Penatalaksanaan Dyshidrotic Eczema
Pilihan pertama untuk penatalaksanaan dyshidrotic eczema adalah obat kortikosteroid topikal yang berpotensi kuat dan emolien. Tujuan penatalaksanaan dyshidrotic eczema adalah untuk mengurangi reaksi inflamasi, mengurangi vesikel, mengurangi rasa gatal atau terbakar, dan mencegah infeksi sekunder.[6,9,10,16,50,51]
Pada kasus yang berat, pasien mungkin akan memerlukan inhibitor calcineurin topikal, fototerapi, atau obat-obatan sistemik seperti siklosporin, methotrexate, mycophenolate mofetil, atau apremilast.[6,9,10,16,50,51]
Selain diberikan obat, pasien juga harus diedukasi untuk menghindari atau mengurangi paparan dengan faktor pencetus. Penatalaksanaan harus memadukan edukasi dan pemberian terapi farmakologi yang tepat saat eksaserbasi.[11,32,51]
Terapi Farmakologi
Obat utama yang disarankan pada dyshidrotic eczema adalah kortikosteroid topikal berpotensi tinggi dan emolien. Selain itu, kompres dingin juga dapat dilakukan sebelum obat topikal diaplikasikan. Apabila ada infeksi sekunder, antibiotik atau antifungal dapat diberikan sesuai dengan etiologi infeksi.[6,8,10]
Terapi lain adalah obat imunomodulator topikal (seperti tacrolimus dan pimecrolimus), inhibitor calcineurin, toksin botulinum A (BTXA) intradermal, oxybutynin, dan retinoid. Namun, obat-obatan ini lebih disarankan untuk terapi rumatan.[11,16]
Apabila terapi dengan inhibitor calcineurin atau kortikosteroid topikal tidak berhasil (recalcitrant), kortikosteroid sistemik jangka pendek (1–2 minggu) dapat digunakan. Imunosupresan seperti siklosporin, azathioprine, dan methotrexate kadang bisa dipakai pada kasus recalcitrant berat yang tidak merespons kortikosteroid dan imunomodulator. Namun, berbagai imunosupresan ini tidak disarankan untuk anak-anak.[10,11]
Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal berpotensi tinggi seperti clobetasol dipilih pada penatalaksanaan dyshidrotic eczema karena lesi memiliki epidermis yang tebal dengan stratum korneum yang padat. Kortikosteroid dioles di area lesi 2 kali sehari. Pengolesan tidak disarankan lebih dari itu karena tidak meningkatkan efikasi obat dan justru meningkatkan risiko efek samping.[11,16,23,50,51]
Tujuan pemberian kortikosteroid potensi kuat secara topikal adalah untuk mengontrol inflamasi yang terjadi. Namun, kortikosteroid topikal memiliki efek samping seperti atrofi kulit, sehingga penggunaannya harus berhati-hati.[5,8]
Toksin Botulinum A (BTXA) Intradermal
Toksin botulinum A (BTXA) intradermal digunakan pada dyshidrotic eczema dengan hiperhidrosis karena toksin ini memiliki aktivitas antihidrosis yang poten. Hiperhidrosis merupakan salah satu faktor yang memperparah gejala klinis dyshidrotic eczema. Oleh sebab itu, BTXA cocok diberikan dan dapat diulang setiap 6 bulan untuk dyshidrotic eczema dengan hiperhidrosis. Terapi ini tidak disarankan pada anak karena nyeri.[11]
Inhibitor Calcineurin Topikal (TCI)
Inhibitor calcineurin topikal seperti salep tacrolimus 0,1–0,3% dan krim pimecrolimus 1% sering digunakan untuk tata laksana dermatitis atopik pada anak-anak, orang muda, dan orang dewasa. TCI digunakan 2 kali sehari untuk mengurangi keluhan. Kelebihan TCI dibandingkan dengan kortikosteroid adalah tidak adanya efek samping takifilaksis dan atrofi kulit.[29,31]
TCI menyebabkan skin hardening dan memperkuat barrier kulit, sehingga membuat kulit kurang sensitif terhadap iritan. TCI juga mengontrol reaksi alergi dengan paparan yang berkelanjutan. Tacrolimus topikal dilaporkan memiliki efikasi yang sama dengan mometasone furoate.[8,12]
Oxybutynin
Oxybutynin adalah obat antikolinergik yang merupakan antagonis reseptor muskarinik. Obat ini biasanya digunakan pada gangguan berkemih karena memiliki efek spasmolitik pada otot detrusor di vesika urinaria. Namun, kelenjar keringat juga sensitif terhadap asetilkolin, yang merupakan neurotransmitter yang digunakan pada sistem persarafan parasimpatis.[4]
Oxybutynin memiliki efek antikolinergik dengan mengurangi keringat yang berlebihan (hiperhidrosis). Namun, penggunaan obat ini secara rutin belum disarankan mengingat efek sampingnya. Efek samping dapat dikurangi dengan menggunakan dosis yang lebih rendah.[4]
Penggunaan oxybutynin jangka panjang dapat mengurangi sekresi agen inflamatorik berlebihan, sehingga dapat memperbaiki gejala klinis dyshidrotic eczema. Oxybutynin dapat digunakan pada kasus yang sering mengalami relapse.[4]
Alitretinoin
Alitretinoin (9-cis-retinoid acid) adalah derivat endogen vitamin A yang dapat berikatan erat dengan seluruh reseptor retinoid. Obat ini diberikan secara oral, tetapi tidak dapat diberikan pada ibu hamil dan wanita usia subur karena bersifat teratogenik.[8,46]
Alitretinoin memberikan perbaikan manifestasi klinis yang siginifikan pada dyshidrotic eczema dan sudah mendapatkan izin FDA sebagai penatalaksanaan dermatitis pada tangan, termasuk dyshidrotic eczema recalcitrant. Alitretinoin memiliki efek antiinflamasi dan imunomodulator, serta efek antiproliferatif dan apoptotik.[52]
Fototerapi
Psoralen dengan ultraviolet A1 (PUVA1) dan ultraviolet B (UVB) dilaporkan efektif dan cukup aman untuk penatalaksanaan kasus refrakter pada anak-anak. Narrow band UVB adalah jenis yang paling sering digunakan.[11]
Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi pada dyshidrotic eczema meliputi kompres dingin, penggunaan emolien dan pengaturan diet.[10]
Kompres Dingin
Kompres dingin dapat dilakukan 2–4 kali per hari selama 15 menit. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan salin normal, aluminium asetat, dan kalium permanganat. Hal ini dilakukan untuk mengeringkan vesikel yang terbentuk dan mengurangi rasa gatal. Setelah kompres, obat-obat topikal dapat diberikan.[5,12,53]
Kompres dingin tidak boleh dilakukan terlalu lama (>20 menit) karena bisa mengaktivasi hunting reaction, yaitu vasodilatasi temporer untuk menghangatkan area kulit yang dingin. Kemungkinan terburuknya adalah terjadinya frostbite ringan.[54,55]
Diet
Salah satu faktor pemicu atau faktor yang memperburuk gejala dyshidrotic eczema adalah alergi metal (nikel, kobalt, dan kromium) yang masuk ke dalam sirkulasi sebagai alergen melalui inhalasi, ingesti, maupun kontak dengan kulit.[2]
Bahan makanan seperti makanan kaleng, biji coklat, kedelai, polong-polongan, salmon, kerang, kacang mete, dan ikan kembung mengandung nikel. Nikel juga digunakan dalam pembuatan stainless steel. Namun, beberapa sumber menyatakan bahwa kontaminasi nikel dari air, pot, wajan, dan alat-alat dapur dapat diabaikan.[17,57]
Emolien
Emolien digunakan untuk membantu mengembalikan barrier kulit. Krim digunakan pada kulit yang intak dan harus dipakai terlebih dahulu sebelum kulit terpapar iritan. Emolien juga harus digunakan secepatnya setelah mencuci tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah evaporasi air dari kulit dan menjaga kulit tetap halus dan fleksibel.[11,12]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur