Diagnosis Dislokasi Lensa
Diagnosis dislokasi lensa atau ektopia lentis adalah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik mata, dan pemeriksaan fisik generalisata. Pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi B-scan okular dibutuhkan apabila posisi lensa sulit divisualisasi.[1,4]
Anamnesis
Pada anamnesis tanyakan riwayat trauma pada mata atau kepala dalam waktu dekat. Dislokasi lensa akibat trauma dapat disertai dengan keluhan nyeri pada mata dan mata merah. Pada pasien tanpa riwayat trauma, tanyakan riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat pembedahan pada mata.[1,4]
Pasien dislokasi lensa umumnya mengeluhkan penglihatan kabur akibat penurunan tajam penglihatan jauh maupun dekat dan diplopia monokular. Perubahan tajam penglihatan yang terjadi tergantung dari tipe dislokasi dan ada tidaknya defek lain pada mata. Subluksasi ringan umumnya tidak menimbulkan gangguan tajam penglihatan yang signifikan atau bisa menimbulkan gangguan tajam penglihatan dekat karena gangguan akomodasi.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik generalisata tetap harus dilakukan pada pasien dengan dislokasi lensa apabila tidak ada riwayat trauma mata atau etiologi tidak dapat ditentukan dari anamnesis. Pemeriksaan mata yang dilakukan meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, koreksi refraksi, pemeriksaan bagian eksternal mata, pemeriksaan menggunakan slit-lamp, pemeriksaan segmen posterior dengan funduskopi menggunakan dilatasi pupil, dan retinoskopi.
Tajam Penglihatan
Pasien yang mengalami dislokasi total (luksasi) lensa dapat mengalami penurunan tajam penglihatan hingga lambaian tangan (1/300) atau bisa juga terjadi perbaikan tajam penglihatan pada pasien yang sebelumnya mengalami miopia. Sedangkan, pasien subluksasi lensa bisa memiliki tajam penglihatan yang lebih bervariasi.
Pada pemeriksaan visus dapat ditemukan gangguan refraksi, yaitu hipermetropia (afakia pada dislokasi/ luksasi lensa), miopia, atau astigmatisme. Pemeriksaan keratometri dapat dilakukan untuk menentukan penyebab lain astigmatisme selain karena dislokasi lensa, misalnya akibat iregularitas kornea.[1,4,6,7]
Segmen Anterior
Pada pemeriksaan segmen anterior mata dapat ditemukan edema kornea, hifema, atau tampak lensa pada kamera okuli anterior. Pengukuran diameter kornea perlu dilakukan untuk mendeteksi megalokornea yang berkaitan dengan sindroma Marfan. Pemeriksa juga perlu mengamati kelainan mata lain yang mungkin berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya enoftalmus yang juga sering ditemukan pada pasien sindroma Marfan. Pemeriksaan kedudukan bola mata dapat tidak simetris (strabismus) apabila sudah terjadi ambliopia.[1,2,4,12]
Slit Lamp
Pemeriksaan menggunakan slit-lamp dapat menemukan iris yang bergerak (bergetar) yang disebut iridodonesis. Pupil bisa tampak iregular dari pemeriksaan. Pemeriksaan pada lensa yang mengalami subluksasi bisa tampak fakodonesis (lensa tampak bergetar terutama saat mata bergerak) atau kekeruhan lensa (katarak).
Pemeriksaan tekanan intraokular dapat menunjukkan peningkatan apabila terjadi blokade pupil oleh lensa di kamera okuli anterior. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan karena beberapa kasus dislokasi lensa dapat disertai dengan perdarahan vitreous atau ablasio retina.[1,2,6]
Dislokasi lensa yang tetap berada di dalam kapsul (in-the-bag) meningkatkan kecurigaan adanya gangguan pada zonula baik akibat trauma maupun suatu penyakit lain. Sedangkan, dislokasi lensa out-the-bag dapat timbul karena kerusakan kapsul akibat trauma, termasuk iatrogenik. Tidak ada sistem grading yang baku untuk kasus dislokasi lensa.[4,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dislokasi lensa adalah dislokasi lensa intraokular. Pada pasien biasanya ditemukan riwayat operasi katarak dengan implantasi lensa intraokular sebelumnya. Kaki lensa (haptic) intraokular dapat diamati secara utuh atau sebagian.[4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik lebih bertujuan untuk mencari penyebab sistemik yang mendasari dislokasi lensa. Misalnya pada pasien yang dicurigai homosistinuria dilakukan pemeriksaan konsentrasi homosistein plasma. Pemeriksaan ultrasonografi B-scan okular dapat digunakan untuk menentukan posisi lensa yang mengalami dislokasi ke posterior.[7]
Pada pasien dengan cedera traumatik, USG dilaporkan memiliki sensitivitas sebesar 96,8% dan spesifisitas 99,4% untuk dislokasi lensa. USG juga bisa dipakai untuk menilai kerusakan lain terkait cedera, seperti hematoma retrobulbar.[15]