Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin
Penatalaksanaan limfoma Hodgkin adalah radioterapi atau kemoterapi regimen ABVD, yang terdiri dari doxorubicin/bleomycin/vinblastine/dacarbazine, maupun BEACOPP. Durasi terapi berbeda berdasarkan staging Ann Arbor dengan revisi Cotswold dan faktor prognostik. Kemoterapi dapat dikombinasi dengan radioterapi sesuai staging.[3,36]
European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) mengelompokkan pasien dalam terapi untuk limfoma hodgkin klasik ke dalam 3 stage berdasarkan kriteria stadium LH dengan ada atau tidak adanya faktor risiko, yakni:
Limited stages, yaitu stadium I–II tanpa faktor risiko
Intermediate stages, yaitu stadium I–2 dengan ≥1 faktor risiko
Advanced-stage disease, yaitu stadium III–V dengan/tanpa faktor risiko[2,20,21,36]
Faktor risiko yang dimaksud dalam kemoterapi ini adalah masa mediastinum yang besar (>⅓ lebar thorax), usia ≥ 50 tahun, peningkatan laju endap darah >50 mm/jam tanpa B symptoms atau >30 mm/jam dengan B symptoms, serta keterlibatan ≥4 area nodus supradiafragma.[36]
Terdapat 7 faktor prognostik limfoma Hodgkin stadium lanjut berdasarkan The International Prognostic Factors Project on Advanced Hodgkin's lymphoma, antara lain:
- Usia di atas 45 tahun
- Stadium IV
- Jenis kelamin laki-laki
- Leukosit di atas 15.000/ml
- Limfosit kurang dari 600/ml
- Albumin kurang dari 4,0 gram/dl
- Hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl[3,38]
Faktor prognostik ini digunakan dalam stadium lanjut pada saat mengidentifikasi keperluan kemoterapi dan mempertimbangkan keperluan terapi kemoterapi lebih lanjut pada saat regimen sedang dijalani.[38]
Rawat Inap Isolasi
Rawat inap isolasi harus dipertimbangkan pada penderita limfoma Hodgkin karena memiliki kondisi imunosupresi rentan mengalami infeksi. Rawat inap isolasi akan diatur menggunakan tekanan udara positif dengan penyaring udara bersih yang akan dipompa ke dalam ruangan terus menerus.
Hal ini membuat udara yang masuk ke ruangan isolasi tetap steril dan tidak terkontaminasi. Rawat inap isolasi juga penting pada penderita yang mendapatkan kemoterapi dosis tinggi.[22]
Regimen Kemoterapi
Regimen kemoterapi limfoma hodgkin meliputi ABVD dan BEACOPP. Regimen kemoterapi diberikan pada semua stadium, di mana limited stages dan intermediate stages dikombinasi dengan radioterapi, sedangkan advanced-stage hanya kemoterapi saja. Pada advanced-stage, radioterapi baru diberikan bila terdapat klinis residual setelah kemoterapi.[36]
Regimen ABVD
Regimen ABVD adalah abreviasi dari Adriamycin, Bleomycin, Vinblastine, dan Dacarbazine, dosis pemberiannya yaitu:
- Adriamycin 25 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Bleomycin 10 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Vinblastine 6 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
- Dacarbazine 375 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 15
Regimen ABVD diberikan dalam 2–3 siklus untuk stadium I–II tanpa faktor risiko (limited stages), 4 siklus pada stadium I–2 dengan ≥1 faktor risiko (intermediate stages), serta 4–6 siklus untuk stadium III–V dengan/tanpa faktor risiko (advanced stages). Kemoterapi dapat diikuti dengan pemberian radioterapi sebesar 20–30 Gy.[3,21,23,36]
Perlu atau tidaknya siklus lanjutan maupun kemoterapi serta radioterapi selanjutnya ditentukan dengan pemeriksaan PET scan setelah kemoterapi 2 siklus ABVD.[36]
Regimen BEACOPP
Regimen BEACOPP adalah abreviasi dari Bleomycin, Etoposide, Adriamycin, Cyclophosphamide, Oncovin, Procarbazine, dan Prednisone, dosis pemberiannya yaitu:
- Bleomycin 10 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 8
- Etoposide 200 mg/m2, IV, hari ke-1 sampai 3
- Adriamycin 35 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 13
- Cyclophosphamide 1.250 mg/m2, IV, hari ke-1
- Oncovin 1,4 mg/m2, IV, hari ke-1 dan 8
- Procarbazine 100 mg/m2, oral, hari ke-1 sampai 7
- Prednisone 40 mg/ m2, oral, hari ke-1 sampai 14
Regimen BEACOPP diberikan untuk usia ≤60 tahun kelompok terapi intermediate-stage dan advanced-stage. Intermediate-stage diberikan BEACOPPescalated 2 siklus diikuti dengan regimen ABVD 2 siklus dan radioterapi 30 Gy.
Sedangkan advanced-stage diberikan BEACOPPescalated 4–6 siklus, tetapi tidak diberikan ABVD bila sudah mendapat regimen ini, kemudian dilanjutkan dengan radioterapi. Pemantauan keberhasilan terapi dilakukan dengan PET scan setelah 2 siklus.[3,21,23–26,36]
Tata Laksana Limfoma Hodgkin Tipe Nodular Lymphocyte Predominant
Tata laksana penderita limfoma Hodgkin tipe nodular lymphocyte predominant (NLPHL) stadium IA tanpa faktor risiko adalah involved-site radiotherapy (ISRT) 30 Gy. Terapi lainnya sesuai dengan tata laksana klasik limfoma Hodgkin, dan dapat dipertimbangkan pemberian antibodi anti-CD20 seperti rituximab bila didapatkan sel predominan limfosit (sel LP) malignan yang secara konsisten memproduksi CD20.[2,21,36–38]
Terdapat studi retrospektif yang melihat adanya efek terapeutik pada kombinasi pemberian pemberian antibodi anti-CD20 dengan regimen R-CHOP. Regimen R-CHOP meliputi rituximab, cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, prednisone.[2,25,36–38]
Tata Laksana Limfoma Hodgkin pada Populasi Khusus
Tata laksana limfoma Hodgkin pada populasi khusus seperti penderita penyakit jantung paru, ibu hamil dan penderita HIV memerlukan beberapa pertimbangan khusus.
Tata Laksana Limfoma Hodgkin Pada Penderita Dengan Penyakit Jantung Paru
Penderita limfoma Hodgkin dengan penyakit jantung atau paru harus menjalani pemeriksaan menyeluruh terkait fungsi paru dan jantung. Regimen Bleomycin harus ditiadakan untuk mencegah menurunnya kapasitas paru.[2,27]
Tata Laksana Limfoma Hodgkin Pada Ibu Hamil
Penderita limfoma Hodgkin yang sedang hamil perlu tata laksana khusus agar tidak membahayakan ibu dan janin. Pemeriksaan radiologi pada dibatasi menjadi rontgen thorax dan ultrasonografi (USG).
Pada ibu hamil penderita limfoma Hodgkin yang asimtomatis sebaiknya tidak dikemoterapi, terutama saat trimester pertama. Ibu hamil yang bergejala dapat diberikan vinblastine setiap 2–4 minggu sekali untuk mengontrol penyakit. Pada ibu hamil yang resisten dengan vinblastine, regimen yang dipilih adalah ABVD yang paling aman untuk kehamilan.[2,27]
Tata Laksana Pada Penderita HIV
Penderita limfoma Hodgkin stadium lanjut yang disertai dengan infeksi HIV merespon baik dengan regimen kemoterapi standar (ABVD atau BEACOPP) yang dikombinasikan dengan highly active antiretroviral therapy (HAART).
Tata laksana limfoma Hodgkin pada penderita HIV antara lain, dua nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) dikombinasikan dengan inhibitor protease, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (non NRTI), atau viral fusion inhibitor.[2,27]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli