Etiologi Dyshidrotic Eczema
Etiologi dyshidrotic eczema belum diketahui dengan pasti tetapi diperkirakan bersifat multifaktorial. Pada beberapa kasus, dyshidrotic eczema bersifat idiopatik.[4,5]
Awalnya, hiperhidrosis dicurigai sebagai etiologi dyshidrotic eczema, karena seringnya penemuan hiperhidrosis pada pasien dyshidrotic eczema. Apalagi, telapak tangan dan kaki diketahui memiliki densitas kelenjar keringat yang tinggi.[4,5]
Akan tetapi, setelah melalui berbagai penelitian, teori tersebut dianggap kurang tepat. Menurut pemeriksaan fisik dan histopatologi, vesikel yang terbentuk tidak tergantung pada kelenjar keringat. Selain itu, hiperhidrosis tidak selalu ditemukan pada dyshidrotic eczema. Hiperhidrosis dianggap sebagai faktor risiko atau faktor yang memperberat gejala klinis, bukan sebagai penyebab.[2-5,8]
Dyshidrotic eczema juga diperkirakan berhubungan dengan dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, atau reaksi terhadap obat.[9]
Peran genetik sebagai salah satu etiologi dyshidrotic eczema mulai dicurigai setelah ditemukannya gen pada lokus kromosom 18q22.1-18q22.3 pada suatu keluarga yang berasal dari Cina. Dalam keluarga tersebut, 14 orang mengalami dyshidrotic eczema dalam rentang 4 generasi. Dyshidrotic eczema diduga diturunkan secara autosomal dominan.[1,11]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko dyshidrotic eczema adalah riwayat atopi, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, infeksi jamur, hiperhidrosis, kebiasaan memakai sarung tangan, dan kebiasaan merokok.
Riwayat Atopi
Studi yang dilakukan oleh Guillet, et al. terhadap 120 responden dengan dyshidrotic eczema menemukan bahwa 46,7% responden memiliki riwayat atopi. Pasien dengan riwayat atopi memiliki prognosis yang lebih buruk, di mana durasi per episode penyakit lebih lama dan lesi lebih luas.[19-21]
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Suatu studi pada 50 responden dengan dyshidrotic eczema menemukan 26 responden (52%) yang memiliki hasil patch test positif. Hal ini didukung oleh studi-studi lain yang juga menemukan tingginya persentase hasil patch test positif. Responden dengan DKA kemudian diedukasi untuk menghindari produk yang menyebabkan alergi. Setelah itu, responden DKA dilaporkan mengalami perbaikan klinis.[22,23]
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis kontak iritan (DKI) ditemukan pada setengah kasus hand eczema. DKI terjadi karena cedera langsung pada kulit akibat paparan iritan. Paparan iritan pada waktu dan konsentrasi tertentu menyebabkan kerusakan lapisan protektif di epidermis bagian atas. Iritan dapat menyebabkan denaturasi keratin, menghilangkan lipid, dan mengganggu kapasitas kulit untuk mempertahankan kadar airnya.[8]
Infeksi Jamur
Dyshidrotic eczema dapat terjadi akibat infeksi dermatofita. Hal ini mungkin disebabkan oleh proses autosensitisasi akibat infeksi jamur. Mekanisme yang mendasari hal ini adalah reaksi dermatophytid dari infeksi jamur yang jauh (misalnya tinea pedis) yang kemudian memicu reaksi dyshidrotic eczema pada tangan.[3,8]
Alergi terhadap Partikel Metal
Partikel metal seperti nikel dan kobalt bisa masuk ke sirkulasi sebagai alergen melalui inhalasi atau melalui kontak dengan perhiasan. Alergen metal ini kemudian mencapai kulit dan keluar dari duktus kelenjar keringat. Alergen ini menginduksi dermatitis kontak sistemik. Patch test pada dyshidrotic eczema menunjukkan positive rate yang tinggi (67%) terhadap metal, terutama nikel, kobalt, dan kromium.[2,17]
Hiperhidrosis
Hiperhidrosis diperkirakan bisa meningkatkan pelepasan sitokin proinflamasi, sehingga terjadi reaksi inflamasi lokal yang membentuk vesikel dan bula seperti pada dyshidrotic eczema.[3,4]
Imunoglobulin Intravena
Imunoglobulin intravena (IVIg) adalah sediaan IgG poliklonal manusia yang didapat dengan mengumpulkan plasma dari donor sehat untuk keperluan terapeutik. IVIg sering digunakan untuk penatalaksanaan penyakit autoimun dan inflamasi sistemik.[24]
Mekanisme yang mendasari hubungan antara pemberian imunoglobulin intravena dan terjadinya dyshidrotic eczema masih belum jelas, tetapi diduga disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas.[25]
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan produksi agen proinflamasi dalam tubuh dan menunda penyembuhan luka. Orang yang merokok lebih berisiko mengalami dermatitis, termasuk dyshidrotic eczema. Kebiasaan merokok juga memengaruhi efikasi fototerapi, seperti bath psoralen plus UVA radiation (bath-PUVA) yang merupakan salah satu pilihan penatalaksanaan pada dyshidrotic eczema.[9,26]
Kebiasaan Memakai Sarung Tangan
Kebiasaan menggunakan sarung tangan yang ketat dalam jangka waktu >2 jam per hari atau sarung tangan berbahan iritatif dapat menyebabkan dyshidrotic eczema. Sarung tangan akan mengoklusi kulit, sehingga mengganggu fungsi barrier kulit, memicu reaksi hipersensitivitas (misalnya terhadap lateks), dan menyebabkan alergi kontak.[12]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur