Diagnosis Herpes Genital
Diagnosis herpes genital didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan berupa klinis lesi eritema atau vesikel berair. Pemeriksaan penunjang direkomendasikan untuk meningkatkan reliabilitas dan membantu menentukan prognosis yang lebih tepat. Pemeriksaan baku emas herpes genital adalah deteksi keberadaan virus menggunakan polymerase chain reaction (PCR).
Anamnesis
Tujuan anamnesis yang dilakukan oleh tenaga medis adalah untuk menentukan faktor risiko pasien, membantu penegakan diagnosis sebelum dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut (fisik maupun penunjang, serta menggali latar belakang seksual pasien dan pasangan seksual pasien).[14]
Gejala awal herpes genital muncul setelah 4–7 hari setelah masa inkubasi virus. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut:
- Lesi eritema pada daerah genital
- Kemudian akan timbul papul dan selanjutnya vesikel berair
- Vesikel akan pecah menimbulkan ulser yang terasa sakit kemudian mengering[1,3,20]
Diperlukan waktu 2–3 minggu untuk melewati fase tersebut. Selain itu pasien akan mengeluhkan gatal-gatal, rasa terbakar, sakit kepala, demam, malaise, dysuria, dan tender inguinal lymphadenopathy.[1,3]
Gejala yang muncul ketika virus aktif kembali lebih ringan dengan durasi yang lebih pendek dibandingkan herpes primer. Pada pria akan muncul vesikel yang lebih sedikit sedangkan pada wanita akan muncul iritasi pada vulvar dengan durasi 8 sampai 10 hari.[3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genital pasien. Infeksi herpes genital primer ditandai dengan munculnya lesi vesikular dan/atau ulseratif pada bagian genital, perineum, bokong, paha atas, atau sekitar anus yang nyeri. Lesi yang muncul pada herpes genital primer berupa lesi bilateral sedangkan pada pasien yang mengalami kekambuhan biasanya berupa unilateral.[1,3,20]
Diagnosis Banding
Herpes genital perlu dibedakan dengan beberapa penyakit seperti seperti sifilis, chancroid, serta hand-and-mouth disease (HFMD).
Sifilis
Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan ditransmisikan melalui kontak dengan pasien sifilis. Beberapa cara lain selain kontak seksual antara lain infeksi ibu ke janin didalam uterus dan transfusi darah. Sifilis dapat ditandai dengan adanya chancre pada lokasi inokulasi (papul yang tidak nyeri, dapat membentuk ulkus dan berindurasi).
Pada laki-laki lokasi dapat ditemukan di mulut dan rongga mulut, anal, dan genitalia eksterna. Pada wanita sering ditemukan di serviks dan labia. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan Treponema pallidum haemagglutination assay (TPHA) dan venereal disease research laboratory (VDRL) pada pasien dengan keluhan klinis sifilis.[15]
Chancroid
Pada chancroid akan ditemukan ulkus genital yang nyeri, berbatas tegas, tanpa indurasi dengan eksudat berwarna kuning atau abu-abu. Pada pemeriksaan biasanya akan menimbulkan perdarahan bila dikerok.[16]
Penyakit Tangan Kaki Mulut
Manifestasi dermatologi penyakit tangan kaki dan mulut berupa lesi kemerahan yang dapat berubah menjadi vesikel dan ulser. Predileksi seringkali di mulut, kaki dan tangan namun beberapa kasus dapat ditemukan di bokong. Biasanya sering ditemukan pada anak-anak namun pada beberapa kasus dapat ditemukan pada orang dewasa.[17]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting karena beberapa faktor, diantaranya :
- Lesi yang muncul pada pasien terkadang tidak begitu jelas dan tidak khas sehingga pemeriksaan fisik saja menjadi tidak reliable
- Perlunya membedakan tipe infeksi yang terjadi (HSV 1 atau HSV 2) agar dapat menentukan prognosis yang lebih tepat
- Diagnosis definitif memberikan implikasi sosial dan psikososial pada penderita herpes genital
- Diagnosis klinis yang salah akan menyebabkan pemberian terapi antivirus yang tidak tepat
- Diagnosis herpes memberi implikasi pada wanita produktif[1,2]
Deteksi Virus
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil cairan vesikular atau membran mukosa pasien dengan menggunakan swab. Apabila terjadi komplikasi pada organ lain, spesimen lain dapat digunakan, seperti cairan serebrospinal, jaringan, bronchoalveolar, serum, cairan amniotik, atau cairan intraokular.
Sampel disimpan dalam cairan fisiologis pada temperatur ruangan. Deteksi virus dilakukan melalui deteksi DNA menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk membedakan tipe HSV dan standar terbaik pemeriksaan laboratorium karena prosesnya cepat, spesifik, dan relatif lebih sensitif baik untuk lesi vesikular yang basah atau lesi ulserasi yang sudah mengering.[1–3]
Infeksi virus HSV pada herpes yang bersifat akut ataupun tanpa diiringi gejala apapun dapat dideteksi menggunakan isolasi virus pada kultur sel. Tipe HSV dideteksi dengan immunofluorescence menggunakan antibody monoclonal HSV serotype-specific fluorescein-labeled. Metode ini cukup sensitif walaupun tidak lebih sensitif dibandingkan dengan PCR.[1,3]
Deteksi Antibodi
Metode serologi merupakan metode yang yang bisa diandalkan apabila antibodi spesifik terhadap virus mampu dideteksi. Perbedaan yang kecil antara HSV 1 dan HSV 2 membuat virus susah dibedakan dengan metode ini. Determinasi dapat dilakukan hanya dengan menggunakan ELISA atau immunoblot glikoprotein G (gG-1) atau C (gC-1) pada HSV 1 dan glikoprotein G (gG-2) pada HSV 2. HSV1 dan HSV2 hanya mampu dibedakan dengan IgG reaktivitas silang rendah.[1–3]
Untuk memastikan tipe virus yang menyerang pasien, kombinasi antara metode deteksi virus menggunakan PCR dengan tes serologi perlu dilakukan. Deteksi tipe virus ini akan berguna untuk menentukan prognosis yang tepat. Rangkuman kedua metode dapat dilihat pada Tabel 1 dan interpretasi hasil laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Pemeriksaan Penunjang pada Herpes Genital
Prinsip | Metode | Keterangan |
Deteksi Virus | ||
Deteksi DNA virus | Polymerase chain reaction (PCR) | Diagnosis dasar |
Isolasi virus | Pertumbuhan virus di dalam kultur sel, dideteksi dengan antibodi monoklonal | Diagnosis special |
Deteksi keberadaan virus | Tes immunofluorescence menggunakan antibodi monoklonal | Diagnosis dasar |
Determinasi tipe virus | Tes immunofluorescence menggunakan antibodi monoklonal | Diagnosis dasar |
Deteksi Antibodi | ||
Tes serologi | Ligand assay (ELISA, dll) | Determinasi dan diferensiasi IgG dan IgM di dalam serum, plasma, dan cairan serebrospinal, determinasi antigen tipe-spesifik |
Tes antibodi terfluoresensi tidak langsung | Determinasi dan diferensiasi IgG dan IgM di dalam serum, plasma, dan cairan serebrospinal | |
Immunoblot | Determinasi kualitatif IgG tipe spesifik pada glikoprotein virus | |
Neutralization assay | Deteksi antibodi neutralisasi terhadap HSV 1 dan HSV 2 |
Sumber: dr. Anggi, 2019
Tabel 2. Interpretasi Hasil Laboratorium pada Herpes Genital
Tanda Klinis | Tes Serologi HSV | PCR | Interpretasi | |||
HSV 1/2 IgG | HSV 1 IgG | HSV 2 IgG | HSV 1 | HSV 2 | ||
Herpes genital primer | - | - | - | + | - | Infeksi HSV 1 akut |
+ | - | + | + | - | Infeksi HSV 1 akut, HSV 2 laten | |
- | - | - | - | + | Infeksi HSV 2 akut | |
+ | + | - | - | + | Infeksi HSV 2 akut, HSV 1 laten | |
Kekambuhan | + | + | - | + | - | HSV 1 kambuh |
+ | + | + | + | - | HSV 1 kambuh, HSV 2 laten | |
+ | - | + | - | + | HSV 2 kambuh | |
+ | + | + | - | + | HSV 2 kambuh, HSV 1 laten | |
Tidak terdapat lesi | - | - | - | - | - | Sehat |
+ | + | - | - | - | HSV 1 laten | |
+ | - | + | - | - | HSV 2 laten | |
+ | + | + | - | - | HSV 1 dan HSV 2 laten | |
+ | + | - | + | - | HSV 1 laten | |
+ | - | + | - | + | HSV 2 laten | |
+ | + | + | + | - | HSV 1 dan HSV 2 laten | |
+ | + | + | - | + | HSV 1 dan HSV 2 laten |
Sumber: dr. Anggi, 2019
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli