Edukasi dan Promosi Kesehatan Sindrom Nefrotik
Edukasi dan promosi kesehatan sindrom nefrotik diperlukan terkait modifikasi diet yang diperlukan pasien. Sampaikan juga mengenai modalitas terapi, risiko komplikasi, dan risiko relaps.
Edukasi Pasien
Sampaikan pada pasien bahwa sindrom nefrotik adalah penyakit kronis yang dapat mengalami remisi dan relaps. Pada kondisi yang berat, ada risiko komplikasi gagal ginjal hingga membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal. Manajemen diet pasien sindrom nefrotik yang tepat diperlukan untuk menghindari perburukan gejala. [1,2,4,5]
Diet
Diet sehari-hari yang direkomendasikan adalah cukup kalori dan protein (1 g/kg/hari). Jika kelebihan protein dari diet, dapat menambah beban glomerulus dalam mengeluarkan sisa metabolisme protein sehingga menyebabkan sklerosis glomerulus. Sebaliknya, bila diet rendah protein, akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) yang dapat menghambat pertumbuhan pada anak.
Diet rendah garam (natrium <2.400 mg/ hari) juga disarankan untuk membatasi retensi cairan dan edema yang terjadi pada sindrom nefrotik. Pada pasien dengan hipertensi, konsumsi natrium dibatasi kurang dari 1.500 mg/hari.[1-7]
Pemantauan
Sampaikan bahwa pemantauan penting dilakukan untuk penyesuaian dosis obat dan mendeteksi efek toksik kortikosteroid. Selain itu, penting diketahui bahwa pasien sindrom nefrotik dalam pengobatan kortikosteroid dosis >2 mg/kg/hari selama lebih dari 14 hari merupakan pasien imunokompromais. Oleh karenanya, pemantauan dapat mengevaluasi adanya infeksi atau keperluan antibiotik profilaksis sebelum kondisi menjadi berat.[1-7]
Vaksinasi
Sampaikan pada pasien bahwa konsumsi kortikosteroid dalam manajemen sindrom nefrotik menyebabkan pasien berada dalam kondisi imunokompromais. Dalam keadaan tersebut, 6 minggu setelah obat dihentikan pasien hanya boleh diberikan vaksin virus mati. Setelah penghentian prednison selama 6 minggu, baru dapat diberikan vaksin virus hidup. Semua anak dengan sindrom nefrotik sangat dianjurkan untuk mendapat imunisasi terhadap infeksi pneumokokus dan varicella.[1-7]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan etiologi sekunder sindrom nefrotik dapat dilakukan melalui program penyakit tidak menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupa CERDIK yang merupakan akronim dari:
- Cek kesehatan secara berkala
- Enyahkan asap rokok
- Rajin aktivitas fisik
- Diet seimbang
- Istirahat cukup
- Kelola stres[20]
Untuk mengendalikan hipertensi, dapat dilakukan PATUH yang merupakan akronim dari:
- Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
- Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
- Tetap diet dengan gizi yang seimbang
- Upayakan aktivitas fisik dengan aman
- Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogenik[21]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto