tangan, rekurensi dilaporkan sebesar 1-5%, dan pada bagian volar sebesar 7%. Adanya rekurensi dipengaruhi diseksi yang tidak adekuat. Namun, rekurensi pada pembedahan dinilai lebih rendah dibanding pada pasien yang mendapat terapi aspirasi.[1,13]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri